Minggu, 12 Juni 2011

Pengalaman Dua Tahun untuk Menemukan Minat dan Passion

            Saya adalah seorang mahasiswa Psikologi UI angkatan 2010. Sebenarnya, saya telah lulus SMA pada tahun 2008. Sebelum menjadi mahasiswa psikologi, saya berkuliah di Program Vokasi UI dengan jurusan akuntansi sektor publik selama empat semester. Pada tahun 2010, saya diterima di jurusan psikologi melalui SIMAK UI lalu saya mengundurkan diri dari kuliah di akuntansi dan menjadi mahasiswa psikologi karena psikologi merupakan minat dan passion saya.

            Ketika masih sangat labil atau masa SMA, cita-cita kuliah saya adalah Sastra Jepang UI, tetapi orangtua saya tidak berkenan terhadap pilihan itu. Mereka berkenan untuk saya berkuliah akuntansi karena dalam pandangan mereka, akuntansi adalah jurusan yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga prospek masa depan lebih menjamin. Akan tetapi, saya masih tetap memilih jurusan sastra Jepang sehingga itu lah yang sebenarnya membuat saya bersemangat dalam belajar untuk mengikuti berbagai ujian masuk yang pada saat itu, yakni UMB dengan pilihan Akuntansi dan Sastra Jepang UI, tetapi saya tidak lolos. Kemudian, saya mengikuti ujian SNMPTN, kala itu, saya memilih Sastra Jepang UI dan Unpad. Sebagai antisipasi agar saya tetap berkuliah, orangtua menyarankan saya untuk mengikuti ujian masuk program D.3 (Vokasi) UI di tahun yang sama, mengikuti bayang-bayang masa depan yang mereka impikan terhadap jurusan akuntansi. Saya memilih jurusan akuntansi sektor publik. Ketika itu, saya sudah tidak berpikir panjang dalam memilih jurusan karena tidak ada option lain. Dalam pikiran saya adalah yang terpenting saya dapat berkuliah di UI, masalah kuliah, toh, saya dapat mempelajarinya nanti. Saya diterima di jurusan akuntansi sektor publik lalu mendaftarkan diri ulang di sana meskipun pada pengumuman SNMPTN, saya diterima. 

            Perkuliahan di akuntansi dimulai. Sejak awal semester, saya sudah bingung dengan mata kuliah dasar akuntansi. Maklum, selama bersekolah, saya belum pernah belajar akuntansi itu sendiri. Karena kebingungan itu, saya mulai stres dengan perkuliahan tersebut hingga merasa tidak ada harapan lagi dalam hidup. Energi saya habis dan semangat saya terkuras, itu yang saya alami hari demi hari. Karena sulitnya akuntansi dan ketidakniatan saya pada jurusan tersebut, saya malas belajar jika pada mata kuliah akuntansi dan hitung-menghitung lainnya. Saya berpikir bahwa ini ternyata bukan minat dan passion saya yang sesungguhnya. Dari pikiran tersebut, saya memutuskan bahwa tahun berikutnya, 2009, saya akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri kembali. Kuliah demi kuliah di akuntansi tetap saya jalani karena tetap ada kemungkinan kalau saya tak lolos kembali pada ujian tahun berikutnya. Kemudian, saya menceritakan ketidaksesuaian saya berkuliah di akuntansi kepada ibu saya. Ia mengizinkan saya untuk mengikuti ujian masuk lagi. Jurusan yang saya incar pada ujian masuk di tahun 2009 adalah Manajemen dan Ilmu Administrasi Fiskal UI. Saya tidak memilih Sastra Jepang UI lagi karena tidak mendapatkan izin dari orangtua dan setelah dipikirkan kembali, kuliah sastra Jepang tidak sesuai dengan apa yang saya bayangkan karena mungkin akan susah juga dan ternyata kata teman-teman saya, memang susah. Jadi, saya mengurungkan niat saya untuk berkuliah di sastra Jepang. Melalui perenungan pribadi, pada saat SMA itu, saya hanya sekadar suka, tetapi belum ada bayangan sama sekali tentang apa yang akan saya lakukan setelah lulus dari sastra Jepang. Alasan saya memilih jurusan manajemen adalah karena selain jurusan yang disarankan dari hasil psikotes ketika di SMA, saya tertarik dengan ilmu manajemen itu sendiri. Pada pilihan ilmu administrasi fiskal, itu pun saran dari psikotes meskipun tidak minat sama sekali.

            Untuk mempersiapkan kemantapan ujian masuk pada tahun 2009, saya mengikuti bimbel (bimbingan belajar) di Depok. Kuliah dan bimbel, itu lah kegiatan reguler yang saya lakukan setiap minggu. Saya juga belajar dengan rutin sampai-sampai kuliah saya menjadi kurang terfokuskan bahkan hampir terbengkalai. Pengalaman ekstrem saya, saking stres karena kuliah yang semakin menyulitkan, saya nekat untuk tidak mengikuti ujian beberapa mata kuliah karena saya yakin tidak dapat mengerjakannya juga karena ketidakpahaman saya itu. Saya tahu bahwa tindakan saya salah maka saya memperjuangkan pemantapan materi untuk ujian masuk agar peluang saya untuk lolos semakin tinggi.

            Pada tahun 2009, senang sekali terdapat peluang yang besar untuk lolos, terdapat tiga jenis masuk perguruan tinggi negeri, yakni SIMAK UI, UMB dan SNMPTN. Saya mengikuti ketiga jenis ujian masuk tersebut, tetapi lagi-lagi saya gagal. Saya tidak diterima di jurusan yang saya pilih tersebut. Perasaan saya ketika itu, sempat merasa sedih karena gagal, sedikit kecewa karena usaha saya sudah maksimal, malu dengan teman-teman di kampus karena banyak yang tahu kondisi dan rencana saya, dan menyesal karena telah tidak fokus dengan kuliah yang akibatnya semakin banyak mata kuliah yang tidak lulus. Akan tetapi, perasaan itu tidak lama saya rasakan. Melalui dukungan orang-orang di sekitar saya dan dorongan dari dalam diri, saya kembali menata perkuliahan saya yang tertinggal itu dengan memulai fokus pada pelajaran dan rajin belajar di semester berikutnya. Saya tidak mengeluh karena seharusnya saya tetap bersyukur karena sudah kuliah dan di UI juga.  

            Perkuliahan terus berlanjut. Hal yang saya rasakan adalah bahwa setiap materi kuliah tentang akuntansi semakin sulit. Meskipun itu adalah wajar, saya merasakan itu sebagai beban karena saya harus memahami materi-materi dasar yang kebetulan saya tidak lulus, itu lah tantangan dan konsekuensi yang harus saya hadapi. Saat itu, semester tiga, saya berencana kembali untuk mengikuti ujian masuk pada tahun berikutntya, 2010. Sesuatu yang memotivasi saya untuk mengikuti ujian masuk tahun depan karena saya masih berkesempatan untuk mengikuti ujian masuk lagi. Setiap calon peserta ujian masuk diberikan dua tahun kesempatan setelah tahun lulus SMA-nya untuk mengikuti setiap jenis ujian masuk ke perguruan tinggi negeri. Tahun 2010 merupakan kesempatan kedua sekaligus terakhir bagi saya. Oleh karena itu, saya tidak mau menyia-nyiakan ujian masuk itu apalagi saya masih berkeinginan untuk pindah jurusan. 

            Dalam pemilihan jurusan, saya mulai terinspirasi untuk memilih jurusan psikologi dari mata kuliah agama pada semester tiga. Ada materi dalam kuliah itu mengenai pengenalan diri dan kesuksesan, saya berpikir bahwa bahasan itu mengandung unsur psikologis. Saya mulai tertarik dan penasaran tentang apa saja yang dipelajari dalam perkuliahan di psikologi. Dengan browsing internet, saya mencari tahu apa saja mata kuliah yang dipelajari selama berkuliah di psikologi. Setiap mata kuliah yang saya lihat ternyata, menurut saya, itu menyenangkan dan menarik. Saya semakin termotivasi. Seiring kuliah pada waktu itu, saya semakin menyadari bahwa saya ingin berkuliah dengan jurusan yang paling berhubungan dengan manusia atau sosial jadi psikologi adalah pilihan yang sesuai dan pilihan kedua saya adalah kesejahteraan sosial. Teman-teman kuliah di akuntansi mendukung keputusan saya karena mereka melihat bahwa motivasi saya adalah memiliki tujuan yang baik dan secara tidak langsung, seringkali saya dijadikan “tempat” curhat serta pemotivasi bagi mereka maka menurut teman-teman, psikologi sebagai pilihan yang tepat bagi saya. Saya tetap memilih UI. Dalam pikiran saya, UI adalah kampus yang keren karena, selain UI merupakan universitas terbaik di Indonesia, UI memiliki sejarah yang kental dengan perjuangan dalam mengembangkan dan memajukan masyarakat, bangsa, dan negara melalui kontribusi ilmu pengetahuan, itu sungguh membanggakan.

            Berhubungan dengan passion, motivasi, dan minat pada jurusan psikologi, saya memiliki kerinduan untuk dapat bermanfaat bagi orang lain maka dengan pendekatan psikologi, ilmu itu akan memudahkan saya untuk dapat menolong orang lain. Melalui kuliah di psikologi, cita-cita saya untuk memberikan pengabdian pada masyarakat, bangsa, dan negara dengan ilmu dan pengetahuan yang saya peroleh semakin besar kesempatannya karena psikologi sudah menjadi minat saya. Kemudian, apa yang dipelajari dalam kuliah di psikologi juga sangat menarik, dimulai dari ilmu yang sangat aplikatif bagi diri sendiri dan orang lain, ada mata kuliah yang bertopik penelitian, dan kaitan-kaitan psikologis terhadap berbagai bidang keilmuan lainnya.

            Persiapan saya dalam mengahadapi ujian masuk pada tahun 2010 sebenarnya tidak dapat dikatakan serajin dan setekun ketika persiapan ujian tahun 2009, malahan saya berfokus pada kuliah di akuntansi. Saya hanya me-review setiap materi yang telah saya pelajari ketika mengikuti bimbel. Dapat dikatakan persiapan saya terasa lebih santai jika dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2009, saya berambisi untuk segera pindah jurusan, sedangkan tahun 2010, saya hanya menyerahkan keinginan saya kepada Tuhan. Jika Ia menghendaki saya untuk lulus, saya akan lulus. Sebaliknya, jika tidak lulus, saya percaya bahwa berarti akuntansi adalah pilihan-Nya yang terbaik dan tepat. Saya merenungkan kira-kira apa yang menyebabkan saya tidak lulus pada tahun sebelumnya. Dugaan saya adalah benar jika kuliah di manajemen dan ilmu administrasi fiskal akan mempelajari akuntansi, perpajakan, dan mata kuliah hitung-hitungan lainnya yang jauh lebih rumit. Tak bisa dibayangkan jika saya berkuliah pada salah satu jurusan tersebut. Saya bersyukur karena pada tahun itu, saya diberikan berbagai kesempatan berharga, yakni pengenalan tentang psikologi yang menjadi minat saya, perubahan motivasi dan tujuan dalam pilihan jurusan, pengalaman iman yang luar biasa saya rasakan, dan pembelajaran tentang sikap, tujuan, dan pola berpikir terhadap makna kuliah itu sendiri terhadap masa depan saya.

            Tahun 2010 dimulai, ujian masuk terasa semakin dekat. Ujian yang pertama kali saya ikuti adalah SIMAK UI. Saya hadapi dengan tenang dan tidak takut terhadap kegagalan. Saya optimis bahwa saya dapat diterima karena perubahan yang telah saya alami, tetapi tidak berlebihan. Dengan berserah kepada Tuhan, saya tahu bahwa Ia akan memberikan yang terbaik bagi saya. Setiap usaha dan doa, saya percaya bahwa tidak akan ada yang sia-sia juga. Ujian SIMAK UI 2010 diselenggarakan pada tanggal 11 April. Kesan mengerjakan ujian tersebut adalah sulitnya beberapa soal-soal, seperti mata pelajaran matematika dasar, sejarah, dan IPS terpadu, serta mengesalkan karena waktu pengerjaan ujian sangat terbatas, terasa sangat singkat sekali. Akan tetapi, komitmen saya adalah ingin tetap tenang lalu serahkan saja hasilnya kepada Tuhan. Sebulan berlalu, tak terasa pengumuman peserta yang diterima melalui jalur SIMAK UI di-publish di internet, yakni pada tanggal 8 Mei. Ketika itu, saya dalam masa UAS di kuliah akuntansi maka saya belum berani untuk mengeceknya karena dapat mengganggu konsentrasi saya terhadap UAS. Karena penasaran, saya meng-SMS sahabat saya untuk melihat pengumuman di situs penerimaan. Tak beberapa lama kemudian, dia mengabarkan bahwa saya diterima di jurusan psikologi. Saya lantas menelpon dia untuk menyakinkan diri. Badan saya gemetar lalu berteriak dengan sukacita sekaligus haru atas anugerah kelulusan yang diberikan Tuhan kepada saya. Akhirnya, saya berhasil diterima di jurusan yang menjadi passion dan minat saya. Semua teman dan sahabat saya mengucapkan selamat kepada saya. Senang dan bersyukur sekali rasanya, keberhasilan ini juga berkat dari dukungan dan doa mereka.

            Namun, tidak begitu setelah diterima, saya dapat merasa tenang. Saya akan berhadapan dengan ayah saya. Beliau kaget terhadap kabar saya diterima SIMAK UI karena ia belum tahu bahwa pada tahun 2010, saya masih mengikuti ujian masuk lagi. Saya tidak memberitahukannya karena takut menjadi beban pikiran bagi beliau atau bahkan malah tidak diizinkan. Ia kecewa pada saya karena dianggap saya tidak memanfaatkan umur, waktu, dan uang yang telah ada selama itu. Kemudian, saya baru menceritakan semuanya dari apa yang saya rasakan dan alami dalam perkuliahan saya di akuntansi lalu minat dan passion saya terhadap psikologi dan cita-cita saya pribadi. Walaupun cukup lama bagi beliau dapat menerima keputusan terhadap apa yang menjadi pilihan saya, ayah pelan-pelan mulai ikhlas bahkan saat ini, ia mendukung saya. Lagi-lagi, saya sangat bersyukur.

             Singkatnya, saya sungguh bersyukur karena selama pengalaman dua tahun yang lalu, saya mendapatkan pelajaran berharga. Poin penting dalam pengalaman saya ini adalah tentang minat dan passion terhadap bidang ilmu yang menjadi pilihan. Tidak dipungkiri juga bahwa secara implisit, motivasi dan niat tulus memilih suatu jurusan dapat memengaruhi keberhasilan, serta tidak lupa juga dengan doa dan kesungguhan iman kepada-Nya yang memberikannya. Hidup ini hanya sekali, selama ada kesempatan, teruslah berjuang. Semua orang memiliki hak yang sama maka jangan pernah menyerah terhadap keadaan dan keterbatasan. Segala sesuatu itu ada, tepat, dan indah pada waktunya bagi yang mau berdoa, berharap, dan berusaha.

23 komentar:

  1. cerita kakak hampir sm kayak aku,bahkan ad yg sm.Milih manajemen pasti karena waktu d semester awal ngeliat manajemen asyik bnget dan easy gk kayak accounting,berkutat sm pelajaran yg gk kt sukai emang jd beban.Jd terinspirasi...
    #ASPUI2012

    BalasHapus
  2. halo TSS, terima kasih sudah membaca. semoga bisa menyemangatimu ya. keputusan ada di tanganmu. masih ada kesempatan, coba dipikirkan dan dipertimbangkan kembali. :) fyi, manajemen juga tetap belajar akuntansi lho

    BalasHapus
  3. sungguh cerita yang hebat ka
    saya juga sekarang vokasi dan ingin ikut ujian tulis lagi sekarang

    karena saya merasakan kuliah saya tidak benar dan tidak kuat
    semoga saya bisa memilih jurusan yang tepat kali ini

    BalasHapus
  4. Hello Faisyal,
    terima kasih karena sudah membaca dan mengapresiasinya. baiklah, kalau begitu semangat dalam menggali minat jurusan dan mempersiapkan diri untuk ujian tertulisnya. semoga perkuliahan yang sekarang tetap diusahakan dengan baik. selamat berjuang dan sukses selalu :)

    BalasHapus
  5. hallo kak..
    mau tanya nih, emangnya boleh ya kalo misalkan kita udah masuk UI jurusan A trus kita nggak ngerasa cocok dengan jurusan itu trus tahun depannya kita ikut ujian masuk UI lg dengan jurusan yg beda?

    BalasHapus
  6. Hi Mardianti,

    Boleh dong. Sebelum pindah, temukan alasan ketidakcocokan. Pertimbangkan kembali. Sebelum memilih jurusan, tentukan yang paling cocok. :)

    BalasHapus
  7. Ka, saya minta saran dong, saya bingung juga nih, saya kuliah di UGM jurusan D3 manajemen, untuk jurusan saya minat banget bahkan IP semester 1 saya memuaskan, tetapi untuk jenjang saya masih bingung.. saya masih menginginkan kuliah dan menjadi sarjana.. apakah saya harus mengikuti tes untuk S1 Manajemen UGM atau setelah lulus D3 mengambil ekstensi di kampus lain? dengan pertimbangan, 5 tahun lagi saya harus sudah bekerja dan ortu saya sudah pensiun.. kalau dari segi biaya ekstensi mahal banget dan mau tidak mau univesitas asal tenggelam oleh univ baru..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dear Hernio,

      Sebelumnya terima kasih karena sudah mau berbagi cerita dengan saya dan maaf karena baru membalas.

      Menurut saya, jika masih ada kesempatan untuk mengikuti ujian masuk sarjana, coba saja lagi dan tetap menjaga prestasi kamu di kuliah yang sekarang. Mengenai pilihan kedua, itu adalah kemungkinan kalau tidak lulus ya? Mengenai biaya, mungkin kamu bisa mencari beasiswa untuk membantu kamu atau setelah lulus D.3 bisa dulu atau sambil bekerja untuk mendukung biaya kuliah ekstensi. Sejauh ini keputusanmu bagaimana?

      Best Regards,
      Peter

      Hapus
  8. hi kak Peter, I was impressed to read the story. kagum banget sama usahanya :D anw aku baru lulus SMA tahun ini dan kemarin baru aja ikut ujian SBMPTN & SIMAK jurusan psikologi. dulu pas masih kelas 1 SMA pengen bgt jurusan psikologi tp krn banyak pertimbangan dr bbrp pihak jd sempet labil ganti2 jurusan hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Alfia,

      Terima kasih karena sudah membaca dan mengapresiasinya. Semoga bacaan ini bisa menguatkan pilihanmu atau memberikan manfaat lainnya. Berarti kamu memilih psikologi kah? Semoga lulus ya ujiannya. Good luck, Alfia!

      Best Regards,
      Peter

      Hapus
  9. Kak saya keterima akuntansi sektor publik tahun ini . Nah materinya itu kayai gimana kak soapnya saya dari ipa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Syifa,

      Selamat ya karena kamu telah diterima di Akuntansi Sektor Publik. :)

      Mengenai materi, saya kurang dapat menjelaskannya secara detil karena mungkin saja ada perubahan. Namun secara umum, saya dapat gambarkan berdasarkan pengalaman kuliah saya dulu di sana. Kamu akan mempelajari bagian dasar dan umum dari akuntansi itu sendiri, kemudian yang membedakan di sini, ASP mempelajari konsep dan aplikasi dari akuntansi yang berada di lembaga nonprofit pada umumnya, misalnya pemerintah, universitas, rumah sakit, dsb.

      Saran saya, kamu dapat tanyakan kakak kelasmu di ASP. Atau biasanya, mahasiswa baru akan mendapatkan buku pedoman mengenai perkuliahan di ASP. Secara mandiri, kamu pun dapat mencari informasi tambahan melalui internet.

      Semoga membantu dan selamat sekali lagi karena telah diterima di ASP UI! ;)

      Hapus
  10. Hai kak, cerita saya benar2 mirip sekali sm kakak. Saya lulus thn 2013, sbnrnya thn trsrbt saya lolos test tulis pd jurusan dan ptn yg saya mau, namun krn kendala jarak dan biaya org tua memutuskan saya utk mengambil d3 di sebuah ptn yg bukan minat saya. Saya jg seperti kakak, niat bgt ikut test thn ini utk jurusan yg saya minati namun blm diterima. Saya ingin mencoba test lg thn dpn, namun org2 di sekitar saya menyayangkan krn ktnya sayang umur, nanggung d3 sbntr lg lulus, dsb. Gmn cara kakak menghadapi hambatan itu? Apa ga canggung ulang dr awal sm adik2 yg rata2 2 thn dibawah kakak? Mohon blsannya ya kak, kalau bisa saya minta email kakak utk berdiskusi lebih lanjut mengingat kita pny "nasib" yg sama hehe. Terima kasih:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Fiola,

      Fokus pada cerita awal kamu membuat saya ingin bertanya, jurusan yang tahun ini kamu incar apakah sama dengan minatmu pada tahun 2013? Saya pun mendukung kalaupun kamu masih bersemangat untuk mewujudkan cita-cita tersebut dengan ikut ujian masuk di tahun depan.

      Mengenai omongan orang lain, sikap saya terhadap itu adalah mendengarkan penjelasan tersebut. Jika menurut saya, ada yang penting dari hal itu, saya akan pertimbangkan. Namun, keputusan adalah tetap kita yang menentukan.

      Soal sayang umur dan D.3 sudah mau lulus, ya itu adalah kembali ke masing-masing orang beserta situasi dan kondisi yang terjadi pada diri dan lingkungannya. Untuk menghadapi hambatan tersebut, saya akan coba mengomunikasikannya dengan baik, seperti memberikan penjelasan sejelas mungkin dengan menyampaikannya secara jujur, sopan, serta menyesuaikan dengan lawan bicara kita.

      Oh saya merasa tidak canggung karena fokus utama saya adalah belajar.

      Ya, saya belum dapat menanggapai lebih lanjut jikalau saya belum terlalu memahami beberapa poin terkait pengalaman kamu ini. Jadi, silahkan saja menghubungi ke peter.loin@gmail.com

      Best Regards,
      Peter

      Hapus
  11. Sekarang aku masih berjuang buat lulus dr akuntansii... Bikin stress tiap malem,,, slalu dihantui sama yg namannya deadline buat lulus,,, tp buat lulus cepet itu sepertinya susah bgd... Basic ku bukan di akun, tp sama seperti kmu di psikolog, sempet dlu mau keluar dr akuntansi, tp ayahku slalu maksa buat tetep di akuntansi. Dan akhirnya tekanan di akuntansi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Deska. Apa kabar?

      Maaf karena baru membalas komentar kamu. Kondisinya sekarang gimana? Kuliahmu? Dan kondisi perasaanmu?

      Ya, wajar sekali merasa stres ketika diburu oleh deadline. Namun, bukan berarti kamu ga bisa menghadapi stres dan deadline tersebut. Mungkin kamu bisa melakukan hal yang menenangkan atau menyenangkan terlebih dulu. Kemudian, kamu bisa mulai merencanakan pengerjaannya dengan menggunakan timeline supaya lebih terarah pengerjaan sehingga deadline bisa kamu taklukan.

      Umm, aku bisa mengerti rasanya kalau mengerjakan suatu hal yang kurang atau tidak kita minati. Dan, terkadang tekanan dari pihak luar bisa membuat kita merasa tertekan. Namun, bukan berarti tak bisa dihadapi atau diatasi.

      Sekali lagi, maaf karena baru merespons pesan kamu. Semoga sekarang kamu semakin baik kondisinya dan bisa menikmati hari-harimu dengan hal yang memang kamu pilih dan jalani.

      Jika ada yang bisa kubantu lebih lanjut, silahkan email aku di peter.loin@gmail.com

      Hapus
  12. kak, kuliah di psikologi asik gk sih kak? ngebosenin gk? hafalan2 gitu ya?
    aku anak kelas tiga kak, masih bingung sama jurusan yang mau diambil stelah lulus. Sebenernya aku tertarik ke psikologi, tapi kadang juga bimbang karena kurangnya info ttg gmn kuliah di psikologi. Aku takutnya kalo psikologi itu hafalan semua kayak sosiologi sama Pkn, padahal aku payah banget sama hafalan, makanya SMA ini aku di jurusan IPA.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Bela Trova. Maaf ya karena baru membalas komentarmu.

      Menurutku, karena aku menyukai psikologi, aku memandangnya ya jurusanku ini mengasyikan. Ga bosen karena menurutku, seru banget bisa belajar perilaku manusia. Belum lagi, manusia itu beragam dan banyak jadi selalu ada hal baru dan unik ketika aku bisa kenal dan tahu tentang mereka. Apalagi dengan zaman yang terus bergerak, perilaku manusia pun berubah. Semakin menarik dan engga bosenin deh karena selalu ada yang baru itu. Hehe.

      Hafalan, engga juga. Lebih diharapkan untuk kita bisa memahami. Namun, tergantung mata kuliah juga, ada yang harus dihafal dan ada juga yang harus kita paham.

      Nah, kalau masih bingung, sudah saatnya kamu coba gali informasi. Dan, apa yang kamu lakukan ini dengan bertanya ke aku patut diapresiasi. Mungkin agar lebih luas, kamu bisa tanya ke orang lain juga yang bergelut di bidang psikologi dan dari setiap jawaban sebaiknya kamu tanyakan lagi lebih lanjut agar kamu mendapatkan pemahaman yang tepat.

      Good luck ya! Semoga kamu berhasil menemukan jurusan yang terbaik bagi kamu. Saatnya menggali dan mempertimbangkan sebelum menentukan keputusan. Sukses ya! :)

      Hapus
  13. kak, sekarang aku kan kelas 3 lagi bingung bingungnya nih sama jurusan, jujur aku tu sangat tertarik buat mempelajari perilaku manusia kak, makanya psikologi masuk ke pertimbangan saya. masalahnya aku ini orangnya pendiam kak, pemalu juga dan termasuk agak cuek si dilingkungan. basic aku IPA kak,lebih suka hitung2an dari pada hapalan, aku takut ngelihat aku yang kayak gini aku gabetah dan ngerasa gak pd atau cocok kalo masuk psikologi kak,kan mahasiswa psikologi harus pd banget gitu.. gimna ini, galau.com? padahal aku minat buat mempelajari psikologi lo.. hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Vina, apa kabar? Maaf ya aku baru bisa balas pesan dari kamu nih.

      Wah, apa yang membuatmu tertarik mempelajari perilaku manusia? :) It's a good start loh kalau mau berkuliah di psikologi. Well, menurutku, ada beberapa faktor yang menentukan kesuksesan seseorang dalam berkuliah, salah satunya adalah minat dan motivasi. Memang betul, karakteristik kepribadian juga menentukan kesuksesan seseorang. Namun, ketika kamu punya minat yang kuat untuk belajar psikologi, apa pun tantangan yang kamu hadapi, ada kecenderungan kamu tetap mau berusaha. Agar lebih baik, perlu ditinjau lebih lanjut kira-kira masalah apa (misal. pemalu dan cueknya) yang dapat menghambat kamu untuk dicari solusinya.

      Semua karier atau profesi membutuhkan kepercayaan diri. Seiring berjalannya waktu, kamu akan belajar untuk mengembangkan diri kamu, termasuk kepercayaan diri. Boleh tahu ga, kepercayaan diri seperti apa dan bagaimana yang menurutmu diperlukan ketika menjadi mahasiswa psikologi? Dan, memang mengapa kalau menjadi mahasisawa psikologi jika pendiam? Mungkin kamu bisa share dulu apa yang di pikiran kamu mengenai mahasiswa psikologi.

      Sebagai gambaran dan pertimbangan, di psikologi pun akan bertemu hitung-hitungan juga dan sejauh pengalamanku berkuliah di psikologi, agak jarang mata kuliah yang diperlukan menghafal, lebih banyak pemahaman. :)

      Kalau mau cerita atau diskusi lebih lanjut, silahkan email ke peter.loin@gmail.com ya.

      Good luck! :)

      Hapus
  14. Kak menurut kakak susah gak soal dari simak ui untuk nembus lulus sastra jepang balas ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Mira,

      Wah, aku sudah tidak update soal-soal SIMAK UI. Jadi, aku kurang tahu kualitas soalnya sekarang-sekarang seperti apa. Kalau kamu ikut Bimbel, munngkin kamu bisa tanya guru-gurunya di sana. Atau jika tidak, coba tanya teman-temanmu atau bisa Googling. Untuk ke jurusan Sastra Jepang UI, itu biasanya bergantung pada passing grade dan seberapa sesuai skor kamu nanti ke passing grade-nya. Itu kalau berdasarkan sistem masaku ya. Hehe. Kalau kamu coba ikut ujian-ujian yang bisa diketahui nilainya, itu bagus tuh karena kamu bisa memastikan apakah nilaimu sudah bisa masuk belum kira-kira ke jurusan tersebut.

      Hapus
  15. Hi kak:)
    Boleh cerita?
    Recananya thn ini ak mau kuliah jurusan adm bisnis dan akutansi tapi basic aku ipa kak, yang aku takuti nanti pas kuliah akutansi aku ga ke makan jrusan akutansi..
    Sebenarnya ak udh niat dr kls 1&2 sma kuliah jrusan psikolog tapi ortu ga ksh izin kak jd seiringan waktu aku mikir lagi kak buat nentuin jurusan yg lain. Nah, stlh mikir2 ktmulah jrusan akutansi dan adm bisnis krn aku berubah haluan pengen kerja dibank kak.
    Kasih saran dan motivasi kak butuh bgt pencerahan.
    Dan aku salut bgt sm org yg kayak kakak berani untk berjuang pindah jrusan salut bgt deh
    Terimakasih sblmnya kak:)

    BalasHapus