Hello readers!
Sudah lama sekali ya bahwa saya tidak menulis di blog ini. Kira-kira masih ada yang baca ga ya? Hehehehe. Saya sebenarnya masih suka menulis di Word atau di akun Instagram saya, yaitu @petersamuelo. Bagi yang mau keep connecting dengan saya atau membaca curahan pikiran saya, boleh sekali untuk follow Instagram saya, nanti akan saya follow back. Namun, sebaiknya beritahu dulu bahwa kamu follow karena tahu akun saya dari blog ini. Hehe. Mengapa? Karena saya biasanya hanya follow dan mem-follow back orang-orang yang saya kenal, misalnya teman kuliah, teman kerja, dan seterusnya. Akan lebih enak bagi saya untuk membina relasi ketika sudah terjadi pengenalan terlebih dahulu. Itu sih kalau kalian mau follow dan mengabari, kalau tidak, ya saya juga tidak mengharapkan. Namun, saya selalu berusaha menuliskan hal-hal yang baik yang dapat bermanfaat bagi kita semua.
Sudah lama sekali ya bahwa saya tidak menulis di blog ini. Kira-kira masih ada yang baca ga ya? Hehehehe. Saya sebenarnya masih suka menulis di Word atau di akun Instagram saya, yaitu @petersamuelo. Bagi yang mau keep connecting dengan saya atau membaca curahan pikiran saya, boleh sekali untuk follow Instagram saya, nanti akan saya follow back. Namun, sebaiknya beritahu dulu bahwa kamu follow karena tahu akun saya dari blog ini. Hehe. Mengapa? Karena saya biasanya hanya follow dan mem-follow back orang-orang yang saya kenal, misalnya teman kuliah, teman kerja, dan seterusnya. Akan lebih enak bagi saya untuk membina relasi ketika sudah terjadi pengenalan terlebih dahulu. Itu sih kalau kalian mau follow dan mengabari, kalau tidak, ya saya juga tidak mengharapkan. Namun, saya selalu berusaha menuliskan hal-hal yang baik yang dapat bermanfaat bagi kita semua.
Sempat saya lihat bahwa saya terakhir menulis di blog ini adalah pada Oktober 2017. Sudah hampir setahun ya. Hehe. Baiklah, setidaknya saat ini saya kembali lagi untuk menulis ya. By the way, kalian apa kabar? *berasa ngobrol ya* Berasa ngobrolnya ini dengan orang yang memang biasa membaca tulisan saya. Haha. Well, semoga siapa pun kalian yang membaca tulisan ini memiliki kabar yang baik, namun kalaupun tidak baik, tidak apa. Namanya juga kita manusia ya, bisa mengalami dan merasakan hal yang baik dan buruk. Jikalau ada yang bisa saya bantu, silahkan kontak saya, bisa melalui komentar di post ini, email saya di peter.loin@gmail.com, atau di akun Instagram saya di @petersamuelo. Ya, saya memang concern dengan hal-hal yang menyangkut kemanusiaan, spesifiknya adalah melalui konsultasi dan pengembangan. Jadi, silahkan jikalau ada yang hendak berbagi ya. Saya pun akan senang ketika dapat membantu.
Sekarang, giliran saya ya yang bercerita tentang kabar saya. Saat ini, kabar saya baik, meskipun sempat beberapa waktu yang lalu tidak baik. Lagi-lagi, saya adalah manusia biasa dan semua pengalaman yang terjadi pada diri saya pun merupakan hal yang dapat membuat saya semakin belajar, bertumbuh, dan berkembang. Saat ini, saya masih berkuliah S.2 manajemen di PPM School of Management. Perkuliahannya menarik. Saya belajar banyak hal baru dan baik bagi diri saya. Tidak hanya terkait ilmu dan praktiknya saja ya, melainkan saya menemukan teman-teman baru yang baik dan suportif untuk pertumbuhan dan pengembangan diri saya. Selain itu, saya masih tetap yang dulu kala berkuliah S.1 psikologi di Universitas Indonesia. Maksudnya adalah saya tergolong masih aktif sebagai mahasiswa S.2. Ada beberapa kepanitiaan yang saya ikuti di kampus, menjadi pembawa acara, bergabung dalam kompetisi bisnis, dan saat ini saya sedang mengerjakan riset pribadi saya. Doakan saya ya, semoga lancar dan berhasil. Menarik banget loh topiknya, yaitu tentang penelitian start-up dimana saya mengombinasikan ilmu manajemen dan psikologi di dalamnya. Seru kan? Hehehehe. Duh, saya memang suka dengan riset sejak dulu sih. Sebenarnya, masih ada ide riset lainnya, tentang fenomena mahasiswa S.2 sekarang yang juga rerata adalah freshgraduate dan perilaku netizen. Yuk ah, barangkali ada yang tertarik dengan topik-topik ini, barangkali kita bisa berdiskusi bersama. Hehehehe. Selain itu, saya juga masih bekerja nih di Konsultan PPM Manajemen sebagai freelancer. Ya lumayan untuk menambah pemasukan dan terus belajar pada konteks yang berbeda. Saya orangnya memang suka belajar gitu sih ya. Jadi, ketika ada kesempatan menurut saya bisa dilakukan bagi saya semakin belajar, mengapa tidak? Semoga kamu yang membaca pun memiliki sikap yang positif dan minat terhadap belajar ya karena belajar itu penting banget loh. Bukan sekadar untuk kita nantinya bekerja lalu mendapatkan uang, tetapi juga untuk dapat beradaptasi di tengah perkembangan zaman. Dan, kalau saya sih, suka sekali ketika dapat menjelaskan fenomena yang sekarang terjadi. Kurang lebihnya, update saya itu dulu ya. Semoga ada pun hal baik yang dapat dipelajari dan diterapkan. Karena itu lah saya, yang mengharapkan bahwa diri saya dapat memberikan hal dan pengaruh yang baik bagi orang lain, tentunya untuk pertumbuhan dan pengembangan diri.
Dalam post ini, saya sebenarnya hendak menuliskan sebuah ide tulisan tentang fenomena overthinking. Pernah ga sih kamu mengalami overthinking ini? Di mana, kamu sangat intens memikirkan sesuatu yang tampaknya berlebihan. Seperti apakah berlebihannya? Misalnya, kamu memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi (cemas). Contoh lebih konkretnya begini nih, "aku setelah lulus sekolah, ngapain ya? Kuliah atau kerja? Keduanya sama-sama baik, tapi nanti kalau aku kuliah, aku ga dapat uang untuk membantu keuangan keluarga, tapi kalau nanti aku kerja, yang ada aku keterusan sehingga akan malas untuk berkuliah lagi." Sebenarnya, apa sih yang menyebabkan kita sebagai manusia dapat mengalami overthinking. Ya, saya akan mencoba menjelaskannya berdasarkan teori dan observasi saya ya, termasuk juga pengalaman-pengalaman orang yang bercerita kepada saya, maklum saya sering menjadi diari bagi orang-orang. But, I surely enjoy to listen and help others.
Baiklah, saya akan mencoba mengemukakan pendapat saya tentang penyebab orang dapat mengalami overthinking. Kalau, misalnya ada yang tidak setuju, silahkan sampaikan saja dan jelaskan ya. Baik juga jikalau kita dapat berdiskusi, bukan? I also enjoy it kok.
1. Kepribadian
Seseorang dengan kepribadian introvert biasanya suka mengalami overthinking. Saya sendiri adalah seorang introvert sehingga saya juga suka mengalami overthinking. Apakah dapat digeneralisasikan? Tidak. Namun, sebagai introvert memang cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain apalagi orang lain yang belum ia kenal dan tidak merasa nyaman. Maka dari itu, ia suka memikirkannya sendiri. Namun, ketika ia dengan teman dekat atau orang yang dirasakan nyaman baginya, biasanya dia akan mengutarakan pikiran dan perasaannya dengan mudah, lancar, dan cepat. Hehe. Begitu sih kalau berdasarkan pemahaman diri dan pengamatan saya kepada teman-teman saya yang juga seorang introvert. Selain kepribadian introvert, kepribadian feeling juga nih biasanya kemungkinan mengalami overthinking. Mengapa? Karena orang dengan kepribadian ini menjaga perasaan orang lain. Ia tidak mau menyakiti perasaan orang lain atau menyinggung dirinya. Jadi, dapat terbayang ya jikalau seorang berkepribadian introvert dan feeling. Kalau kamu penasaran, soal tipe kepribadianmu, coba deh googling MBTI free test. Ini salah satu link test yang dapat saya rekomendasikan:
https://personalitymax.com/personality-test/
2. Kecemasan
Nah, ini nih yang biasanya juga mengakibatkan seseorang mengalami overthinking. Kecemasan ini sendiri adalah perasaan negatif yang dialami seseorang dimana biasanya ia memiliki pemikiran yang belum tentu terjadi, namun memunculkan reaksi ketidaknyamanan pada perasaannya. Eaa. Kecemasan dapat disebabkan oleh berbagai hal sih, dapat karena adanya pengalaman traumatis yang tentunya tidak menyenangkan dan reaksi yang muncul adalah cemas ketika melihat pengalaman yang mirip atau serupa, selanjutnya dapat disebabkan keterbatasan informasi yang dimiliki dalam pikiran kita sehingga dalam memproses informasi, ada sesuatu yang missing atau incomplete sehingga membuatnya berpikir secara 'mengada-ada'. Hehe. Maksudnya adalah membuat informasi yang mungkin saja benar atau berasumsi sebagai bentuk kecemasannya. Lalu, kecemasan ini juga dapat disebabkan karena kepribadian. Ada sih teori psikologi yang menyebutkan bahwa kecemasan adalah sebagian dari kepribadian. Namun, saya menentangnya sih. Hehe. Apa-apaan ya saya yang belum S.3 sudah berani menentang teori dan membangun teori baru. Lol. Ya, saya sih lebih melihat kecemasan disebabkan oleh pengalaman traumatis masa lalu dan keterbatasan informasi. Cemas enak tidak? Tentu tidak! Boleh terjadi? Boleh. Bermanfaat? Ada juga manfaatnya. Tidak enak karena cemas adalah bentuk perasaan negatif. Boleh terjadi karena kita hanya lah manusia biasa yang mungkin punya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dan semua orang tidak ada yang sempurna atau dalam artian masih terus membutuhkan belajar dalam proses hidupnya kok. Manfaatnya apa dari kecemasan? Kita jadi do something untuk mengantisipasi atau menghindari kecemasan itu tidak terjadi. Nice kan. Dari situ, kita jadi menggunakan kapabilitas kita untuk mengontrol diri dan keadaan di masa depan. Namun, kalau segala perilaku kita bersumber dari kecemasan, jelas tidak ada manfaatnya sih, capek loh. Dan, saya menyarankan untuk bertemu konselor atau psikolog yang dapat membantu dengan lebih tepat. Jika akhir-akhir ini kamu merasa cemas dan bingung penyebabnya, misalnya gelisah, panik, tidak tenang, dan lain sebagainya, mungkin yang bisa disarankan adalah kamu menulis jurnal atau diari dalam dua hingga tiga minggu. Di situ, kamu bisa menulis apa saja yang kamu pikirkan dan rasakan. Usahakan detil ya kronologisnya, bagaimana situasi dan kondisi sekitarmu atau peristiwa apa yang terjadi yang memungkinkan kamu merasakan hal tersebut. Di akhir periode waktu menulismu, kamu bisa meninjau kembali tulisanmu, menilai kecemasanmu, dan menemukan kira-kira apa ya yang menyebabkan kamu merasakan cemas hingga bagaimana solusi terbaik yang bisa kamu lakukan. Kamu juga bisa meminta bantuan orang lain yang kamu bisa percayai. Selain itu, manfaat dari menulis adalah kamu dapat merasa lebih release atau plong sih.
3. Kebutuhan untuk mengontrol tanpa menyadari bahwa kita adalah manusia biasa
Hehehehe. Pernah tidak mengalami atau merasakan hal ini? Seakan-akan kamu mau segala sesuatu yang kamu rencanakan terjadi sesuai kehendakmu. Ya, ini bisa disebabkan karena kepribadian judging yang biasanya sangat strict dengan rencana yang dibuat. Atau, kemungkinan sifat perfeksionisme yang saya pelajari adalah bersumber dari kecemasan pribadi, entah tidak mau terlihat jelek oleh orang lain atau diri sendiri karena standar yang sudah ditetapkan. Chill. Kita bukan lah Tuhan yang empunya kuasa segalanya. Malahan, barangkali dengan kita tidak terlalu mengontrol, ada hal baik yang bisa kamu peroleh loh atau ketika lebih tenang tentu perasaan akan lebih rileks sehingga bisa saja membuatmu semakin optimal dalam mengerjakan rencana dan mencapai targetmu. Hehehehe.
Umm mungkin sekian dulu tulisan saya, semoga ada manfaatnya yang dapat kamu peroleh ya. Dan... rasanya senang bisa menulis kembali dalam blog. Have a good time and happy holiday! Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H bagi yang merayakan ya. :)