Kenyang sudah! Sukacita
hari ini dilengkapi dengan masakan mama yang super enak malam ini. Kebetulan
sekali malam ini gue engga mampir ke rumah makan sate padang karena merasa
yakin bahwa masakan mama di rumah akan lebih enak. Ternyata benar, mama masak
sayur sop, tempe mendoan, ikan bakar, dan sambal ikan asin. Luar biasa si mama,
sempat gitu ya masak ikan bakar. Cool abis! Ini pasti karena mama peduli dengan
kesehatan anak-anaknya. She always serves a good healthy food
to us, her children. :) Love you! Muach! :*
Malam ini, gue bukan
bercerita soal detil masakan dan kenikmatan masakan mama, melainkan gue mau
berbagi pengalaman dan hasil pemikiran gue akhir-akhir ini dan ucapan syukur
gue kepada orangtua gue. Mungkin sudah tahu ya bahwa saat ini gue sedang magang
di PwC (pede banget gitu orang pada tau, dan ini bukan pamer :p). Well yah,
pengalaman dan buah pemikiran gue berhubungan dengan magang lalu dikaitkan
dengan peran orangtua. Kira-kira bisa menebak apa? Yo ayo tebak!
Langsung aja kali ya?
Baiklah, gue mendapatkan insight setelah sekitar seminggu hingga dua minggu
bekerja di kantor. Insight apa? Ternyata, menjadi seorang ayah itu tidak mudah.
Dalam artian, ayah yang bekerja untuk menghidupi keluarganya secara finansial
ternyata membutuhkan usaha yang kuat dan ketekunan yang teguh. Mengapa? Gue
mengalami, gue mengamati, dan gue memahami.
Gue magang seharian,
kerjaan gue bukan main-main. Gue pernah merasa lelah dan kadang bosan. Lantas,
gue membayangkan bokap gue yang bekerja setiap hari bahkan sudah berpuluh-puluh
tahun lamanya. Buset, gue ga kebayang apa yang beliau pikirkan dan rasakan
selama bekerja. Just assumed, papa pasti mikirin isteri dan anak-anaknya. Mau
makan apa mereka, mau hidup bagaimana mereka, mau dibawa ke mana mereka, dan
mungkin masih banyak lagi. Terus, gimana ya perasaan papa? Umm, ga kebayang
juga sih, apakah beliau merasa lelah sekali ketika bekerja atau gimana, tapi
yang pasti yang namanya kerja ya wajar capek, baik pikiran, fisik, dan perasaan.
Luar biasa ya bapak-bapak itu.
Selama gue magang,
beberapa kali gue mengamati orang yang bekerja, engga jarang gue mengamati diri
sendiri. Orang-orang di kantor datang pagi-pagi terus pulang sore bahkan sering
lembur. Buset banget dong, sampe di rumah kemaleman, terus paginya bangun
segera untuk berangkat ke kantor. Bahkan, pernah mendengar pengalaman seorang
senior yang pernah tidur hanya beberapa jam. Ya ampun, mereka tidur berapa jam
sehari? Terus kerjaan mereka pun tampak ga mudah lagi. Perusahaan besar
memberikan pekerjaan besar sehingga membutuhkan orang yang besar. Dan ini
artinya adalah wajar bagi mereka. Namun, ini tidak lah biasa karena saya pikir
proses yang mereka alami pasti luar biasa sehingga mampu bertahan dan terus
berkarya hingga saat ini. Hebat! Terus mengamati diri gue sendiri, ini
bermaksud bahwa gue menyadari pekerjaan yang gue kerjakan dan bagaimana proses
serta pengaruh yang gue alami saat bekerja. Wow, my life becomes more
realistic. Haha!
Terus terus, di kampus,
gue belajar tentang psikologi dan pendidikan karier. Di kuliahnya, gue belajar
mengenai sembilan peran yang dimiliki manusia. Teori ini dicetus oleh Super.
Sayangnya, gue lupa nama depannya, kalo ga salah, Donald Super. Kayanya bener
deh itu Donald Super. Ya, jadi kata Bapak Super, beberapa peran yang dimiliki
manusia adalah peran sebagai anak atau bocil, siswa, pekerja, dan orangtua.
Masing-masing memiliki tanggung jawab, kewajiban, dan deskripsi pekerjaan yang
perlu dilakukan. Dan, gue semakin memahami bahwa seluruh manusia di jagat raya
ini akan mendapatkan peran-peran tersebut. Pertanyaannya adalah bagaimana peran
tersebut dapat dilakukan. Dalam pembahasan teorinya lebih lanjut, dibilang ada
konsep yang namanya kesiapan dalam berperan. Beuh, membahas perkara kesiapan,
masih terdapat beberapa bagian yang dimiliki oleh manusia dan sumber daya
lainnya yang membentuk kesiapan pada mereka. Misalnya: knowledge, skills,
self-concept, information, dan lain sebagainya. Terus gue dapet insight dan
bersyukur bahwa gue sedang magang di sini adalah cara untuk gue bisa semakin
siap menjalani peran selanjutnya. Wow! Dan ini berarti bapak dan emak gue telah
mengalami banyak hal selama lika-liku hidup mereka hingga dapat menjalankan
perannya hingga sejauh ini.
Mama, peran mama pun
berarti dalam hidup gue. Bayangkan, gue makan apa kalo mama gue ga masak. Dari
kecil hingga sekarang, mama rajin masak. Mana masakannya seringkali ga
nanggung-nanggung, selalu total. Kece! Ketika gue sampai di rumah dari kantor,
makanan sudah disajikan di atas meja makan. Bahagia sekali rasanya, gue sampe
rumah langsung bisa makan dengan lahapnya. Mungkin ini ya yang bokap gue maknai
bahwa masakan rumah, khususnya masakan mama begitu menggoda. Maksudnya adalah mungkin
papa gue merasa bahagia juga ketika pulang dari pekerjaannya lalu tiba di rumah
bisa makan enak dan sehat. Jadi gue semakin memahami, peran ibu begitu
menggoda. Alias, bukan sekadar merawat dan memelihara, terkadang ibu melakukan
peran seorang ayah atau suami. Cool deh mereka! <3
Sampai di sini mungkin
sudah semakin mengerti ya tentang apa yang gue tulis sejauh ini. Fokus pertama
adalah soal papa-mama gue yang ternyata begitu luar biasa. Gue bisa memiliki kesimpulan
ini karena mengalami langsung melalui magang, yang mana bekerja, yaitu belajar
berperan sebagai pekerja dan orangtua. Di samping itu, gue pun memahami bahwa
peran bapak dan ibu begitu bermakna. Bayangkan kalo bapak gue malesan, gue
makan apa. Bayangkan enyak gue jalan-jalan terus, gue dikasih makanan macam
apa. (Perasaan contohnya makan terus, well gue ngaku memang hobi gue adalah makan).
Poin yang bisa kita pelajari lainnya adalah penting bagi kita, baik remaja
maupun dewasa muda untuk terus belajar dan mencoba peran-peran yang ada dalam
hidup ini. Bukalah mata dan telinga, amati sekitar dan renungkan kepada diri
kita. Tujuannya adalah agar kita bisa menghasilkan pemahaman yang baik melalui
pengalaman kita. Dan, segala sesuatunya dimulai dari belajar dan teruslah
belajar. Eaakkk!
Well, gue bersyukur dan berterima kasih
punya orangtua seperti mereka. Meskipun kadang gue bete ketika ada perbedaan
pendapat atau pemahaman, gue tetap menghormati mereka dan belajar untuk
mempertimbangkan masukan dari mereka. Ini memang wajar dihadapi anak seumuran
gue. Terus, kembali gue bersyukur kepada Tuhan yang memberikan kesempatan bagi
gue untuk hidup sehingga gue bisa mengalami pembelajaran berharga dalam hidup
gue. Gue berterima kasih kepada orang-orang di kantor, terutama bos gue, Mba I
(inisial aja ya), yang telah memberikan kesempatan magang kepada gue. Terima
kasih juga untuk dosen pendidikan karier gue yang telah membukakan pemikiran
dan meluaskan pandangan terhadap peran dalam kehidupan. Wow! Terus, terima
kasih kepada semuanya!! :D
No duty is
more urgent than that of returning thanks. –James Allen-
Wah, seru juga ceritanya..
BalasHapusSaat ini gue lagi mencari-cari Tempat Magang Di Jogja dan blog lo ini cukup memberi motivasi buat gue untuk tetep semangat..
hahaha... thx again
Hi Abaz!
HapusHaha thank you ya. :)
Oh ya, good good. Semoga lo menemukan yang bener pas atau cocok sama lo ya. Tetap harus semangat!!!
Sukses ya lo, Baz! ;)