Jumat, 23 Desember 2016

Hidup adalah sebuah eksplorasi: Introvert atau extrovert?

Di sela pengerjaan tugas negara (again), saya ingin menulis proses dan hasil pemikiran saya akhir-akhir ini mengenai pemahaman diri mengenai siapa saya saat ini. Meskipun saya meyakini bahwa banyak hal dari segala sesuatu bersifat kontinum, bukan dikotomi. Namun, kali ini saya mencoba untuk menemukan posisi keberadaan saya mengenai tipe kepribadian ini, introvert atau extrovert.

Jika mengamati dan meninjau kembali sikap dan perilaku di masa kecil hingga remaja, saya cenderung seorang yang introvert. Saya lebih terbiasa berkawan dengan satu atau dua orang. Menikmati kualitas hubungan dengan beberapa orang, kurang tertarik dengan perkumpulan yang ramai dengan banyak orang. Walaupun berada dalam keramaian, sudah pasti saya akan cenderung bersama orang terdekat saya. Mengapa? Sebenarnya bisa ditinjau lebih lanjut lagi dengan menilik lebih lagi mengenai perilaku tersebut. Apakah karena saya saat itu merasa tidak begitu dekat dengan beberapa orang tersebut? Apakah ada sikap dan perilaku mereka yang membuat saya tidak nyaman? Wajar jika demikian, agak sulit untuk bisa menyimpulkan apakah ini kepribadian introvert atau bukan karena hubungannya saja belum tepat jika dipikirkan secara logika sederhana.

Sebenarnya, apakah definisi dari introvert dan extrovert? Pada dasarnya, dua kata ini merupakan tipe kepribadian atau kecenderungan seseorang dalam berperilaku sehari-hari. Ada yang pernah mengatakan bahwa dua tipe kepribadian ini merupakan gambaran seseorang untuk mendapatkan energi yang dimanfaatkan sehingga dapat menjadi optimal atau tidak terkait mengaktualisasi dirinya dan melaksanakan peran atau rutinitasnya. Singkatnya begini, seorang introvert menikmati kesendirian, sedangkan extrovert menikmati suasana yang ramai dan penuh hingar-bingar. Mungkin lebih baik saya membaca literatur lebih lanjut mengenai ini, namun tampaknya saya sedang ingin bermain dengan konsep dan teori di dalam otak saya, tetapi saya selalu menerima masukan dari penjelasan seseorang.

Berfokus pada judul dan tujuan dari penulisan ini, saya hanya ingin berbagi cerita hasil analisis diri saya akhir-akhir ini. Mungkin berkisar setahun terakhir ini. Sebelumnya, saya memandang diri saya adalah seorang ambivert. Ambivert merupakan tipe kepribadian yang skalanya berada di tengah antara extrovert dan introvert. Ini saya yakini karena saya telah mengikuti berbagai tes kepribadian. Berkali-kali, hasil yang saya dapatkan adalah extrovert. Namun, semakin ke sini, kok saya semakin introvert. Baru terpikir oleh saya saat ini, mungkin saja tes tersebut memang tidak mengukur aspek ambivert seseorang jadi memang belum mampu mengungkapkan sisi ambivert saya.

Setahun terakhir, saya mencoba menganalisisnya berdasarkan beberapa aspek. Dimulai dari pekerjaan, pekerjaan saya memang mengarahkan saya untuk bekerja menggunakan proses berpikir daripada berelasi. Oleh sebab itu, waktu yang saya miliki tentunya menjadi semakin berfokus dengan berpikir. Dan, biasanya ketika berpikir dalam konteks bekerja, saya lebih senang menyendiri. Singkatnya, karena pekerjaan ini minim berinteraksi dengan orang lain dan saya menikmati kesendirian saya ketika bekerja, aktivitas ini mengarahkan saya untuk semakin berada pada skala kontinum introvert. Aspek selanjutnya adalah lingkungan sosial. Kepribadian seseorang juga ditentukan oleh lingkungan sosial di sekitarnya. Kebanyakan dari sahabat dan teman saya adalah seorang introvert. Mungkin di awal yang mendorong saya senang bergaul dengan mereka adalah karena mereka senang mendengarkan daripada bicara. Bukannya berasumsi ya, hanya menduga (sama saja? hehe). Waktu itu, saya merasa memang memiliki kebutuhan untuk bisa menyalurkan cerita atau isi pikiran saya. Dengan mereka, saya merasa cocok. Namun, jika curiga, bisa saja ini mengarahkan saya karena adanya kesamaan dengan mereka. Well, belum tentu bahwa extrovert tidak bisa mendengarkan ya. Terkadang perlu memisahkan antara sikap, kepribadian, dan kompetensi. J (senyum penuh makna). Karena lingkungan sosial tersebut, mungkin saya jadi semakin melihat dan belajar dari mereka. Saya melihat adanya kesesuaian dari kepribadian mereka pada diri saya. Belajar dari mereka, artinya adalah saya semakin melihat bahwa ada hal positif dari kepribadian mereka yang rupanya jika saya ikut terapkan (karena adanya kesesuaian juga) memberikan keuntungan pada saya. Aspek lainnya adalah frekuensi dan intensitas saya untuk sendiri lebih sering daripada bersama dengan orang lain, misalnya untuk tinggal dan saya memang suka kegiatan sendiri untuk berpikir dan berefleksi. Secara umumnya, sudah tertuang dan berkaitan dengan aspek sebelumnya. Ya, memang masih bisa didebatkan lagi apalagi jika meninjau kembali aspek lainnya, situasi serta kondisi. Bisa dipertimbangkan aspek lainnya, tetapi rasanya cukup dulu (hehe).

Lucunya, saya menikmati ketika saya menjadi trainer atau MC. Cukup menyenangkan bisa berinteraksi dengan orang lain apalagi bisa memberikan sesuatu yang baik kepada mereka. Aktivitas peran sebagai trainer dan MC memang identik dengan extrovert, namun memang bukan berarti introvert tidak bisa atau tidak dapat menikmati menjadi trainer atau MC. Nah, mungkin perlu dipisahkan antara profesi, kebutuhan terhadap karier, dan kepribadian. Bisa saja saya menikmati peran tersebut karena ada kebutuhan bagi saya untuk bisa mengembangkan orang lain sehingga saya menikmatinya saat menjadi trainer.

Saat ini, saya cenderung memosisikan diri saya sebagai introvert. Dulu saya konsisten berkepribadian ENFP yang sebenarnya saya skeptis bahwa seharusnya ANFP (hehe), namun jika melihat kecenderungan, saya adalah INFP. Saya akan menikmati diri saya yang seperti ini dan mencoba mengoptimalkan apa yang saya miliki terkait tipe kepribadian ini. Hidup memang adalah sebuah eksplorasi dalam mengenal dan memahami diri. Peristiwa dalam hidup yang dinamis akan mengajak saya (kita) untuk semakin melihat kesesuaian dengan diri sehingga mendorong kita membuat kesimpulan mengenai diri. Saya akan terus melakukan eksplorasi, baik secara sadar maupun tidak sadar (agak seram karena tidak sadar?). Saya tidak akan menutup kemungkinan kalau memang baik bagi diri saya, termasuk untuk terus mengenali dan memahami diri saya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar