Selasa, 21 Juni 2011

Tidak Sulit Memahami Orang Lain


            Sebelum tulisan ini di-publish, judul tulisan ini adalah sulitnya memahami orang lain. Tulisan ini telah dibuat pada akhir bulan Mei yang lalu. Alasan saya menulis ini karena, berdasarkan apa yang saya alami bahwa ternyata susah sekali untuk dapat memahami orang lain. Pada waktu itu, saya menulis ini berdasarkan subjektivitas yang didasari emosi saya. Sebagai akademisi, sangat diperlukan untuk menghindari kesubjektivitasan. Oleh karena itu, saya mengubah tulisan ini menjadi sebuah tulisan yang diusahakan menjadi lebih objektif. Melalui pengalaman hari ini, saya mendapat suatu insight yang menyadari saya bahwa untuk memahami orang lain tidak sesulit yang saya bayangkan bahkan adalah suatu kegiatan yang menarik dan menyenangkan.

            Sebagai seorang mahasiswa dengan bidang psikologi, saya diajarkan untuk memahami orang lain, dimulai dari mengobservasi manusia yang terdiri dari gerak-gerik badan, pola berbicara, perilaku, ekspresi wajah, kepribadian, kognitif, emosi, pengalaman, latar belakang dan seterusnya yang berkaitan dengan manusia. Melalui ilmu psikologi, diajar bagaimana dapat mengenal dan memahami orang lain sehingga dari kedua poin tersebut, dapat diketahui bagaimana seharusnya pola pikir dan tindakan yang tepat terhadap orang lain. Put the right man in the right place, sebuah pernyataan yang menunjukkan bahwa itu lah tujuan dari mempelajari psikologi. Karena ilmu ini memang sangat relevan dengan manusia, diarahkan bagaimana dapat membantu orang lain. Membantu seperti apa? Pada umumnya, psikolog dijadikan tempat bagi orang untuk berkonsultasi mengenai masalah dalam kehidupannya. Maka dari itu, seorang psikolog harus menggunakan “kacamata” psikologi, yakni tidak berdasarkan subjektivitas dari sang psikolog, melainkan psikolog harus memahami kliennya tersebut terlebih dahulu.

            Memahami merupakan kata kerja yang berarti proses untuk menjadi paham. Jika ingin memahami orang lain, diperlukan usaha yang bertahap dan sistematis. Tahapan yang seperti apa? Dikenal metode observasi sebagai metode untuk membantu seseorang untuk mengetahui dan memahami orang lain. Selain itu, dengan berpikir kritis, dapat dijadikan cara bagi orang untuk memahami orang karena dengan berpikir kritis, akan menghasilkan kesimpulan yang dapat berupa deskripsi atau penjelasan tentang seseorang setelah mendapatkan berbagai informasi mengenai orang yang diamati atau diteliti. Di perkuliahan psikologi, kedua usaha tersebut dipelajari, meskipun, saat ini, saya belum mendapatkan mata kuliah metode observasi, hanya baru saja mendapatkan mata kuliah berpikir kritis. Jadi, psikologi menjadi “jembatan” bagi seseorang untuk dapat memahami orang lain sehingga, ketika sudah memahami orang lain, setiap kita dapat memaklumi dan menerima orang lain apa adanya, serta lebih lanjut, bagi seorang psikolog dapat mewujudkan pernyataan tadi, put the right man in the right place.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar