Jumat, 15 Juni 2018

Say Hello and Overthinking

Hello readers!

Sudah lama sekali ya bahwa saya tidak menulis di blog ini. Kira-kira masih ada yang baca ga ya? Hehehehe. Saya sebenarnya masih suka menulis di Word atau di akun Instagram saya, yaitu @petersamuelo. Bagi yang mau keep connecting dengan saya atau membaca curahan pikiran saya, boleh sekali untuk follow Instagram saya, nanti akan saya follow back. Namun, sebaiknya beritahu dulu bahwa kamu follow karena tahu akun saya dari blog ini. Hehe. Mengapa? Karena saya biasanya hanya follow dan mem-follow back orang-orang yang saya kenal, misalnya teman kuliah, teman kerja, dan seterusnya. Akan lebih enak bagi saya untuk membina relasi ketika sudah terjadi pengenalan terlebih dahulu. Itu sih kalau kalian mau follow dan mengabari, kalau tidak, ya saya juga tidak mengharapkan. Namun, saya selalu berusaha menuliskan hal-hal yang baik yang dapat bermanfaat bagi kita semua. 

Sempat saya lihat bahwa saya terakhir menulis di blog ini adalah pada Oktober 2017. Sudah hampir setahun ya. Hehe. Baiklah, setidaknya saat ini saya kembali lagi untuk menulis ya. By the way, kalian apa kabar? *berasa ngobrol ya* Berasa ngobrolnya ini dengan orang yang memang biasa membaca tulisan saya. Haha. Well, semoga siapa pun kalian yang membaca tulisan ini memiliki kabar yang baik, namun kalaupun tidak baik, tidak apa. Namanya juga kita manusia ya, bisa mengalami dan merasakan hal yang baik dan buruk. Jikalau ada yang bisa saya bantu, silahkan kontak saya, bisa melalui komentar di post ini, email saya di peter.loin@gmail.com, atau di akun Instagram saya di @petersamuelo. Ya, saya memang concern dengan hal-hal yang menyangkut kemanusiaan, spesifiknya adalah melalui konsultasi dan pengembangan. Jadi, silahkan jikalau ada yang hendak berbagi ya. Saya pun akan senang ketika dapat membantu.

Sekarang, giliran saya ya yang bercerita tentang kabar saya. Saat ini, kabar saya baik, meskipun sempat beberapa waktu yang lalu tidak baik. Lagi-lagi, saya adalah manusia biasa dan semua pengalaman yang terjadi pada diri saya pun merupakan hal yang dapat membuat saya semakin belajar, bertumbuh, dan berkembang. Saat ini, saya masih berkuliah S.2 manajemen di PPM School of Management. Perkuliahannya menarik. Saya belajar banyak hal baru dan baik bagi diri saya. Tidak hanya terkait ilmu dan praktiknya saja ya, melainkan saya menemukan teman-teman baru yang baik dan suportif untuk pertumbuhan dan pengembangan diri saya. Selain itu, saya masih tetap yang dulu kala berkuliah S.1 psikologi di Universitas Indonesia. Maksudnya adalah saya tergolong masih aktif sebagai mahasiswa S.2. Ada beberapa kepanitiaan yang saya ikuti di kampus, menjadi pembawa acara, bergabung dalam kompetisi bisnis, dan saat ini saya sedang mengerjakan riset pribadi saya. Doakan saya ya, semoga lancar dan berhasil. Menarik banget loh topiknya, yaitu tentang penelitian start-up dimana saya mengombinasikan ilmu manajemen dan psikologi di dalamnya. Seru kan? Hehehehe. Duh, saya memang suka dengan riset sejak dulu sih. Sebenarnya, masih ada ide riset lainnya, tentang fenomena mahasiswa S.2 sekarang yang juga rerata adalah freshgraduate dan perilaku netizen. Yuk ah, barangkali ada yang tertarik dengan topik-topik ini, barangkali kita bisa berdiskusi bersama. Hehehehe. Selain itu, saya juga masih bekerja nih di Konsultan PPM Manajemen sebagai freelancer. Ya lumayan untuk menambah pemasukan dan terus belajar pada konteks yang berbeda. Saya orangnya memang suka belajar gitu sih ya. Jadi, ketika ada kesempatan menurut saya bisa dilakukan bagi saya semakin belajar, mengapa tidak? Semoga kamu yang membaca pun memiliki sikap yang positif dan minat terhadap belajar ya karena belajar itu penting banget loh. Bukan sekadar untuk kita nantinya bekerja lalu mendapatkan uang, tetapi juga untuk dapat beradaptasi di tengah perkembangan zaman. Dan, kalau saya sih, suka sekali ketika dapat menjelaskan fenomena yang sekarang terjadi. Kurang lebihnya, update saya itu dulu ya. Semoga ada pun hal baik yang dapat dipelajari dan diterapkan. Karena itu lah saya, yang mengharapkan bahwa diri saya dapat memberikan hal dan pengaruh yang baik bagi orang lain, tentunya untuk pertumbuhan dan pengembangan diri. 

Dalam post ini, saya sebenarnya hendak menuliskan sebuah ide tulisan tentang fenomena overthinking. Pernah ga sih kamu mengalami overthinking ini? Di mana, kamu sangat intens memikirkan sesuatu yang tampaknya berlebihan. Seperti apakah berlebihannya? Misalnya, kamu memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi (cemas). Contoh lebih konkretnya begini nih, "aku setelah lulus sekolah, ngapain ya? Kuliah atau kerja? Keduanya sama-sama baik, tapi nanti kalau aku kuliah, aku ga dapat uang untuk membantu keuangan keluarga, tapi kalau nanti aku kerja, yang ada aku keterusan sehingga akan malas untuk berkuliah lagi." Sebenarnya, apa sih yang menyebabkan kita sebagai manusia dapat mengalami overthinking. Ya, saya akan mencoba menjelaskannya berdasarkan teori dan observasi saya ya, termasuk juga pengalaman-pengalaman orang yang bercerita kepada saya, maklum saya sering menjadi diari bagi orang-orang. But, I surely enjoy to listen and help others

Baiklah, saya akan mencoba mengemukakan pendapat saya tentang penyebab orang dapat mengalami overthinking. Kalau, misalnya ada yang tidak setuju, silahkan sampaikan saja dan jelaskan ya. Baik juga jikalau kita dapat berdiskusi, bukan? I also enjoy it kok. 

1. Kepribadian 
Seseorang dengan kepribadian introvert biasanya suka mengalami overthinking. Saya sendiri adalah seorang introvert sehingga saya juga suka mengalami overthinking. Apakah dapat digeneralisasikan? Tidak. Namun, sebagai introvert memang cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain apalagi orang lain yang belum ia kenal dan tidak merasa nyaman. Maka dari itu, ia suka memikirkannya sendiri. Namun, ketika ia dengan teman dekat atau orang yang dirasakan nyaman baginya, biasanya dia akan mengutarakan pikiran dan perasaannya dengan mudah, lancar, dan cepat. Hehe. Begitu sih kalau berdasarkan pemahaman diri dan pengamatan saya kepada teman-teman saya yang juga seorang introvert. Selain kepribadian introvert, kepribadian feeling juga nih biasanya kemungkinan mengalami overthinking. Mengapa? Karena orang dengan kepribadian ini menjaga perasaan orang lain. Ia tidak mau menyakiti perasaan orang lain atau menyinggung dirinya. Jadi, dapat terbayang ya jikalau seorang berkepribadian introvert dan feeling. Kalau kamu penasaran, soal tipe kepribadianmu, coba deh googling MBTI free test. Ini salah satu link test yang dapat saya rekomendasikan: 
https://personalitymax.com/personality-test/

2. Kecemasan 
Nah, ini nih yang biasanya juga mengakibatkan seseorang mengalami overthinking. Kecemasan ini sendiri adalah perasaan negatif yang dialami seseorang dimana biasanya ia memiliki pemikiran yang belum tentu terjadi, namun memunculkan reaksi ketidaknyamanan pada perasaannya. Eaa. Kecemasan dapat disebabkan oleh berbagai hal sih, dapat karena adanya pengalaman traumatis yang tentunya tidak menyenangkan dan reaksi yang muncul adalah cemas ketika melihat pengalaman yang mirip atau serupa, selanjutnya dapat disebabkan keterbatasan informasi yang dimiliki dalam pikiran kita sehingga dalam memproses informasi, ada sesuatu yang missing atau incomplete sehingga membuatnya berpikir secara 'mengada-ada'. Hehe. Maksudnya adalah membuat informasi yang mungkin saja benar atau berasumsi sebagai bentuk kecemasannya. Lalu, kecemasan ini juga dapat disebabkan karena kepribadian. Ada sih teori psikologi yang menyebutkan bahwa kecemasan adalah sebagian dari kepribadian. Namun, saya menentangnya sih. Hehe. Apa-apaan ya saya yang belum S.3 sudah berani menentang teori dan membangun teori baru. Lol. Ya, saya sih lebih melihat kecemasan disebabkan oleh pengalaman traumatis masa lalu dan keterbatasan informasi. Cemas enak tidak? Tentu tidak! Boleh terjadi? Boleh. Bermanfaat? Ada juga manfaatnya. Tidak enak karena cemas adalah bentuk perasaan negatif. Boleh terjadi karena kita hanya lah manusia biasa yang mungkin punya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dan semua orang tidak ada yang sempurna atau dalam artian masih terus membutuhkan belajar dalam proses hidupnya kok. Manfaatnya apa dari kecemasan? Kita jadi do something untuk mengantisipasi atau menghindari kecemasan itu tidak terjadi. Nice kan. Dari situ, kita jadi menggunakan kapabilitas kita untuk mengontrol diri dan keadaan di masa depan. Namun, kalau segala perilaku kita bersumber dari kecemasan, jelas tidak ada manfaatnya sih, capek loh. Dan, saya menyarankan untuk bertemu konselor atau psikolog yang dapat membantu dengan lebih tepat. Jika akhir-akhir ini kamu merasa cemas dan bingung penyebabnya, misalnya gelisah, panik, tidak tenang, dan lain sebagainya, mungkin yang bisa disarankan adalah kamu menulis jurnal atau diari dalam dua hingga tiga minggu. Di situ, kamu bisa menulis apa saja yang kamu pikirkan dan rasakan. Usahakan detil ya kronologisnya, bagaimana situasi dan kondisi sekitarmu atau peristiwa apa yang terjadi yang memungkinkan kamu merasakan hal tersebut. Di akhir periode waktu menulismu, kamu bisa meninjau kembali tulisanmu, menilai kecemasanmu, dan menemukan kira-kira apa ya yang menyebabkan kamu merasakan cemas hingga bagaimana solusi terbaik yang bisa kamu lakukan. Kamu juga bisa meminta bantuan orang lain yang kamu bisa percayai. Selain itu, manfaat dari menulis adalah kamu dapat merasa lebih release atau plong sih. 

3. Kebutuhan untuk mengontrol tanpa menyadari bahwa kita adalah manusia biasa
Hehehehe. Pernah tidak mengalami atau merasakan hal ini? Seakan-akan kamu mau segala sesuatu yang kamu rencanakan terjadi sesuai kehendakmu. Ya, ini bisa disebabkan karena kepribadian judging yang biasanya sangat strict dengan rencana yang dibuat. Atau, kemungkinan sifat perfeksionisme yang saya pelajari adalah bersumber dari kecemasan pribadi, entah tidak mau terlihat jelek oleh orang lain atau diri sendiri karena standar yang sudah ditetapkan. Chill. Kita bukan lah Tuhan yang empunya kuasa segalanya. Malahan, barangkali dengan kita tidak terlalu mengontrol, ada hal baik yang bisa kamu peroleh loh atau ketika lebih tenang tentu perasaan akan lebih rileks sehingga bisa saja membuatmu semakin optimal dalam mengerjakan rencana dan mencapai targetmu. Hehehehe. 

Umm mungkin sekian dulu tulisan saya, semoga ada manfaatnya yang dapat kamu peroleh ya. Dan... rasanya senang bisa menulis kembali dalam blog. Have a good time and happy holiday! Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H bagi yang merayakan ya. :)

Sabtu, 07 Oktober 2017

Mimpi dan Target Jangka Pendek: Butuh Adaptasi

Semacam penat melanda, rindu menulis, dan berbagi pikiran (beban hidup). Hahahaha. Akhir-akhir ini, kesibukan memang lebih bertambah porsinya. Sibuk yang sebenarnya tidak terlalu sibuk jikalau saya dapat me-maintain diri dengan lebih baik terhadap segi mengatur waktu dan mengelola emosi. Saat ini, saya memiliki dua peranan, yaitu menjadi seorang pekerja dan mahasiswa. Sudah sekitar tiga minggu, peran ini saya jalani bersamaan. Tidak terlalu bermasalah sebenarnya, hanya terkadang lelah karena terbatasnya waktu untuk istirahat dan menikmati me-time yang berkualitas. Ditambah dengan beban pikiran terhadap mata kuliah yang saat ini saya sedang ambil. Ya, saya berusaha bahwa ketika saya menulis ini, saya sekaligus mengurangi tensi pada diri saya dan mengarahkan diri untuk mengatasi masalah pengaturan waktu. Ketika manajemen waktu saya lebih baik, saya percaya bahwa saya akan lebih baik dalam mengelola emosi karena saya dapat memberikan waktu bagi saya untuk meregulasinya saat diperlukan pada waktu yang saya tetapkan. Di sini saya mendapatkan pemahaman bahwa masalah yang lebih penting dan perlu segera ditangani adalah mengenai manajemen waktu. 

Bekuliah dan bekerja adalah sebuah pengalaman baru yang saya hadapi. Saya dapat mewajarkan bahwa akan berat di awal. Namun, saya merasa sudah cukup baik melewatinya. Saya tergolong orang yang memandang dan meyakini “kesulitan hari ini ya adalah kesulitan hari ini saja”. Saya tidak mau berlama memikirkan dan memusingkan sesuatu. Bisa jadi dengan cara saya menulis saat ini adalah salah satu cara untuk segera menghilangkan kepusingan. Hahahaha. Tapi tenang saja, saya tetap akan membagikan buah pikiran saya akhir-akhir ini mengenai mimpi dan tujuan atau target jangka pendek. Namun, izinkan saya bercerita keluh-kesah dulu ya. Hahahaha. 

Akuntansi, salah satu mata kuliah matrikulasi yang saya sedang jalani di awal perkuliahan sebagai mahasiswa S.2 manajemen. Lama sudah tidak bertemu dengan akuntansi setelah tahun 2010 saya masih berkecimpung dengan akuntansi. Ya, dulu saya seorang mahasiswa D.3 akuntansi. Saya dulu pernah bercerita di post saya dulu mengenai kesulitan saya ketika berkuliah di jurusan tersebut. Bukan berarti trauma, saya merasa kesulitan untuk memahami akuntansi di perkuliahan sekarang, namun saya tetap bersyukur karena saya mau tetap fight. Setidaknya, saya berhasil lulus dari mata kuliah ini. Meskipun terasa berat saya jalani, saya tidak boleh mengulangi masa lalu saya dimana saya menghindar dari proses belajar. Saya merasa tertekan ketika saya belum berhasil memahami akuntansi dengan tepat. Saya seorang yang membutuhkan pemahaman yang tepat dan diperoleh dari proses belajar yang runut. Saya masih mau belajar dan saya meyakini bahwa ini akan menjadi bekal bagi saya ketika sudah lulus menjadi seorang magister manajemen. Penting bagi saya untuk dapat mempertimbangkan keuangan dalam pengambilan keputusan pada manajemen. Saya hampir bingung harus bagaimana belajar akuntansi. Saya harus mengubah pendekatan belajar saya khusus untuk mata kuliah ini. Seperti yang teman saya sampaikan, saya perlu berlatih soal. Saya lebih nyaman dan terbiasa untuk belajar mandiri dengan membaca buku teks dan membuat catatan kecil. Namun, untuk ini, saya tampak perlu berlatih soal dan tetap berdiskusi dengan teman ketika menemukan tidak pemahaman. Saya tidak mau menghafal. Saya ingin memahami. Pemahaman adalah yang saya butuhkan dalam hidup ini. Hahahaha. Well, dari paragraf ini, terdapat buah pikiran lainnya yang saya ingin bagikan mengenai “adaptable” dimana saat ini kita tidak bisa lagi mengatakan “saya cocoknya ini, bukan itu, saya engga mau belajar”, melainkan “saya perlu belajar ini, saya mau menyesuaikan diri agar dapat belajar dan menghasilkan yang baik”. Cocok-cocokan perlu, namun perlu mampu beradaptasi.

Sekian curhat saya. Saya akan mengelaborasi topik pertama ya, yang mengenai mimpi atau saya maknai juga sebagai target jangka panjang. Saya dapat dikategorikan sebagai pemimpi. Penting bagi saya untuk memiliki dan membayangkan mimpi yang ingin saya wujudkan di masa depan. Setelah membayangkan, saya suka bertanya dan perlu memahami mengapa saya memiliki mimpi itu, apa yang ingin saya dapatkan ketika mimpi tersebut terwujud, dan apa yang perlu saya siapkan untuk meraihnya. Tentunya, kita perlu menetapkan langkah-langkah konkret untuk mencapai mimpi kita, termasuk kita mengenai target-target jangka pendek, yang nantinya akan mengarahkan kita untuk mencapai mimpi atau target jangka panjang. Perkara mencapai target jangka pendek menjadi sebuah hal yang penting sebagai konsekuensinya. Mereka akan berdampak pada pencapaian target jangka panjang. Mereka pun akan memberikan berbagai pengalaman bagi kitu untuk semakin belajar dan berkompeten untuk mencapai target jangka panjang tersebut. Oleh sebab itu, kesulitan yang saya alami atau kalian alami, selama itu adalah juga mendukung pencapaian target jangka panjang, janganlah berhenti, tetap rendah hati dalam belajar, seperti yang saya lakukan. Hahahaha.

Selanjutnya adalah mengenai topik kedua, yaitu menjadi “adaptable”. Dulu saya meyakini bahwa segala sesuatu butuh kecocokan, misalnya dalam karier. Penting sekali untuk kita memperhatikan berbagai aspek internal pada diri kita terhadap karier, seperti minat, kepribadian, dan kemampuan. Alangkah baiknya, ketika seseorang memiliki pilihan karier yang memang sudah sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan. Namun, saya mencoba berpikir kembali. Setiap manusia memiliki hak dan kebebasan untuk menjadi apa dan bagaimana. Dalam karier, saya menganggap setiap kita manusia dapat berkarier menjadi apa saja selagi mau dan dan siap menerima dan menyesuaikan diri dari setiap konsekuensinya. Ditambah dunia ini sangat dinamis. Banyak perubahan di sekitar kita, yang secara tidak langsung, menuntut kita menjadi seorang yang toleran pada perubahan dan dinamis terhadap diri sendiri. Jika tidak, kita akan tenggelam. Well, mirip dengan zona nyaman, terlalu asyik dengan pola perilaku dan kegiatan, terkadang akan berdampak buruk. Kita harus memandang perubahan sebagai kebutuhan. Kita akan menikmati dampak perubahan ketika kita memenuhi kebutuhan untuk berubah. Mirip dengan kasus saya dengan perkuliahan akuntansi, saya perlu memiliki pendekatan baru dalam belajar, yaitu berlatih soal, namun  dengan tetap mempertahankan pola belajar saya biasanya yang saya anggap penting karena saya akan mendapatkan pemahaman yang dasar dan tepat.

Jika melihat dua topik yang saya telah sampaikan di atas, dapat kita simpulkan bahwa ketika hendak mencapai mimpi atau target jangka panjang, kita perlu mencapai target jangka pendek. Ketika kita hendak mencapai target jangka pendek, kita harus beradaptasi agar dapat mencapainya. Apa pun kesulitan dan tantangan yang dihadapi dalam prosesnya, beradaptasi dan berubah adalah kuncinya. Sekian. Semoga ada manfaat yang bisa kamu peroleh dari tulisan ini. Terima kasih sudah membaca. :)

Minggu, 22 Januari 2017

Trip to Jogja (not Busan)

Hahahaha. Sorry kalo judul tulisan gue kali ini agak ganggu atau lawak. Padahal, tadinya gue berencana untuk menetapkan jadwal tanpa “not Busan”, lalu diikuti dengan kata pembuka “kini aku di Jakarta, sebelumnya di Jogja”. Hahahaha agak kurang pas kalau misalnya kata-kata pembuka itu dipertahankan dengan judul yang random seperti itu.

Selama sekitar 2-3 hari, aku dan sekeluarga berada di Jogja, menikmati liburan di tengah waktu yang tidak common bagi orang berlibur. Hehe. Bisa berada dan berjalan-jalan di Jogja bersama keluarga merupakan peristiwa atau momen yang langka bagi kami. Ya, kami sekeluarga lengkap, orangtua dan saudara kandung saya. Jadi, saya bersyukur dapat memiliki dan menikmati waktu bersama keluarga, meskipun tetap ada momen dimana saya menyendiri dan menikmati waktu saya sendiri.

Dapat dikatakan bahwa berpergian di Jogja adalah sudah beberapa kali, meskipun sebelumnya bertujuan bekerja, bukan berlibur. Jadi, dapat disebut sebagai waktu dan kegiatan yang spesial. Selama di Jogja, saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk berpikir dan merenung. Mungkin berbeda dengan orang kebanyakan dimana mereka mungkin melakukan wisata kuliner atau mengunjungi berbagai tempat, kemudian mengambil foto-foto.

Kami mengunjungi berbagai tempat yang cukup populer. Namun, di sini saya akan bercerita mengenai tempat yang bagi saya bermakna. Pertama adalah Candi Borobudur. Tempat ini merupakan objek wisata yang kental dengan sejarah budaya dan filosofi keagamaan tertentu. Ini adalah pengalaman pertama saya mendatangi Candi Borobudur. Dan, tentu saya bangga bahwa Indonesia memiliki salah satu objek wisata bersejarah dan bernilai seperti candi ini. Jika menelusuri makna mengenai Candi Borobudur, misalnya makna dari sejarah berdirinya, bentuk bangunan, hingga ukiran di candinya, tentunya sangat menarik. Poin yang saya nikmati lainnya adalah melihat kondisi geografis di sekitar Candi Borobudur, terutama ketika berada di puncak candi. Di sekelilingnya, terdapat pegunungan, bukit, pepohonan, langit luas, dan seterusnya, yang merupakan sebuah kondisi alam yang saya biasanya nikmati, namun sayang karena ramai sekali pengunjung, saya agak kurang menikmati waktu saya untuk dapat menikmati alam. It’s okay. I will have another chance and time to enjoy my time alone in another beautiful place. 

Kami pun mendatangi sebuah museum yang lagi mengandung sejarah. Tentu, saya nikmati. Tampaknya ketika saya observasi diri saya, memang saya menyukai sejarah. J Bagi saya, sejarah merupakan cikal bakal dari segala sesuatu yang exist saat ini. Saya yang senang mengenali dan memahami segala sesuatu, tentu mempertimbangkan dan memandang penting kesejarahan. Kami datang ke sebuah museum bernama, Benteng Vrederburg. Saya tidak akan menceritakan hasil observasi saya keseluruhan. Tempat ini menarik karena kita bisa dapat mengenal dan mengetahui sejarah mengenai Indonesia, mengetahui proses bagaimana Indonesia dapat merdeka. Tentunya, tidak mudah bagi mereka yang tinggal pada masa itu karena adanya “perperangan” dan kesulitan lainnya. Mereka yang berjuang mungkin hanya bertujuan untuk mencari tahu dan melakukan eksekusi untuk memperjuangkan bangsa dan negaranya. Kemerdekaan yang akhirnya kita alami dan rasakan hingga saat ini. Namun, apakah benar saat ini kita sudah sungguh merdeka? Hehe. Tulisan ini dapat semakin panjang lebar kalau fokusnya menjadi pemaknaan kemerdekaan bagi setiap individu dan kelompok. 

Bagian yang saya sangat nikmati adalah ketika saya mengunjungi sebuah ruangan dan di sana saya menemukan peninggalan sejarah dan membaca sedikit sejarah mengenai Dr. Sardjito. Hanya dengan peninggalan sejarah ini dimana saya mengambil foto diri saya dengannya di dalam museum ini. Pertama, kali saya menginjakkan kaki menyaksikan jubah akademis yang entah apa nama istilahnya, saya sempat merasa merinding. Bukan karena mistis, melainkan karena saya kagum kepada beliau dimana pendidikan dan dirinya memiliki andil dan peran dalam perjuangan Indonesia. Saya bangga sekali. Di samping itu, karena memang saya memandang penting terhadap pendidikan dan menjunjung tinggi mengenai ilmu dan pengetahuan, ini berkontribusi menyebabkan saya merinding. Merinding memang bukan menjadi fokus dari kisah ini, namun bukti dimana saya begitu terkesan dan merasa terdorong kembali untuk berupaya melanjutkan pendidikan agar dapat mengembangkan diri dan semakin melibatkan diri dalam memajukan bangsa dan negara dari aspek manusia dan sosial. Amin. Maaf rada curcol. Haha. Pengen banget jadi akademisi. Pengen jadi profesor. Selain melakukan penelitian, pun pengen bisa tetap berkecimpung pada dunia praktik sehingga kebermanfaatan dapat dialami oleh orang lain. Amin ya sekali lagi.

Saya pikir dan rasa cukup tulisan saya saat ini. Akan saya ceritakan nanti momen-momen atau insight yang saya peroleh ketika berada di Jogja dan setelah kembali ke Jakarta. Jogja berkesan, memiliki andil dalam kesejarahan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Demikian juga dengan pengembangan pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara, Budi Utomo, Dr. Sardjito, dan seterusnya adalah tokoh inspiratif yang berelasi dengan pendidikan. Semoga, seiring perkembangan zaman, pendidikan tetap menjadi prioritas penting yang perlu diperhatikan, namun tetap menyesuaikan terhadap situasi dan kondisi saat ini. Maju terus pendidikan di Indonesia. Haha ini kata-kata penutup yang kurang begitu merepresentasikan judul tulisan dan kurang menyimpulkan tulisan secara utuh dan lengkap. Hahahaha.  

Senin, 16 Januari 2017

Hidup Saya Indah

Pada tanggal 16 Januari 2017, tidak sengaja pemikiran ini muncul. Pemikiran yang unik, yang belum tentu semua orang mengalaminya. Adalah sebuah refleksi kehidupan saya. Saya tumbuh dan besar dalam suatu dimensi yang serupa dan bertahan secara berkelanjutan yang cukup lama. Saya bersekolah, saya mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah, datang ke tempat kursus, dan begitu seterusnya terjadi di keesokan harinya. Memang tidak ada yang merugikan bahkan saya mendapatkan manfaat yang baik dari pola hidup yang seperti itu.

Beranjak dewasa, saya bertemu dan sengaja memaparkan diri pada dimensi yang berbeda. Bertemu dengan berbagai orang dari latar belakang dan nilai hidup yang berbeda, juga pengalaman-pengalaman yang belum pernah saya coba sebelumnya. Ketika saya berpikir dan merenung, ternyata banyak sekali hal positif bahkan semuanya adalah baik. Meskipun pahit pernah kurasakan, ternyata saya melihat dari sudut pandang lain bahwa banyak sekali yang saya pelajari. Tentunya, yang membuat saya semakin berkembang. Saya menyadari bahwa saya memiliki kecerdasan intrapersonal dan kebutuhan untuk selalu berkembang. Maka dari itu, perenungan dan gaining positive insight merupakan hal yang biasa saya lakukan.

Setelah saya menarik pengalaman hidup menjadi sebuah benang lurus, saya melihat dan menyimpulkan bahwa pengalaman yang telah saya lalui adalah berharga. Dan, saya melihat terdapat keindahan di sana. Perwujudan makna yang telah terungkap ini menjadi sebuah penguatan bagi saya untuk terus mengeksplorasi kehidupan ini, pengalaman yang berbeda dan  berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda akan menjadi agenda hidup saya. Hingga pada akhirnya, saya dapat membuat sebuah kesimpulan berdasarkan pengamatan dan pemaknaan mengenai esensi kehidupan manusia. 

Minggu, 01 Januari 2017

Belum Tidur Jua

Why does it happen again to me?

Why and why gue ga sulit sekali tertidur malam ini. Bahkan sudah pagi. Sudah tanggal 2 Januari 2017.

Apa yang terjadi?

Memang hawa kamar terasa panas, sudah diatasi dengan menyalakan AC.

Banyak nyamuk? Ya sudah berkurang setelah membasmi mereka dengan raket listrik.

Apa lagi?

Terpikir pekerjaan yang masih ada? Mungkin. Dan ingin segera menyelesaikan. Namun, merasa tidur adalah opsi terbaik karena saya butuh istirahat pun.

Mungkin karena sedang memikirkan sesuatu? Baru saja memikirkan kembali langkah tindakan yang baru saja dilakukan. Mengapa sampai begini? Apakah aku kurang berpikir panjang? Sudah. Lalu, mengapa kah? Mengapa tidak mencoba menunggu bagaimana perkembangannya terlebih dahulu. 

Benar.

Apa mungkin karena terpikir sebuah ide yang ingin segera direalisasikan? Mengapa tidak tidur dulu agar bisa cukup istirahat sehingga besok menjadi optimal kembali untuk melakukan sebuah kemajuan?

Apa terpikir keinginanmu yang lain? Sama saja dengan di atas, mengapa tidak tidur dulu?

Apa ada perasaan yang mengganjal? Apa ada sesuatu yang lain ingin kamu lakukan? Apa kamu sedang merindukan sesuatu?

Baiklah beberapa di atas bisa saya lakukan saat ini juga, namun izinkan saya menyelesaikan tulisan saya.

Banyak kemungkinan yang menyebabkan perilaku seseorang. Saya pun meyakini bahwa sebuah perilaku tidak hanya disebabkan hanya dengan satu faktor. Banyak faktor.

Sama dengan hidup. Hidup penuh kejutan. Ada hal yang tidak terduga bisa saja terjadi. Rasanya jika mengontrol hidup sedemikian rupa, sepertinya akan begini akibatnya. Susah tidur. Haha.

Aku memang ingin lebih efektif dan efisien dalam mengelola hidup, ragam aktivitasku. Aku senang karena di hari pertama di bulan ini, sudah ada yang tercapai. J

Semoga kian hari semakin lancar.

Namun, masih perlu disesuaikan agar lebih bijak sehingga aku pun bisa tidur lelap.

Umm. Pagi sudah datang. Mari lakukan apa yang bisa aku lakukan sekarang.

Akan ada waktunya aku akan bisa tertidur. J

Jumat, 23 Desember 2016

Hidup adalah sebuah eksplorasi: Introvert atau extrovert?

Di sela pengerjaan tugas negara (again), saya ingin menulis proses dan hasil pemikiran saya akhir-akhir ini mengenai pemahaman diri mengenai siapa saya saat ini. Meskipun saya meyakini bahwa banyak hal dari segala sesuatu bersifat kontinum, bukan dikotomi. Namun, kali ini saya mencoba untuk menemukan posisi keberadaan saya mengenai tipe kepribadian ini, introvert atau extrovert.

Jika mengamati dan meninjau kembali sikap dan perilaku di masa kecil hingga remaja, saya cenderung seorang yang introvert. Saya lebih terbiasa berkawan dengan satu atau dua orang. Menikmati kualitas hubungan dengan beberapa orang, kurang tertarik dengan perkumpulan yang ramai dengan banyak orang. Walaupun berada dalam keramaian, sudah pasti saya akan cenderung bersama orang terdekat saya. Mengapa? Sebenarnya bisa ditinjau lebih lanjut lagi dengan menilik lebih lagi mengenai perilaku tersebut. Apakah karena saya saat itu merasa tidak begitu dekat dengan beberapa orang tersebut? Apakah ada sikap dan perilaku mereka yang membuat saya tidak nyaman? Wajar jika demikian, agak sulit untuk bisa menyimpulkan apakah ini kepribadian introvert atau bukan karena hubungannya saja belum tepat jika dipikirkan secara logika sederhana.

Sebenarnya, apakah definisi dari introvert dan extrovert? Pada dasarnya, dua kata ini merupakan tipe kepribadian atau kecenderungan seseorang dalam berperilaku sehari-hari. Ada yang pernah mengatakan bahwa dua tipe kepribadian ini merupakan gambaran seseorang untuk mendapatkan energi yang dimanfaatkan sehingga dapat menjadi optimal atau tidak terkait mengaktualisasi dirinya dan melaksanakan peran atau rutinitasnya. Singkatnya begini, seorang introvert menikmati kesendirian, sedangkan extrovert menikmati suasana yang ramai dan penuh hingar-bingar. Mungkin lebih baik saya membaca literatur lebih lanjut mengenai ini, namun tampaknya saya sedang ingin bermain dengan konsep dan teori di dalam otak saya, tetapi saya selalu menerima masukan dari penjelasan seseorang.

Berfokus pada judul dan tujuan dari penulisan ini, saya hanya ingin berbagi cerita hasil analisis diri saya akhir-akhir ini. Mungkin berkisar setahun terakhir ini. Sebelumnya, saya memandang diri saya adalah seorang ambivert. Ambivert merupakan tipe kepribadian yang skalanya berada di tengah antara extrovert dan introvert. Ini saya yakini karena saya telah mengikuti berbagai tes kepribadian. Berkali-kali, hasil yang saya dapatkan adalah extrovert. Namun, semakin ke sini, kok saya semakin introvert. Baru terpikir oleh saya saat ini, mungkin saja tes tersebut memang tidak mengukur aspek ambivert seseorang jadi memang belum mampu mengungkapkan sisi ambivert saya.

Setahun terakhir, saya mencoba menganalisisnya berdasarkan beberapa aspek. Dimulai dari pekerjaan, pekerjaan saya memang mengarahkan saya untuk bekerja menggunakan proses berpikir daripada berelasi. Oleh sebab itu, waktu yang saya miliki tentunya menjadi semakin berfokus dengan berpikir. Dan, biasanya ketika berpikir dalam konteks bekerja, saya lebih senang menyendiri. Singkatnya, karena pekerjaan ini minim berinteraksi dengan orang lain dan saya menikmati kesendirian saya ketika bekerja, aktivitas ini mengarahkan saya untuk semakin berada pada skala kontinum introvert. Aspek selanjutnya adalah lingkungan sosial. Kepribadian seseorang juga ditentukan oleh lingkungan sosial di sekitarnya. Kebanyakan dari sahabat dan teman saya adalah seorang introvert. Mungkin di awal yang mendorong saya senang bergaul dengan mereka adalah karena mereka senang mendengarkan daripada bicara. Bukannya berasumsi ya, hanya menduga (sama saja? hehe). Waktu itu, saya merasa memang memiliki kebutuhan untuk bisa menyalurkan cerita atau isi pikiran saya. Dengan mereka, saya merasa cocok. Namun, jika curiga, bisa saja ini mengarahkan saya karena adanya kesamaan dengan mereka. Well, belum tentu bahwa extrovert tidak bisa mendengarkan ya. Terkadang perlu memisahkan antara sikap, kepribadian, dan kompetensi. J (senyum penuh makna). Karena lingkungan sosial tersebut, mungkin saya jadi semakin melihat dan belajar dari mereka. Saya melihat adanya kesesuaian dari kepribadian mereka pada diri saya. Belajar dari mereka, artinya adalah saya semakin melihat bahwa ada hal positif dari kepribadian mereka yang rupanya jika saya ikut terapkan (karena adanya kesesuaian juga) memberikan keuntungan pada saya. Aspek lainnya adalah frekuensi dan intensitas saya untuk sendiri lebih sering daripada bersama dengan orang lain, misalnya untuk tinggal dan saya memang suka kegiatan sendiri untuk berpikir dan berefleksi. Secara umumnya, sudah tertuang dan berkaitan dengan aspek sebelumnya. Ya, memang masih bisa didebatkan lagi apalagi jika meninjau kembali aspek lainnya, situasi serta kondisi. Bisa dipertimbangkan aspek lainnya, tetapi rasanya cukup dulu (hehe).

Lucunya, saya menikmati ketika saya menjadi trainer atau MC. Cukup menyenangkan bisa berinteraksi dengan orang lain apalagi bisa memberikan sesuatu yang baik kepada mereka. Aktivitas peran sebagai trainer dan MC memang identik dengan extrovert, namun memang bukan berarti introvert tidak bisa atau tidak dapat menikmati menjadi trainer atau MC. Nah, mungkin perlu dipisahkan antara profesi, kebutuhan terhadap karier, dan kepribadian. Bisa saja saya menikmati peran tersebut karena ada kebutuhan bagi saya untuk bisa mengembangkan orang lain sehingga saya menikmatinya saat menjadi trainer.

Saat ini, saya cenderung memosisikan diri saya sebagai introvert. Dulu saya konsisten berkepribadian ENFP yang sebenarnya saya skeptis bahwa seharusnya ANFP (hehe), namun jika melihat kecenderungan, saya adalah INFP. Saya akan menikmati diri saya yang seperti ini dan mencoba mengoptimalkan apa yang saya miliki terkait tipe kepribadian ini. Hidup memang adalah sebuah eksplorasi dalam mengenal dan memahami diri. Peristiwa dalam hidup yang dinamis akan mengajak saya (kita) untuk semakin melihat kesesuaian dengan diri sehingga mendorong kita membuat kesimpulan mengenai diri. Saya akan terus melakukan eksplorasi, baik secara sadar maupun tidak sadar (agak seram karena tidak sadar?). Saya tidak akan menutup kemungkinan kalau memang baik bagi diri saya, termasuk untuk terus mengenali dan memahami diri saya. 

Senin, 19 Desember 2016

Catatan 19 Desember 2016

Di tengah kegelapan malam. Terdengarkan gemercik suara air berseteru dengan air. Di pinggir kolam renang, malam ini. Tanggal 19 Desember 2016, tidak mungkin aku melewatkan momen atau kesempatan menarik bagi saya untuk bercerita. Menceritakan pengalaman hal ini yang membuat saya memberikan makna terhadap sesuatu. Makna yang positif dan mengenai diri saya. Sambil mendengarkan lagu favorit, OST. Aladdin, A Whole New World, mungkin akan mempertahankan excitement saya untuk tetap menulis dan me-recall setiap pengalaman dan menyampaikan pemaknaan yang aku dapatkan hari ini.

Bisa dikatakan bahwa aku hari ini optimal dan bahagia. Meskipun aku kurang tidur, namun aku tetap dapat melaksanakan peranku dengan optimal. Sungguh aku menikmati performa saya hari ini. Ketika saya sudah mendiskusikan perilaku asesi (peserta yang kami define dan nilai kompetensinya) dan mendapatkan kesimpulan inti terkait kompetensi berdasarkan observasi dan analisis, poin pentingnya adalah dimana aku bisa mempertahankan atensi dan benar-benar melihat perilaku mereka berdasarkan evidence perilaku mereka secara objektif. Menarik memang. Aku sudah mengetahui dan cukup memahami bahwa dalam pekerjaanku ini, perlu pemahaman tentang bisnis dan manajemen. Namun, aku baru semakin menyadari betapa pentingnya aku memahami bisnis dan manajemen agar aku bisa lebih jeli dan menangkap perilaku asesi yang dipengaruhi oleh konteks bisnis atau manajemen. Karena menurutku, akan tetap berbeda perilaku yang muncul berdasarkan konteks tertentu. Di samping itu, fokus pada bisnis dan manajemen, tentunya terdapat term dan pemahaman tertentu yang berbeda atau khas sehingga pemahaman perilakunya pun akan menjadi lebih beragam. Bukan perilaku biasa.

Entah ini kebetulan atau tidak. Dan aku belum tahu akan mengarahkan diri secara pasti ke mana. Namun, aku semakin ngeh bahwa, “mungkin ini adalah momennya untuk aku mengeksplor lebih jauh terkait bisnis dan manajemen”. Perilaku yang telah saya tampilkan mungkin cukup membantu saya dengan eksplorasi dengan melakukan penelitian skripsi yang beririsan dengan bisnis serta melakukan update dengan membaca majalah mengenai bisnis dan manajemen. Mengikuti seminar atau workshop,s serta membaca buku tentang bisnis pun sudah. Namun, aku membutuhkan pemahaman yang lebih utuh atau lebih esensial. Dan aku percaya sampai sekarang bahwa teori dan penelitan lah yang akan bantu aku untuk bisa menemukan esensinya.

Well, ini arahnya memang berkaitan dengan rencanaku dulu waktu itu untuk mengambil S.2 kali, dimana aku ingin berkuliah bisnis atau manajemen, serta mengambil profesi PIO. It will be good for me that I can understand people behavior with business and managerial mindset or point of view. Apakah momen ini adalah arahan Tuhan untuk aku bisa mengeksplor jauh soal bisnis dan manajemen? Apakah ini adalah maksud Tuhan biar aku mulai melihat peluang untuk melanjutkan S.2 bisnis atau manajemen? Hidup ini memang penuh kejutan. Seringkali pengalaman yang tidak kita duga atau kita kontrol malahan memberikan inspirasi dan mengarahkan kita untuk melakukan suatu hal yang baru atau berbeda. Karena engga mungkin kita stay begini aja. Dalam artian, membatasi diri dengan segala situasi dan kondisi serta keberadaan diri yang ada. Perlunya tantangan atau suatu yang baru dalam hidup. Bukan soal eksistensi semata, melainkan optimalisasi dan aktualisasi yang penting. Ya memang setiap kita berbeda, namun  kebutuhanku adalah mengaktualisasi potensi yang Tuhan berikan untuk aku bisa menikmati diri dan hidup serta memberikan kebaikan bagi lingkungan dan masa depan.

Akhir-akhir ini, aku memikirkan sekaligus bermimpi terkait opsi untuk berkuliah di Jepang dan stay di sana. Iya lah ya, kalo kuliah di sana, masak iya gue PP Jakarta-Jepang tiap hari. LOL. Ya…ya…ya, aku sudah lama menyukai Jepang. Yes, sejak SMA. Aku suka dengan bahasa mereka, budaya, karya seni, dan makanan. Dan ya ketika setahun lalu, aku mendapatkan konfirmasi bahwa “iya nih, aku merasa nyaman tinggal di sini”. I know ini aku ga eksplor lama dan melihat aspek lain dalam proses pengambilan keputusan. At least, untuk mendapatkan pemahaman yang utuh terkait diri why aku nyaman di sana. Haha lucu memang, ingat betul ketika aku berada di Nagoya. Malam itu, aku berkeliling, dari suatu tempat ke tempat lain. Sendirian dan berjalan kaki. Tenang, tidak bising, bersih, dan sejuk, itu yang aku rasakan dan alami. Aku merasa bisa menyatu dengan kondisi geografis atau fisik dan menemukan diriku optimal menikmati situasi yang menggambarkan kebutuhan diriku. Menyatu dengan lingkungan dengan aku merasa bisa menjadi diri sendiri dan terbebas dari segala hal yang bisa membuatku tidak nyaman. What does it mean yes, God? Apakah ini saatnya aku mulai eksplorasi lebih jauh? Yes, aku menyadari bertahap telah kulakukan. Life is full of surprise. Aku jalanin dan nikmati aja dengan aku tetap membuat rencana yang mungkin ga harus spesifik dan ketat banget supaya surprise-nya dapat tetap terasa dan aku jadi bisa dapet pembelajaran banyak.

Lanjut lanjut lanjut… Aku sekarang sedang merasa excited untuk mengeksplor diri lebih jauh. Haha. Aku ingin mencoba hal baru tahun 2017. Pingin coba sesuatu yang belum pernah aku coba, yaitu ikut kelas Muay Thai (entah gimana tulisannya) atau Thai Boxing (ini lebih percaya diri sih terhadap penulisannya). Haha. Bermula dari seorang teman baruku yang pernah ikut kelas Muay Thai. Terdengar seru dan tentu bermanfaat. Aku bisa lebih sehat, memiliki badan yang proposional, dan punya ilmu beladiri. Jadi kalo ada yang macem-macem atau nakal, bisa lah ditonjok atau ditendang dikit. Hahahaha. Bercanda. Iya, kayanya seru ya. Aku pun juga mau eksplorasi dalam dunia fotografi (dengan aku jadi yang difoto. Lol), eksplorasi nyanyi, dan bermusik (mungkin, tapi kayanya cenderung engga). Haha. Peter banyak maunya ya? Haha engga papa. Yang penting, mau dilakukan atau mencapainya engga? Hehehe. Aku akan coba jalani dengan santai dan bertahap aja dulu. Pokoknya tahun 2017, aku pengen melakukan suatu yang berbeda. Dan, lebih berani menjadi berbeda. Penasaran? Tetap update soal aku ya. Hahahaha. :P

Hosh aku mendadak laper. Emang udah waktunya makan sih, tapi tulisanku belum selesai. Ya udah, keep writing yes. Selanjutnya, aku merasa happy juga ketika mendengarkan seniorku bercerita tentang proses pengembangan dan pertumbuhan bisnis pada instansi dimana kita bekerja. Terdengar banyak perkembangan yang signifikan yang berbanding lurus dengan trust yang kami dapatkan dari klien yang bertambah terus setiap waktunya. Poin baik yang aku pelajari dan sukai adalah tampak bagaimana keterbatasan yang dulu pernah ada, terus berubah menjadi lebih baik. Aku ga tanya detil lebih lanjut mengenai bagaimana dan apa yang terjadi. Namun, aku cukup bisa membayangkan dan mengapresiasi sebuah proses. Aku percaya bahwa sebuah bisnis engga akan di situ-situ aja. Pastinya akan berusaha untuk terus berubah agar dapat bertahan dan semakin berhasil. Bukan orientasi utama karena mendapatkan uang, namun pembelajaran yang diperoleh, bagaimana pelaku bisnis semakin berkembang dalam rangka terus menyesuaikan diri dengan kondisi internal dan eksternal sebuah bisnis. Dan di sini terdapat peluang untuk terus belajar, bertumbuh, dan berkembang, serta sungguh optimal mengaktualisasi dirinya. Memang bukan sekadar bisnis yang membuat seseorang dapat mengaktualisasi diri, melainkan perlu pilihan ranah atau area di mana kah kita bisa bertumbuh dan terus berkembang. Menarik ya. Di sini aku semakin menyadari bahwa tidak ada segala sesuatu yang instan. Semua butuh proses. Sebuah proses tidak lah mudah terkadang karena di balik kekuatan setiap insan manusia, apa pun itu, kita tetap memiliki batasan. Tidak usah terlalu keras diri sendiri, jalankan dan nikmati saja prosesnya. Hehe.  Jadi, sabar aja dulu, yang penting tetap mengarahkan diri bahwa harus selalu naik dan semakin berhasil. Itu pun yang aku yakini bahwa Tuhan pengen kita terus naik. Ada buktinya melalu ayat Firman Tuhan. Dan semuanya kembali untuk memuliakan Tuhan yang telah memelihara dan memberkati kita sejak kita berada di perut kandungan Ibu atau bahkan yang sebelumnya telah merencanakan kita sebelum kita lahir di dunia ini. <3

Lanjut lanjut lanjut ya… Aku juga merasa happy ketika tadi sempat berbincang dengan abang Gojek berdasarkan pengamatan kami di jalan. Biasa, perkara macet Jakarta yang semakin luar biasa. Diiringi dengan varian dan jumlah transportasi yang semakin banyak dan membuat penuh. Jakarta semakin sesak. Aku agak prihatin sih kalau kendaraan semakin penuh, namun tidak didukung infrastruktur yang memadai. Mau kayak apa ini jalanan. Well, pembangunan MRT atau LRT, atau apa lah, mungkin adalah salah satu solusi untuk menekan jumlah penggunaan transportasi. Namun, apakah yakin efektif. Coba kita pertimbangkan aspek lain, apakah penduduk Jakarta ini murni adalah orang yang memang sejak lahir di Jakarta dan tinggal di sini. Kalian pasti setuju bahwa banyak penduduk pendatang dari kota dan provinsi lain bahkan negara lain, yang pasti bukan dunia lain ya (LOL), yang datang dan tinggal di Kota Jakarta ini. Umm jadi kebayang ya. Kebayang apanya? Bayangin aja sendiri. Haha. Belom lagi, dulu aku pernah baca hasil riset dari koran, kalo engga salah ya, daya tarik Jakarta ini kuat banget, coy! So, jelas mengapa orang-orang berdatangan ke sini. Salah satu aspeknya adalah tawaran untuk lifestyle dan entertainment. Menarik ih ya kalo coba telusuri perkembangan zaman ini dan jadinya bisa mempelajari perilaku manusia yang kekinian. Namun, aku sih tetep percaya ya bahwa ada esensi dari perilaku manusia yang menjadi cikal bakal dari perilaku mereka. Di sini seringkali aku jadi ingin belajar filsafat manusia selain psikologi. Peter banyak maunya ya? Haha abisnya aku pengen bisa memahami dasar segala sesuatu. Astaga naga. OMG dragon. Haha.

Lanjut yes. Aku merasa haus. Ga mungkin ya aku minumin ini air kolam renang. Lol. Lanjut ya. Aku keinget lagi soal kemarin. Engga sengaja lagi open berbagai channel di televisi. Muncul lah sebuah kuis. Lupa nama kuisnya, namun pastinya mikir sih. Ada percapakan antara peserta dan pembawa acara dimana pernyataan peserta adalah demikian, kurang lebihnya ya “engga mungkin mimpi aja, harus bangun”. Simpulan yang aku dapet adalah “perlu eksekusi untuk mencapai mimpi”. Kyaaa, tantangan baru. Wkwkwk. Ditambah dengan ucapan Merry Riana, pas kemarin aku ganti channel lagi, kurang lebihnya ya “hidup itu harus kerja keras”. Wow, semakin memperkuat ya dengan apa yang harus dilakukan apalagi aku punya banyak maunya seperti yang sudah aku paparkan. Aku tetap berjalan dan mencoba yang aku bisa dengan melihat peluang yang ada. Dan sambil menikmati arahan Tuhan aja akan bawa aku ke mana. Pada dasarnya, kita harus percaya sama Tuhan yang punya rencana indah buat kita sih terus tetap berjalan sesuai dengan passion dan kerinduan kita.

Jadi, kira-kira judul apa yang bisa aku buat untuk tulisan ini dan apa tujuannya? Judulnya: “Peter Banyak Maunya”. Hahahaha engga. Peter melakukan self-disclosure? Engga juga. Aku pengen berbagi insight aja sama kalian pembaca tulisan ini. Aku merasa dapet insight baik tentang diriku dan berbagai hal di luar diriku dan di sini aku jadi belajar dari setiap makna yang aku peroleh. Semoga kalean yang baca pun bisa dapat sesuatu pembelajaran yang baik ya. Ambil lah manfaat secara positif selama kamu bisa mendapatkannya. Bagikan kepada orang di sekitarmu. Ketika kamu punya maksud baik, tak perlu kuatir. Daannn… relate pada tulisanku sebelumnya yang berjudul “Menjadi Diri Sendiri”. This is the way aku bisa menjadi diriku sendiri. Mungkin judul artikel yang pas untuk tulisan ini adalah: “Catatan 19 Desember 2016”. Yeay! :D

Saatnya kembali mengerjakan tugas negara. Dan melanjutkan pencapaian cita-cita. Halah. Terima kasih sudah membaca. Semoga kalian dapet pembelajaran dan manfaatnya ya. God bless you!!!