Rabu, 02 April 2014

Papa Mama, I LOVE YOU



Kenyang sudah! Sukacita hari ini dilengkapi dengan masakan mama yang super enak malam ini. Kebetulan sekali malam ini gue engga mampir ke rumah makan sate padang karena merasa yakin bahwa masakan mama di rumah akan lebih enak. Ternyata benar, mama masak sayur sop, tempe mendoan, ikan bakar, dan sambal ikan asin. Luar biasa si mama, sempat gitu ya masak ikan bakar. Cool abis! Ini pasti karena mama peduli dengan kesehatan anak-anaknya. She always serves a good healthy food to us, her children. :) Love you! Muach! :*

Malam ini, gue bukan bercerita soal detil masakan dan kenikmatan masakan mama, melainkan gue mau berbagi pengalaman dan hasil pemikiran gue akhir-akhir ini dan ucapan syukur gue kepada orangtua gue. Mungkin sudah tahu ya bahwa saat ini gue sedang magang di PwC (pede banget gitu orang pada tau, dan ini bukan pamer :p). Well yah, pengalaman dan buah pemikiran gue berhubungan dengan magang lalu dikaitkan dengan peran orangtua. Kira-kira bisa menebak apa? Yo ayo tebak!

Langsung aja kali ya? Baiklah, gue mendapatkan insight setelah sekitar seminggu hingga dua minggu bekerja di kantor. Insight apa? Ternyata, menjadi seorang ayah itu tidak mudah. Dalam artian, ayah yang bekerja untuk menghidupi keluarganya secara finansial ternyata membutuhkan usaha yang kuat dan ketekunan yang teguh. Mengapa? Gue mengalami, gue mengamati, dan gue memahami.

Gue magang seharian, kerjaan gue bukan main-main. Gue pernah merasa lelah dan kadang bosan. Lantas, gue membayangkan bokap gue yang bekerja setiap hari bahkan sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. Buset, gue ga kebayang apa yang beliau pikirkan dan rasakan selama bekerja. Just assumed, papa pasti mikirin isteri dan anak-anaknya. Mau makan apa mereka, mau hidup bagaimana mereka, mau dibawa ke mana mereka, dan mungkin masih banyak lagi. Terus, gimana ya perasaan papa? Umm, ga kebayang juga sih, apakah beliau merasa lelah sekali ketika bekerja atau gimana, tapi yang pasti yang namanya kerja ya wajar capek, baik pikiran, fisik, dan perasaan. Luar biasa ya bapak-bapak itu.

Selama gue magang, beberapa kali gue mengamati orang yang bekerja, engga jarang gue mengamati diri sendiri. Orang-orang di kantor datang pagi-pagi terus pulang sore bahkan sering lembur. Buset banget dong, sampe di rumah kemaleman, terus paginya bangun segera untuk berangkat ke kantor. Bahkan, pernah mendengar pengalaman seorang senior yang pernah tidur hanya beberapa jam. Ya ampun, mereka tidur berapa jam sehari? Terus kerjaan mereka pun tampak ga mudah lagi. Perusahaan besar memberikan pekerjaan besar sehingga membutuhkan orang yang besar. Dan ini artinya adalah wajar bagi mereka. Namun, ini tidak lah biasa karena saya pikir proses yang mereka alami pasti luar biasa sehingga mampu bertahan dan terus berkarya hingga saat ini. Hebat! Terus mengamati diri gue sendiri, ini bermaksud bahwa gue menyadari pekerjaan yang gue kerjakan dan bagaimana proses serta pengaruh yang gue alami saat bekerja. Wow, my life becomes more realistic. Haha!

Terus terus, di kampus, gue belajar tentang psikologi dan pendidikan karier. Di kuliahnya, gue belajar mengenai sembilan peran yang dimiliki manusia. Teori ini dicetus oleh Super. Sayangnya, gue lupa nama depannya, kalo ga salah, Donald Super. Kayanya bener deh itu Donald Super. Ya, jadi kata Bapak Super, beberapa peran yang dimiliki manusia adalah peran sebagai anak atau bocil, siswa, pekerja, dan orangtua. Masing-masing memiliki tanggung jawab, kewajiban, dan deskripsi pekerjaan yang perlu dilakukan. Dan, gue semakin memahami bahwa seluruh manusia di jagat raya ini akan mendapatkan peran-peran tersebut. Pertanyaannya adalah bagaimana peran tersebut dapat dilakukan. Dalam pembahasan teorinya lebih lanjut, dibilang ada konsep yang namanya kesiapan dalam berperan. Beuh, membahas perkara kesiapan, masih terdapat beberapa bagian yang dimiliki oleh manusia dan sumber daya lainnya yang membentuk kesiapan pada mereka. Misalnya: knowledge, skills, self-concept, information, dan lain sebagainya. Terus gue dapet insight dan bersyukur bahwa gue sedang magang di sini adalah cara untuk gue bisa semakin siap menjalani peran selanjutnya. Wow! Dan ini berarti bapak dan emak gue telah mengalami banyak hal selama lika-liku hidup mereka hingga dapat menjalankan perannya hingga sejauh ini.

Mama, peran mama pun berarti dalam hidup gue. Bayangkan, gue makan apa kalo mama gue ga masak. Dari kecil hingga sekarang, mama rajin masak. Mana masakannya seringkali ga nanggung-nanggung, selalu total. Kece! Ketika gue sampai di rumah dari kantor, makanan sudah disajikan di atas meja makan. Bahagia sekali rasanya, gue sampe rumah langsung bisa makan dengan lahapnya. Mungkin ini ya yang bokap gue maknai bahwa masakan rumah, khususnya masakan mama begitu menggoda. Maksudnya adalah mungkin papa gue merasa bahagia juga ketika pulang dari pekerjaannya lalu tiba di rumah bisa makan enak dan sehat. Jadi gue semakin memahami, peran ibu begitu menggoda. Alias, bukan sekadar merawat dan memelihara, terkadang ibu melakukan peran seorang ayah atau suami. Cool deh mereka! <3

Sampai di sini mungkin sudah semakin mengerti ya tentang apa yang gue tulis sejauh ini. Fokus pertama adalah soal papa-mama gue yang ternyata begitu luar biasa. Gue bisa memiliki kesimpulan ini karena mengalami langsung melalui magang, yang mana bekerja, yaitu belajar berperan sebagai pekerja dan orangtua. Di samping itu, gue pun memahami bahwa peran bapak dan ibu begitu bermakna. Bayangkan kalo bapak gue malesan, gue makan apa. Bayangkan enyak gue jalan-jalan terus, gue dikasih makanan macam apa. (Perasaan contohnya makan terus, well gue ngaku memang hobi gue adalah makan). Poin yang bisa kita pelajari lainnya adalah penting bagi kita, baik remaja maupun dewasa muda untuk terus belajar dan mencoba peran-peran yang ada dalam hidup ini. Bukalah mata dan telinga, amati sekitar dan renungkan kepada diri kita. Tujuannya adalah agar kita bisa menghasilkan pemahaman yang baik melalui pengalaman kita. Dan, segala sesuatunya dimulai dari belajar dan teruslah belajar. Eaakkk!

Well, gue bersyukur dan berterima kasih punya orangtua seperti mereka. Meskipun kadang gue bete ketika ada perbedaan pendapat atau pemahaman, gue tetap menghormati mereka dan belajar untuk mempertimbangkan masukan dari mereka. Ini memang wajar dihadapi anak seumuran gue. Terus, kembali gue bersyukur kepada Tuhan yang memberikan kesempatan bagi gue untuk hidup sehingga gue bisa mengalami pembelajaran berharga dalam hidup gue. Gue berterima kasih kepada orang-orang di kantor, terutama bos gue, Mba I (inisial aja ya), yang telah memberikan kesempatan magang kepada gue. Terima kasih juga untuk dosen pendidikan karier gue yang telah membukakan pemikiran dan meluaskan pandangan terhadap peran dalam kehidupan. Wow! Terus, terima kasih kepada semuanya!! :D