Minggu, 12 Juni 2011

Hari Pentakosta yang Tak Ku Sadari


Puji Tuhan, malam hari ini, aku dapat kembali menuliskan sebuah pengalaman yang ku alami dan ku rasakan pada hari ini. Aku rindu menuliskan pengalamanku dan ingin berbagi mengenai peristiwa hari ini. Hari ini adalah hari Minggu dengan tanggal 12 Juni 2011. Yang ternyata adalah Hari Pentakosta, hari pencurahan Roh Kudus setelah Tuhan Yesus terangkat ke surga. Aku baru tahu bahwa hari ini adalah Hari Pentakosta ketika adikku mengirimkan SMS yang berisikan ucapan Hari Pentakosta. Secara tidak sadar, ada sesuatu yang menggerakkanku di sepanjang hari ini hingga ku sungguh menikmati ibadah di sebuah gereja yang menurutku, dikenal baik dengan visi dan misi tahunannya, serta mendapatkan sebuah kesimpulan, yakni ada gerakan dari Tuhan melalui Roh Kudus-Nya yang menuntunku di sepanjang hari ini.

Di pagi hari ini, aku bangun cukup kesiangan karena semalam aku tidur terlalu lelap sebab terlalu asyik dengan blog yang baru saja aku buat. Jadwalku di pagi hari ini adalah pada jam 10.00, aku mengikuti training mengajarkan bahasa Inggris untuk anak-anak di daerah Kelapa Dua, Cimanggis, Depok. Karena terbangun agak siang, aku bergegas untuk mempersiapakan diri untuk berangkat. Meskipun bangun terlambat, aku masih menyempatkan diri untuk mem-browsing internet untuk mengecek nilai di SIAK-NG, sistem informasi akademis di Kampus UI dan sebentar membuka account Facebook. Ya, aku melakukan kesalahan di pagi itu. Sudah bangun agak siang, aku bahkan sempat mem-browsing internet, aku menunda saat teduhku di pagi ini.

Aku berangkat dari Kukusan Teknik bersama B ke tempat yang segera kami dan beberapa teman lainnya akan mengajar. Sesampainya di sana, kami bertemu dengan S, salah satu calon pengajar, namun calon pengajar lainnya juga ada yang belum tiba jadi kami masih menunggu kehadiran mereka sebelum memulai training. Tidak lama kemudian, St dan N tiba. Meskipun A belum datang karena sedang ada pengajian, kami memulai training kami yang dipimpin oleh direktur pusat pendidikan dan pengembangan diri tersebut. Hari ini, kami diajarkan teknik mengajarkan bahasa Inggris untuk anak-anak. Kami dibimbing cara-cara mengajar anak-anak, diajarkan beberapa lagu anak-anak berbahasa Inggris, dan diberikan materi-materi apa saja yang akan kami ajarkan nanti. Setelah A tiba, kami memulai latihan praktik mengajar secara langsung yang sebelumnya sudah ditampilkan oleh direktur. Dan, bukan kebetulan, aku ditunjukknya untuk mencoba praktik mengajar. Aku mengikuti pola yang telah diajarkan oleh direktur. Akan tetapi, aku merasakan kesulitan karena nervous sehingga menjadi terasa kaku. Ya, ini adalah pengalaman pertamaku untuk mengajar jadi mungkin wajar saja, tetapi aku percaya seterusnya aku pasti bisa lancar. Setelah menyelesaikan uji coba tersebut, training kami hari ini selesai dan kami dijamu makan siang sebelum kami pulang ke tempat kami masing-masing ataupun melanjutkan aktivitas kami ke tempat lain.

Pada hari ini, aku beribadah di gereja jam 17.00, namun, karena dikatakan hari masih siang menjelang sore, aku dan St memanfaatkan waktu untuk berkunjung ke Depok Town Square. Kami sekadar jalan-jalan dan sempat bermain di Timezone, ya, untuk refreshing sekalian juga. Kemudian, kami mendadak curhat satu sama lain. Diawali oleh diriku. Aku diberikan komentar tentang uji cobaku mengajar tadi. Dia menganggap bahwa terdapat ada yang kurang dari diriku ketika praktik tadi, yaitu intonasi dan nada suaraku yang terdengarnya tinggi, mungkin seperti tak terkontrol akibat aku merasa cukup nervous. Oleh karena itu, tak tersadari aku mengingat sebuah kekecewaan yang pernah ku alami dengan orang lain. Ya, komentar dia masih memiliki hubungannya. Aku belum mampu menceritakannya di sini. Namun, saat itu juga, aku langsung merasa bahwa itu mungkin adalah kekuranganku yang hingga sempat menjadikan kepercayaan diriku menurun. Aku bertanya pada diriku apakah aku benar-benar akan mampu mengajar, aku mulai ragu dan takut pada diriku sendiri. Ketika itu, kondisiku memang sedang lelah dan mulai mengantuk sehingga menjadi agak lebih sensitive.

Beberapa menit sebelum jam 17.00, kami berpisah dan aku segera menaikki angkot 04 untuk beribadah ke gereja. Sesampainya di gereja, aku masih merasa lelah dan sedikit memikirkan hal yang tadi, namun aku berdoa kepada Tuhan sebelum ibadah dimulai agar aku dapat tetap fokus beribadah ketika itu. Ibadah pun dimulai. Dari menyanyikan lagu-lagu pujian dan penyembahan hingga mendengarkan khotbah, setelah khotbah selesai, diadakan altar call, aku sendiri belum tahu definisi dari istilah tersebut. Tanpa berpikir lama, aku merasa tergerakkan untuk maju ke depan mimbar untuk didoakan. Sebelumnya, pembicara mengundang para jemaat yang rindu didoakan karena memiliki masalah atau pergumulan akan hidup. Aku pun maju dan mengangkatkan kedua tangan ku, aku memejamkan mata dan mengarahkan pikiran dan hatiku kepada Tuhan. Tiba-tiba, sungguh ku merasakan ada jamahan dari Tuhan dan tubuhku bergetar. Aku menikmatinya seperti ada perjumpaan khusus dengan Tuhan, terasa ada pencurahan Roh Kudus atasku. Ya, itu yang aku percayai dan imani. Seperti bukan biasanya diriku, aku dengan lancar berkata-kata dalam tiap doa yang berisikan kerinduanku selama ini. Kemudian, seorang hamba Tuhan menghampiri dan mendoakanku. Beliau mengatakannya kepadaku agar aku mengakui kesalahan dan meminta pengampunan dari Tuhan. Lantas, dengan hal yang sama, aku mulai memperkatakannya dalam doa-doaku. Aku merasa sangat lega setelahnya. Aku melepasakan segala beban, kekecewaan, ketakutan, dan seterusnya selama ini. Aku menjadi sangat plong dan seperti ada kekuatan, harapan, dan semangat baru bahkan diri yang baru. Praise Lord, itu bukan suatu kebetulan, namun itu adalah kasih karunia, kebaikan, dan kesetiaan-Nya. Dia pimpin dan sertai diriku untuk boleh mengalami suatu jamahan yang luar biasa di malam hari ini.

Setelah ibadah usai, aku pun pulang ke Kukusan Teknik, tempat kost-ku. Dengan menggunakan angkot yang sama ketika berangkat ke gereja, aku berhenti di Gg. Damai, seberang Margonda Residence dan memasuki kawasan Barel. Aku menyempatkan makan malam di sana lalu berjalan kaki menuju kost. Di sepanjang jalan, aku bersukacita sambil bernyanyi lagu pujian dan penyembahan. Hingga, kemudian, ada dua kejadian yang tak biasa bagiku. Pertama, ada seorang lelaki muda menghampiriku dengan motornya, dia menawariku untuk pulang diantarnya. Namun, aku tolak karena sudah mau sampai dan agak merasa tak nyaman untuk diantarnya karena takut terjadi hal yang tidak diharapkan. Aku memang salah karena berpikir demikian. Akan tetapi, tawaran orang itu, aku anggap menjadi suatu berkat karena ada orang yang berniat membantuku untuk pulang meskipun aku menolaknya. Kejadian yang kedua, setelah melewati tikungan fakultas ekonomi, ada seekor anjing tiba-tiba menggonggong ketika ku melintasi sebuah pos depan keamanan di fakultas itu. Anjing itu cukup besar dan aku berpikir bahwa itu bukan sekadar anjing biasa, tetapi anjing yang terlatih. Anjing itu menghampiriku dengan cepat sambil menggonggong. Aku sempat takut, tetapi aku berusaha tenang dan tidak mau lari karena akan berisiko dikejar bahkan digigitnya. Ketika anjing itu berhenti di samping badan kiriku, aku dengan tenang mengangkat tangan tangan kiriku di atas kepala anjing tersebut dengan tujuan memerintahkan anjing itu untuk diam. Lalu, aku kembali berjalan meskipun ia masih menggonggongiku. Sambil berkata¸ “In the name of Jesus,” tiba-tiba anjing itu terdiam dan tidak mengejarku lagi. Bagiku, itu luar biasa, nama-Nya berkuasa dan aku imani itu.

Itu lah yang aku alami di Hari Pentakosta pada tahun ini, hari yang sungguh luar biasa. Aku mendapatkan ajaran, kekuatan, dan semangat baru. Isi khotbah yang ku catat dan simpulkan adalah perkataan, dengan iman dan percaya, “Bersama Yesus, kita adalah lebih pemenang, manusia memang memiliki kelemahan dan keterbatasan, tetapi bagi orang yang percaya, tidak ada yang mustahil karena masih ada mujizat.” Sedikit share, pembicara juga menyampaikan kabar baik ini, dengan menggunakan bahasakub sendiri bahwa “penderitaan” itu adalah sebuah bentukan atau proses untuk menjadi seseorang berhasil. Tuhan memiliki cara dalam segala hal. Pengalaman ini mengajarkanku untuk hidup seturut kehendak-Nya. Kasih setia-Nya kekal sampai selamanya.  How great You are!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar