Sabtu, 07 Oktober 2017

Mimpi dan Target Jangka Pendek: Butuh Adaptasi

Semacam penat melanda, rindu menulis, dan berbagi pikiran (beban hidup). Hahahaha. Akhir-akhir ini, kesibukan memang lebih bertambah porsinya. Sibuk yang sebenarnya tidak terlalu sibuk jikalau saya dapat me-maintain diri dengan lebih baik terhadap segi mengatur waktu dan mengelola emosi. Saat ini, saya memiliki dua peranan, yaitu menjadi seorang pekerja dan mahasiswa. Sudah sekitar tiga minggu, peran ini saya jalani bersamaan. Tidak terlalu bermasalah sebenarnya, hanya terkadang lelah karena terbatasnya waktu untuk istirahat dan menikmati me-time yang berkualitas. Ditambah dengan beban pikiran terhadap mata kuliah yang saat ini saya sedang ambil. Ya, saya berusaha bahwa ketika saya menulis ini, saya sekaligus mengurangi tensi pada diri saya dan mengarahkan diri untuk mengatasi masalah pengaturan waktu. Ketika manajemen waktu saya lebih baik, saya percaya bahwa saya akan lebih baik dalam mengelola emosi karena saya dapat memberikan waktu bagi saya untuk meregulasinya saat diperlukan pada waktu yang saya tetapkan. Di sini saya mendapatkan pemahaman bahwa masalah yang lebih penting dan perlu segera ditangani adalah mengenai manajemen waktu. 

Bekuliah dan bekerja adalah sebuah pengalaman baru yang saya hadapi. Saya dapat mewajarkan bahwa akan berat di awal. Namun, saya merasa sudah cukup baik melewatinya. Saya tergolong orang yang memandang dan meyakini “kesulitan hari ini ya adalah kesulitan hari ini saja”. Saya tidak mau berlama memikirkan dan memusingkan sesuatu. Bisa jadi dengan cara saya menulis saat ini adalah salah satu cara untuk segera menghilangkan kepusingan. Hahahaha. Tapi tenang saja, saya tetap akan membagikan buah pikiran saya akhir-akhir ini mengenai mimpi dan tujuan atau target jangka pendek. Namun, izinkan saya bercerita keluh-kesah dulu ya. Hahahaha. 

Akuntansi, salah satu mata kuliah matrikulasi yang saya sedang jalani di awal perkuliahan sebagai mahasiswa S.2 manajemen. Lama sudah tidak bertemu dengan akuntansi setelah tahun 2010 saya masih berkecimpung dengan akuntansi. Ya, dulu saya seorang mahasiswa D.3 akuntansi. Saya dulu pernah bercerita di post saya dulu mengenai kesulitan saya ketika berkuliah di jurusan tersebut. Bukan berarti trauma, saya merasa kesulitan untuk memahami akuntansi di perkuliahan sekarang, namun saya tetap bersyukur karena saya mau tetap fight. Setidaknya, saya berhasil lulus dari mata kuliah ini. Meskipun terasa berat saya jalani, saya tidak boleh mengulangi masa lalu saya dimana saya menghindar dari proses belajar. Saya merasa tertekan ketika saya belum berhasil memahami akuntansi dengan tepat. Saya seorang yang membutuhkan pemahaman yang tepat dan diperoleh dari proses belajar yang runut. Saya masih mau belajar dan saya meyakini bahwa ini akan menjadi bekal bagi saya ketika sudah lulus menjadi seorang magister manajemen. Penting bagi saya untuk dapat mempertimbangkan keuangan dalam pengambilan keputusan pada manajemen. Saya hampir bingung harus bagaimana belajar akuntansi. Saya harus mengubah pendekatan belajar saya khusus untuk mata kuliah ini. Seperti yang teman saya sampaikan, saya perlu berlatih soal. Saya lebih nyaman dan terbiasa untuk belajar mandiri dengan membaca buku teks dan membuat catatan kecil. Namun, untuk ini, saya tampak perlu berlatih soal dan tetap berdiskusi dengan teman ketika menemukan tidak pemahaman. Saya tidak mau menghafal. Saya ingin memahami. Pemahaman adalah yang saya butuhkan dalam hidup ini. Hahahaha. Well, dari paragraf ini, terdapat buah pikiran lainnya yang saya ingin bagikan mengenai “adaptable” dimana saat ini kita tidak bisa lagi mengatakan “saya cocoknya ini, bukan itu, saya engga mau belajar”, melainkan “saya perlu belajar ini, saya mau menyesuaikan diri agar dapat belajar dan menghasilkan yang baik”. Cocok-cocokan perlu, namun perlu mampu beradaptasi.

Sekian curhat saya. Saya akan mengelaborasi topik pertama ya, yang mengenai mimpi atau saya maknai juga sebagai target jangka panjang. Saya dapat dikategorikan sebagai pemimpi. Penting bagi saya untuk memiliki dan membayangkan mimpi yang ingin saya wujudkan di masa depan. Setelah membayangkan, saya suka bertanya dan perlu memahami mengapa saya memiliki mimpi itu, apa yang ingin saya dapatkan ketika mimpi tersebut terwujud, dan apa yang perlu saya siapkan untuk meraihnya. Tentunya, kita perlu menetapkan langkah-langkah konkret untuk mencapai mimpi kita, termasuk kita mengenai target-target jangka pendek, yang nantinya akan mengarahkan kita untuk mencapai mimpi atau target jangka panjang. Perkara mencapai target jangka pendek menjadi sebuah hal yang penting sebagai konsekuensinya. Mereka akan berdampak pada pencapaian target jangka panjang. Mereka pun akan memberikan berbagai pengalaman bagi kitu untuk semakin belajar dan berkompeten untuk mencapai target jangka panjang tersebut. Oleh sebab itu, kesulitan yang saya alami atau kalian alami, selama itu adalah juga mendukung pencapaian target jangka panjang, janganlah berhenti, tetap rendah hati dalam belajar, seperti yang saya lakukan. Hahahaha.

Selanjutnya adalah mengenai topik kedua, yaitu menjadi “adaptable”. Dulu saya meyakini bahwa segala sesuatu butuh kecocokan, misalnya dalam karier. Penting sekali untuk kita memperhatikan berbagai aspek internal pada diri kita terhadap karier, seperti minat, kepribadian, dan kemampuan. Alangkah baiknya, ketika seseorang memiliki pilihan karier yang memang sudah sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan. Namun, saya mencoba berpikir kembali. Setiap manusia memiliki hak dan kebebasan untuk menjadi apa dan bagaimana. Dalam karier, saya menganggap setiap kita manusia dapat berkarier menjadi apa saja selagi mau dan dan siap menerima dan menyesuaikan diri dari setiap konsekuensinya. Ditambah dunia ini sangat dinamis. Banyak perubahan di sekitar kita, yang secara tidak langsung, menuntut kita menjadi seorang yang toleran pada perubahan dan dinamis terhadap diri sendiri. Jika tidak, kita akan tenggelam. Well, mirip dengan zona nyaman, terlalu asyik dengan pola perilaku dan kegiatan, terkadang akan berdampak buruk. Kita harus memandang perubahan sebagai kebutuhan. Kita akan menikmati dampak perubahan ketika kita memenuhi kebutuhan untuk berubah. Mirip dengan kasus saya dengan perkuliahan akuntansi, saya perlu memiliki pendekatan baru dalam belajar, yaitu berlatih soal, namun  dengan tetap mempertahankan pola belajar saya biasanya yang saya anggap penting karena saya akan mendapatkan pemahaman yang dasar dan tepat.

Jika melihat dua topik yang saya telah sampaikan di atas, dapat kita simpulkan bahwa ketika hendak mencapai mimpi atau target jangka panjang, kita perlu mencapai target jangka pendek. Ketika kita hendak mencapai target jangka pendek, kita harus beradaptasi agar dapat mencapainya. Apa pun kesulitan dan tantangan yang dihadapi dalam prosesnya, beradaptasi dan berubah adalah kuncinya. Sekian. Semoga ada manfaat yang bisa kamu peroleh dari tulisan ini. Terima kasih sudah membaca. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar