Setiap manusia selalu
menghadapi masalah dalam kehidupannya. Melalui pengalaman mengikuti sebuah
seminar mengenai bisnis, masalah didefinisikan sebagai adanya diskrepansi atau
kesenjangan antara kondisi ideal dan realita. Misalnya, target bisnis pada
penjualan seharusnya mencapai angka sekian, tetapi kenyataannya penjualan tidak
mencapai target yang telah disepakati. Saya pun ikut meyakini definisi tersebut
karena pembelajaran di kuliah saya pun memandang demikian. Dalam konteks
perkuliahan saya, masalah selalu dikaitkan dengan perilaku yang seharusnya
ditampilkan tidak sesuai dengan apa yang ditampilkan. Contohnya, masalah
mahasiswa pada umumnya adalah manajemen waktu. Mahasiswa kini memiliki beragam
kegiatan, baik kegiatan yang bertajuk pengembangan atau pendalaman minat atau
kegiatan yang sifatnya melatih kualitas diri dan mempelajari peran tertentu.
Ini akan menjadi masalah ketika berdampak buruk pada mahasiswa, seperti
terlambat mengumpulkan tugas atau merasa tertekan dalam proses mengerjakan
tugasnya. Demikian juga dengan bisnis, penjualan tidak mencapai target akan
mengganggu aktivitas bisnis karena kurangnya penerimaan yang membiayai roda perjalanan
bisnis, mungkin ekstremnya adalah bisnis mengalami kerugian hingga mencapai kondisi
“gulung tikar”.
Mungkin sebagian orang
tidak mengharapkan masalah terjadi pada diri mereka. Akan tetapi, sepertinya
masalah tidak dapat luput dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan kehidupan
berjalan dinamis, selalu muncul perubahan. Manusia didorong untuk selalu mampu
beradaptasi atau berusaha mencapai hal maksimal agar mampu bertahan. Berfokus
pada diri individu, masalah seringkali berujung pada pilihan, yaitu ingin
menyelesaikan atau tidak. Jika menyelesaikannya, manusia akan belajar dan
berkembang. Jika tidak, masalah tersebut akan selalu menjadi masalah hingga
suatu saat mungkin akan kembali muncul pada dirinya. Yang menjadi tantangannya
adalah respons yang segera muncul ketika manusia merasakan atau mengalami masalah
pada dirinya adalah ketidaknyamanan, baik pikiran maupun perasaan. Keputusan
selalu kembali kepada manusia tersebut dalam menanggapi masalahnya.
Dalam menyelesaikan
masalah, individu biasanya perlu menyadari dulu bahwa dirinya mengalami
masalah, seperti merasakan hal yang tidak nyaman, melihat dampak atau hasil
yang buruk dari suatu kinerja, dan lain sebagainya. Setelah menyadari hal
tersebut, individu berproses, ia mengamati lingkungan di luar dan di dalam
dirinya. Jikalau masalah ini terkait perilaku, proses tersebut dinamakan
sebagai refleksi. Manusia mengamati perilakunya sendiri dengan mengaitkan
dampak dari perilakunya. Berbeda dengan bisnis, angka penjualan yang rendah tidak
selalu disebabkan penjual yang tidak aktif dan cermat dalam berjualan,
melainkan ternyata produk yang dijual kini sudah kurang mampu menarik konsumen.
Mungkin saja selera konsumen mengalami perubahan, kemudian konsumen mencari
produk pengganti yang dapat memberikan kepuasan pada dirinya.
Masalah sudah disadari,
manusia telah mengamati masalah yang terjadi. Apakah selanjutnya?
Individu dapat mulai
menduga-duga masalah apa yang terjadi pada dirinya. Proses menduga ini pun
tidak serta-merta terjadi, individu kadang perlu melakukan analisis terhadap
masalahnya yang terjadi, misalnya mengenali isu atau topik masalah yang terjadi
dari pengetahuannya mengenai kondisi yang seharusnya hingga nantinya individu
menguji kembali ketepatan dugaannya. Kemudian, individu pun mulai mencoba
membuat solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Solusi pun dapat
beragam. Individu perlu menimbangkan setiap solusi tersebut sehingga mampu
menyelesaikan masalahnya. Hingga pada akhirnya, mungkin individu memilih sebuah
solusi yang paling tepat pada dirinya.
Tulisan saya di atas
panjang sekali, bukan? Tujuan saya menulis beberapa paragraf tersebut dijadikan
sebagai fondasi dasar dan menyamakan pemahaman terhadap masalah yang umumnya
terjadi. Dasar pemahaman ini kemudian akan dibandingkan dengan masalah khusus
yang terjadi pada diri manusia dengan penyelesaian yang unik. Maksudnya adalah
jika masalah umum yang terjadi dapat diselesaikan dengan tahapan metode yang
saya jelaskan, masalah khusus memiliki metode yang berbeda, yaitu berdamai.
Mengapa? Mari kita telusuri dan baca tulisan di paragraf selanjutnya.
Masa lalu. Kedua kata
ini yang pertama kali membedakan kedua jenis masalah yang ada. Mungkin masalah
yang terjadi pada sekarang ini dapat segera dituntaskan dengan metode yang saya
jelaskan di paragraf sebelumnya. Bagaimana jika masalah yang terjadi pada masa
lalu? Masa lalu yang sudah sangat lama. Mungkinkah kembali ke masa lalu?
Mungkinkah mengubah masa lalu? Di masa lalu, mungkin kita masih kecil, mungkin
kualitas diri belum sebaik sekarang hingga kita tidak dapat mengantisipasi
hingga menyelesaikan masalah tersebut. Kita adalah hasil dari masa lalu.
Pengalaman masa lalu juga berandil membentuk kita sekarang. Apa yang bisa kita
lakukan jikalau pengalaman masa lalu hadir dan mengganggu kita sekarang?
Selesaikan! Bagaimana? Berdamailah dengan masa lalu. Mengapa? Kita tidak dapat
kembali masa lalu. Sebuah tindakan yang sia-sia jikalau kita hanya meratapi
nasib di masa lalu. Tindakan yang tak berguna jikalau kita hanya mengandaikan
pengalaman tersebut tidak terjadi. Tindakan yang tidak rasional jikalau kita
ingin mengubah masa lalu.
Saya tidak mencari
teori mengenai berdamai dengan masa lalu. Saya ingin berbagi buah pemikiran
saja mengenai teknik tersebut. Sama dengan teknik umumnya, kita perlu mengungkapkan
kembali masalah kita di masa lalu. Mungkin perlu katarsis atau meluapkan segala
pikiran atau perasaan yang membebani kita. Kita menyadari adanya masalah
tersebut dan menyadari bahwa pengalaman tersebut tidak dapat terulang kembali
sehingga kita mencoba menyelesaikannya. Kita hanya dapat menanggapi dampak yang
terjadi saat ini. Kita perlu belajar bersabar dan berlapang dada terhadap masa
lalu. Akan menjadi lebih baik jika kita mau meyakini bahwa kita tidak ingin
terjebak dalam masa lalu. Mengapa? Hari terus berjalan, dunia terus berubah.
Apakah hanya ingin menjadi manusia masa lalu? Sayangnya, ini akan menghambat
pengembangan diri kita. Paling sederhana adalah kita dapat belajar menjadi
pribadi yang resilien, mampu bangkit dari keterpurukan yang pernah terjadi. Lebih
baik lagi bahkan kita dapat belajar untuk mampu mengantisipasi atau
menyelesaikan masalah yang sama serta yang mungkin terjadi pada masa kini dan
masa depan.
Tulisan ini saya
sampaikan kepada mereka yang pernah memiliki pengalaman pahit di masa lalu.
Semoga dapat memberikan wawasan yang bermanfaat. Tidak harus meyakini teknik
berdamai ini sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di masa lalu. Namun,
percayalah bahwa masa sekarang dan masa depanmu adalah yang terpenting. Mari
bangkit! :)
Follow blog gw donggg hahaha
BalasHapus