Sabtu, 17 Januari 2015

Belajar dan Berhasil di Psikologi UI: Impian, Keyakinan, dan Usaha

Perkenalkan nama saya Peter Samuel Oloi. Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UI

angkatan 2010. Sejenak saya beristirahat dari pengerjaan skripsi, saya ingin membagikan

kisah hidup saya yang kiranya dapat menginspirasi dan memotivasi teman-teman

pembaca. Cerita saya secara umum menggambarkan dan menjelaskan perjalanan

perjuangan saya untuk berkuliah di Fakultas Psikologi UI. Banyak suka-duka yang

dirasakan, serta pembelajaran berharga bagi saya pribadi, ingin saya sampaikan kepada

kalian. Bukalah pikiran, amati dan rasakan kalimat perkalimat, dan petiklah buah manis

yang dapat dinikmati bersama.


Saya lulus dari sebuah sekolah negeri di Bekasi pada tahun 2008. Di masa SMA, saya

sangat berharap dan berusaha untuk dapat berkuliah di UI dengan jurusan Sastra Jepang.

Memang selama bersekolah, pelajaran bahasa Jepang merupakan mata pelajaran yang

saya minati dan saya unggul pada bidang tersebut. Saya pernah bermimpi bahwa saya

dapat meneruskan belajar bahasa Jepang hingga mendapatkan beasiswa untuk belajar

di negara tersebut. Kemudian pada kelas XII, saya pun mengikuti bimbingan belajar

untuk mendukung saya dalam mencapai mimpi-mimpi saya. Sepulang dari sekolah, saya

berangkat ke tempat bimbingan belajar dan belajar di sana hingga malam.


Ketika semakin dekat dengan bulan-bulan ujian masuk perguruan tinggi negeri, saya

pun semakin giat dalam belajar, baik ketika berada di tempat bimbingan belajar maupun

belajar dengan teman serta belajar secara pribadi. Keinginan saya begitu kuat untuk lulus

dan menjadi mahasiswa Sastra Jepang UI. Meskipun orangtua saya kurang mendukung

pilihan saya, kekuatan saya tetap bertahan dalam belajar dan ingin mencapai mimpi

saya tersebut. Hingga akhirnya, saya pun tidak lulus ujian masuk Sastra Jepang UI,

melainkan Sastra Jepang Unpad pada ujian SNMPTN 2008, yakni ujian masuk terakhir

pada tahun tersebut. Akan tetapi, saya juga berhasil lulus ujian masuk UI, saya pun

berkuliah sebagai mahasiswa D.3 Vokasi UI dengan jurusan akuntansi sektor publik

pada tahun 2008 hingga 2010. Tidak ada bayangan berkuliah di jurusan akuntansi karena

saya belum memiliki dasar pada ilmu tersebut. Masuk UI dan dukungan orangtua adalah

pertimbangan utama saya yang mendorong saya berkuliah pada jurusan akuntansi.


Dua tahun menjalani sebuah status dan peran sebagai mahasiswa akuntansi di UI

merupakan pengalaman yang tidak akan saya lupakan dalam hidup saya, berikut juga

dengan proses yang saya alami hingga saya menjadi seorang mahasiswa Psikologi UI

hingga sekarang. Masih teringat dalam kepala saya, awalnya sangat senang karena

menjadi mahasiswa UI. Namun, tidak bertahan lama. Ketika sejak awal perkuliahan,

saya sudah merasa sulit dalam belajar di jurusan akuntansi, terutama pada mata kuliah

yang berkaitan dengan akuntansi. Saya seperti sudah tidak memahami akuntansi itu

sendiri pada semester pertama. Ini mengakibatkan performa dan hasil belajar saya pun

kurang baik pada beberapa semester selanjutnya, saya tidak lulus pada beberapa mata

kuliah akuntansi, IPK saya pun pernah mencapai dua koma yang di bawah standar.

Memprihatikan sekali hidup dan kondisi akademis saya saat itu. Hingga saya menemukan

satu penyebab yang paling dekat pada diri terhadap studi saya. Penyebabnya adalah saya

kurang berminat belajar akuntansi dan saya tidak memiliki tujuan yang jelas berkuliah di

akuntansi serta karier di masa depan pada bidang ini. Saya tidak terdorong untuk belajar

akuntansi bahkan ini juga berdampak pada minat saya terhadap aktivitas nonakademis

hingga bersosialisasi di sana. Saya menganggap bahwa saya adalah mahasiswa yang

kurang aktif jika dibandingkan dengan mahasiswa lainnya selama di sana.


Perasaan saya begitu negatif saat berkuliah di akuntansi. Saya pernah merasa stres hingga

depresi. Saya merasa tertekan dan pernah bingung dengan kelanjutan hidup saya. Untuk

mengurangi perasaan tidak nyaman, saya bergaul dengan seorang teman, yang seperti

sahabat saya di waktu itu. Dia pun mengalami hal yang sama seperti saya, juga dengan

perasaan negatif yang saya rasakan. Saya juga bersyukur bahwa saya dikelilingi teman-

teman yang baik, yang peduli dan perhatian terhadap saya, baik teman di jurusan maupun

teman persekutuan kampus di Fakultas Ekonomi UI.


Ketidaknyamanan yang saya rasakan mendorong saya untuk merencanakan mengikuti

ujian masuk perguruan tinggi di tahun 2009. Saat itu, saya masih mencari jurusan apa

yang akan saya pilih. Pernah berpikir ingin memilih sastra Jepang kembali, namun telah

berubah karena saya sebetulnya belum memahami lebih lanjut mengenai pilihan saya,

seperti apa saja yang akan dipelajari dan bagaimana peluang di masa depan setelah

berkuliah di sana. Di samping itu, muncul ketertarikan terhadap jurusan manajemen

karena saya pernah belajar bisnis serta pengantar manajemen. Bagi saya, jurusan

manajemen menarik untuk dipelajari dan peluang untuk menjadi lebih sukses lebih

menjanjikan dalam pikiran saya saat itu. Pilihan terhadap manajemen pun didukung

karena saran dari sebuah tes potensi akademik yang diikuti saat SMA. Pilihan kedua saya

saat itu adalah ilmu administrasi fiskal karena jurusan ini adalah saran jurusan kedua pada

tes tersebut. Saya memilih UI karena lagi-lagi pandangan saya terhadap UI memang luar

biasa baik saat itu juga.


Mendukung penggenapan mimpi saya di tahun tersebut, saya mengikuti bimbingan

belajar di sekitar kampus saya. Saya rajin sekali belajar di tempat bimbingan belajar ini.

Entah saking berantusias dan bersemangat ingin lulus ujian masuk pada tahun tersebut,

saya bahkan merelakan tidak masuk kuliah untuk hanya belajar di bimbingan belajar

tersebut. Makin tertinggal lah saya dalam pembelajaran di jurusan akuntansi. Saya

menyadari pilihan tersebut dan saya memilih berjuang belajar untuk persiapan ujian

masuk ketimbang memprioritaskan kuliah saat itu. Namun, kenyataan berkata lain, saya

gagal kembali di setiap ujian masuk perguruan tinggi di tahun 2009. Lantas, saya masih

berstatus sebagai mahasiswa akuntansi di tahun keduanya.


Pernah saya merasa stres kembali ketika saya belum berhasil pada ujian masuk tahun

2009. Namun, tidak terlalu lama saya mengalami perasaan negatif tersebut, saya

tergolong cepat bangkit saat itu. Saya juga menyadari bahwa pilihan jurusan saya pada

tahun itu sebenarnya masih mempelajari akuntansi, yang saya sendiri masih belum siap

atau berminat jika harus belajar mata kuliah itu kembali. Jadi, saya merasa beruntung,

meskipun tidak masuk jurusan tersebut. Kemudian, saya masih ingat bahwa teman-teman

saya, baik di jurusan maupun persekutuan, selalu mendukung saya. Secara khusus, saya

mengingat seorang PKK (pemimpin kelompok kecil/ pembina rohani) saya berusaha

menguatkan dan mendorong saya agar tetap kuat dan selalu mengingatkan saya untuk

tetap belajar dengan sebaik mungkin di akuntansi. Saya pun menerima kegagalan tersebut

serta mulai berniat memperbaiki kuliah saya di akuntansi. Meskipun tetap kurang

berminat dengan akuntansi, saya mulai berusaha belajar dengan baik, seperti mengikuti

kegiatan belajar di kelas atau belajar dengan teman-teman sejurusan, bahkan sempat

mengikuti kursus di luar kampus. Saya bersyukur bahwa saya memiliki teman-teman

yang lain yang mendukung saya dalam belajar. Saya pun menghargai perilaku mereka.


Teringat bahwa di semester tiga, saya berkuliah pelajaran agama Kristen. Dalam satu

topik bahasan, saya menemukan bahwa saya tertarik dengan topik tersebut. Saya

memandang bahwa topik tersebut masih berkaitan dengan psikologi. Ketertarikan itu

begitu kuat hingga saya mulai menggali informasi mengenai psikologi. Saya mencari

tahu apa itu psikologi, apa saja yang dipelajari dalam psikologi, peluang karier apa dalam

psikologi, dan seterusnya. Tidak kebetulan juga bahwa saya masih berkesempatan untuk

mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri di 2010, yaitu tahun terakhir bagi lulusan

SMA tahun 2008. Saya semakin memantapkan pilihan saya terhadap Psikologi UI setelah

saya berusaha mendapatkan informasi mengenai belajar psikologi di UI.


Saya begitu bersemangat saat itu terhadap pilihan saya karena beberapa hal yang terjadi.

Pertama, masukan dari teman-teman saya yang melihat diri saya memiliki kecocokan

dengan ilmu psikologi dari sisi karakter atau sifat saya yang senang mendengarkan

orang lain bercerita dan memiliki keingingan untuk membantu mereka. Kedua, menurut

saya, ini yang paling berdampak bagi diri pribadi, saya menemukan panggilan hidup

saya. Hasrat yang kuat untuk menolong orang lain dan menjadi dampak positif bagi

mereka adalah panggilan hidup saya terhadap pemilihan jurusan psikologi. Lingkungan

pun memiliki andil dalam pemilihan ini di samping adanya dorongan dari dalam diri

saya, misalnya dalam persekutuan, masukan yang disampaikan menguatkan saya untuk

menjadi pribadi yang menolong orang lain. Ketiga, saya yakin bahwa pilihan psikologi

adalah yang terbaik bagi saya juga dan masa depan saya.


Saya memprioritaskan dua hal saat itu, yaitu perkuliahan saya di akuntansi dan persiapan

saya menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Saya semakin berusaha mengikuti

perkuliahan saya dengan baik serta mempersiapkan ujian masuk dengan lebih bijaksana.

Arti bijaksana di sini adalah saya tidak mengorbankan kuliah saya seperti tahun

sebelumnya. Namun, saya lebih mengatur waktu saya untuk memiliki waktu belajar

secara pribadi dalam masa persiapannya. Bahkan, saya tidak mengikuti bimbingan

belajar saat itu, saya memilih belajar mandiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang

saya miliki selama mengikuti bimbingan belajar. Selain itu, sikap saya pun saya ubah,

yaitu saya tidak terlalu berambisi untuk lulus ujian masuk dan saya berserah terhadap

kenyataan apa pun yang akan saya peroleh. Saya akan mengerjakan ketertinggalan saya

di akuntansi sebaik mungkin jika saya nyatanya akan tetap berkuliah di jurusan tersebut.

Yang unik dari pengalaman saya ini, saya juga lebih memperhatikan motivasi dalam

memilih psikologi, yakni ingin menolong orang lain. Saya memiliki keyakinan bahwa

jika memiliki niat atau motivasi yang baik dan jika Tuhan menghendakinya, saya akan

lulus ujian masuk di tahun 2010 dan menjadi mahasiswa Psikologi UI.


Selain keyakinan tersebut, saya juga berdoa dan beriman, yaitu saya akan menjadi

mahasiswa Psikologi UI maka sebelumnya saya perlu memperbaiki perkuliahan saya

dan menjadi teman yang baik bagi teman saya. Saya lakukan itu. Performa belajar dan

prestasi akademis saya di akuntansi menjadi lebih baik, serta hubungan saya semakin

akrab dengan teman-teman saya di akuntansi. Hasil ujian masuk pun diumumkan, saya

dinyatakan lulus ujian SIMAK UI dengan jurusan psikologi. Saya begitu bersyukur saat

itu dan rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Selain itu, saya merasa puas

karena proses yang saya lalui membuahkan hasil. Kemudian, saya segera menghubungi

orang-orang terdekat saya yang turut mendukung saya untuk kuliah di psikologi lalu

mengabarkan orangtua saya. Meskipun orangtua sempat kaget karena saya tidak

memberitahukan bahwa saya mengikuti ujian masuk kembali pada tahun 2010, bahkan

sempat terjadi ketegangan, namun ketika saya menjelaskannya, akhirnya orangtua

menerima hingga mendukung keputusan saya untuk berkuliah di Psikologi UI.


Pengalaman ini merupakan pengalaman yang paling berkesan dalam hidup saya.

Berstatus sebagai mahasiswa Psikologi UI merupakan pencapaian dari hasil perjalanan

panjang menemukan impian saya yang didukung keyakinan dan usaha. Tak berhenti

sampai di situ saja, minat dan motivasi yang kuat untuk berdampak positif bagi orang

lain selalu mengarahkan dan mempertahankan perilaku saya, baik dalam konteks

kuliah, kegiatan ekstrakurikuler, dan pergaulan saya hingga saat ini. Salah satu bentuk

konkretnya, saya berhasil meraih gelar pemenang dalam Pemilihan Mahasiswa

Berprestasi Fakultas Psikologi UI. Prestasi ini pun saya jadikan sebagai amanah dan

motivasi bagi saya agar selalu berdampak positif bagi orang lain.


Beberapa poin ingin saya sampaikan kepada teman-teman pembaca tulisan saya ini.

Saya begitu berharap saya dapat memberikan masukan yang bermanfaat dari poin-

poin tersebut. Poin ini merupakan hasil pembelajaran dari perenungan saya terhadap

pengalaman ini. Di samping itu, saya pun akan merasa senang jikalau teman-teman juga

mendapatkan pembelajaran lain yang berguna bagi diri teman masing-masing.


Pertama, penting bagi saya untuk menyampaikan hal ini, yaitu mengenai pilihan jurusan.

Saya menyadari bahwa minat dan tujuan merupakan dasar untuk menentukan pilihan

jurusan. Mengapa? Dengan adanya minat, kita akan terdorong untuk mengerjakan

sesuatu. Misalnya, kamu berminat pada bidang sosial. Minatmu ini akan mengarahkan

kamu untuk mempelajari lebih dalam mengenai bidang sosial. Tujuan, atau dapat kita

sebut juga sebagai mimpi adalah harapan atau target yang kita sasar untuk menjadi

kenyataan. Minat dan tujuan ini akan memampukan teman-teman untuk belajar

dalam mencapai apa yang kalian dambakan. Apa pun yang menjadi hambatan atau

tantangan yang dihadapi, ada kecenderungan bagi kita untuk selalu tetap berusaha untuk

mewujudkan mimpi itu karena adanya minat yang kuat dan tujuan yang ingin dicapai.

Selain itu, beberapa aspek lain, seperti bakat dan kecerdasan umum, kepribadian, serta

kemampuan atau keterampilan, dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih jurusan.

Kesesuaian antara aspek-aspek dan jurusan akan membantu kita mendapatkan keyakinan

terhadap pilihan jurusan. Kita dapat mencari tahu siapa, apa, dan bagaimana diri kita,

baik secara mandiri maupun adanya dukungan fasilitas lain.


Kedua, temukan dan miliki orang lain yang mendukung teman-teman. Berdasarkan

pengalaman saya, saya memiliki seorang sahabat, teman kuliah, dan teman sepersekutuan

yang mengetahui dan cukup memahami proses yang saya lakukan. Kepedulian dan

dukungan mereka dalam bentuk, seperti doa, ucapan semangat, ungkapan menyakinkan,

serta saran atau masukan lainnya, telah bermanfaat bagi saya pribadi dalam menjalani

prosesnya hingga saya dapat berhasil dalam ujian masuk. Maka dari itu, cukup penting

bagi teman-teman untuk memiliki orang lain di sekitar diri kalian. Ceritakan jikalau

kalian sedang merasa lelah atau tidak bersemangat, mereka akan kembali menguatkan

dan menyemangatimu untuk selalu berusaha dalam belajar. Sampaikan jikalau kalian

membutuhkan dukungan doa atau saran, tak jarang ini akan menyakinkan kalian bahwa

kalian akan lebih berhasil. Pada dasarnya, kita adalah mahluk sosial sehingga kita

tak dapat menepis bahwa kita membutuhkan kehadiran orang lain dalam proses kita

mencapai kesuksesan, siapa pun mereka.


Ketiga, teruslah belajar dan tetaplah berdoa. Mungkin ini sangat klise, namun ini

benar dan tentu penting. Dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, kita akan

mengerjakan beragam soal dari mata pelajaran yang berbeda. Kebutuhan kita untuk

belajar pun semakin besar karena memang soal yang diujikan tak dapat dikatakan

mudah, apalagi ditambah peserta lainnya yang juga memilih jurusan yang sama dengan

teman-teman. Mantapkan niat kalian untuk terus belajar, ketahui dan pahami setiap

topik dari materi pada mata pelajaran yang diujikan. Mengapa harus paham? Sedikit

informasi dari saya, soal yang diujikan bukan lah soal hafalan biasa, namun menguji

pemahaman teman-teman hingga kemampuan menganalisis soal yang disediakan. Oleh

sebab itu, bagaimanapun caranya, kalian harus selalu belajar. Jika ditemui masalah dalam

prosesnya, segera tuntaskan lalu kembalilah belajar dan nikmati setiap pembelajaran

tersebut. Mengapa? Belajar itu sangat menarik ketika teman-teman sungguh-sungguh

menyelami pembelajaran teman-teman dengan penuh minat. Dan, selalu berdoa

kepada Tuhan. Bagi kebanyakan orang, doa dijadikan sarana bagi manusia untuk

meminta sesuatu atau berkomunikasi kepada Sang Pencipta. Namun, melalui doa, kita

menyerahkan diri kita sepenuhnya dan menyatakan kepercayaan bahwa hasil yang terbaik

akan diperoleh.


Akhir dari penulisan ini, saya kembali mengucapkan terima kasih kepada setiap orang

yang ada selama perjuangan saya. Sahabat saya, Stevani Anggina, yang selalu menemani

hidup saya dalam suka dan duka bertahun-tahun di Kampus UI. Telah banyak waktu telah

kami lewati bersama, sebuah pengalaman persahabatan yang luar biasa bagi saya hingga

saya pun merasa tak dapat berkata-kata lagi. Yang saya harapkan adalah kami berdua

harus selalu bertumbuh dan berkembang hingga kami dapat menikmati hidup bahagia

masing-masing, serta selalu bersama sampai kapan pun. Bang Frans, pemimpin kelompok

saya, abang sekaligus teman saya, yang selalu senantiasa mendukung saya dalam belajar,

baik pada kuliah saya maupun pada persiapan ujian masuk. Saya selalu ingat, ia pernah

mengatakan bahwa saya harus selalu memberikan usaha yang terbaik dalam hal apa pun.

Ia pun tak hentinya juga mendoakan saya. Kemudian teringat seorang pembimbing rohani

lainnya, Pak Kim, seorang pria berwarganegaraan Korea Selatan, juga setia mendoakan

saya dan terus mendukung pilihan jurusan saya dalam tujuan memberikan dampak positif

kepada orang lain. Beliau menyakinkan saya bahwa saya akan menjadi seorang yang

sukses dalam bidang dan cita-cita saya. Saya percaya bahwa Pak Kim dan keluarga juga

selalu mendoakan saya.


Teman-teman perkuliahan di Vokasi Akuntansi UI, saya berterima kasih untuk dukungan

mereka selama dua tahun saya berkuliah bersama. Mereka tahu jelas bagaimana kondisi

saya saat itu. Selain itu, mereka pun mengerti apa yang saya inginkan saat itu. Mereka

juga berusaha membantu saya dalam belajar agar dapat bertahan kuliah selama di

sini. Sebut saja, seperti Marissa, Uno, Abi, Gorbi, Nadya, dan lain-lain. Terima kasih

untuk tawa serta canda dan kesediaan kalian mendengarkan saya bercerita hingga

mengajarkan saya akuntansi, terutama kepada Uno. Kemudian Ibu Ira, beliau adalah

pembimbing akademis saya selama di akuntansi. Beliau mendukung keputusan saya dan

mengharapkan yang terbaik bagi saya. Terima kasih untuk dukungan Ibu Ira. Setelahnya,

Pak Bernard, yaitu dosen agama Kristen saya saat itu, entah apakah ini rencana Tuhan

atau bukan bahwa saya diajarkan beliau. Melalui materi yang disampaikannya lah, saya

mulai berminat dengan ilmu psikologi. Tak tahu apa yang terjadi, jikalau saya tidak

mempelajari mata kuliah ini serta tak diajarkan oleh beliau.


Ada teman-teman persekutuan di Persekutuan Oikumene Fakultas Ekonomi UI, terima

kasih teman-teman untuk dukungan doa dan semangat yang kalian berikan. Kak Berlian

sebagai pemimpin pendalaman Alkitab di masa awal perkuliahan, Kak Monggi, Laura,

dan Pascal sebagai teman satu pelayanan untuk Persekutuan Jumat, teman kelompok kecil

saya juga, Zano, Boydo, Wely, dan Jo, dan teman-teman persekutuan saya lainnya yang

tak dapat saya sebutkan satu persatu. Melalui persekutuan ini lah, saya bertumbuh secara

rohani. Saya mengenal kehendak Tuhan dalam hidup saya, saya menemukan apa yang

menjadi panggilan hidup saya. Saya pun merasa bersyukur dapat bertemu mereka. Terima

kasih atas kehadiran kalian dalam satu perjalan penting dalam hidup saya.


Keluarga saya. Meskipun selama dua tahun itu, saya jarang berkumpul dengan keluarga

karena saya tinggal di Depok, sementara dulu rumah kami di Bekasi, saya bersyukur

bahwa saya dapat hidup dalam keluarga ini. Saya berterima kasih atas penghidupan,

pemeliharaan, dan pendidikan yang memapukan saya dapat hidup hingga sekarang

ini. Papa saya yang selalu bekerja keras demi keluarga menyadari saya bahwa betapa

cinta dan sayangnya beliau terhadap keluarganya. Mama saya yang berperan lebih

banyak dalam tumbuh dan kembang saya pun menyadari betapa besar dan setianya kasih

beliau memperhatikan anak-anaknya. Kedua kakak dan adik kandung saya yang selalu

menemani saya dalam proses kehidupan saya. Mereka pun turut mendukung saya dalam

pilihan jurusan saya. Terima kasih untuk keluarga saya.


Di samping itu, guru-guru saya, terutama di bimbingan belajar. Terima kasih atas

bimbingan belajarnya yang telah diberikan, Proses Inten dan Nurul Fikri. Saya menyadari

bahwa saya dapat mengerjakan setiap soal yang diujikan karena adanya pemahaman yang

baik. Pemahaman tersebut tak terlepas dari dukungan dari guru, pengajaran mereka dan

pembagian informasi dari mereka. Secara khusus kepada bimbingan belajar Nurul Fikri,

saya memandang kualitas pengajaran mereka unggul, serta modul hingga latihan soal

yang disiapkan dan disediakan pun berkualitas. Saya menghargai siapa pun mereka yang

telah mengajar dan mendidik saya.


Yang terutama dan yang terpenting, saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan

Yesus, Tuhan saya yang selalu memimpin, memberkati, dan menyertai hidup saya.

Saya percaya bahwa setiap pengalaman yang saya lalui hingga sekarang tidak terlepas

adanya campur tangan Yang Mahakuasa. Saya berkuliah di akuntansi, saya pernah gagal

mengikuti ujian masuk, saya menemukan minat dan tujuan hidup saya, dan saya dapat

lulus ujian masuk ke Psikologi UI hingga belajar dan berhasil di fakultas ini merupakan

karya kasih dan karunia-Nya dalam hidup saya. Terima kasih, Tuhan! Kiranya hidup saya

dapat selalu dan terus bermanfaat bagi orang lain maka saya tidak akan pernah berhenti

untuk belajar agar saya dapat terus berbagi manfaat kepada orang lain. Amin!


Semoga teman-teman yang membaca benar mendapatkan masukan yang positif, baik

inspirasi maupun motivasi. Seperti yang saya harapkan, semoga kalian pun dapat

memperoleh pembelajaran lain yang secara tertulis tidak saya sampaikan. Biarlah

pembelajaran yang didapat mampu berdampak bagi hidup kalian, khususnya dalam hal

pilihan jurusan. Ingatlah bahwa hidup kita hanya sekali maka pergunakan hidupmu sebaik

mungkin yang kalian dapat lakukan. Pesan saya lainnya adalah bagikan apa yang telah

kamu dapatkan dari tulisan saya ini agar orang lain dapat beroleh manfaatnya dari kalian,

serta percayalah ketika kalian mengajarkan atau membagikan hal yang kalian miliki,

kalian akan semakin ahli dan kuat terkait apa pun yang kalian sampaikan kepada orang

lain. Mari bersama berbagi untuk kehidupan yang lebih baik. Selamat belajar dan jadilah

dari Universitas Indonesia! Mari bergabung di Kampus UI untuk bersama berjuang

mengembangkan dan memajukan bangsa dan negara kita tercinta, Indonesia.

Senin, 12 Januari 2015

Berjalan Teguh Mencapai Tujuan



Dalam perjalananku hari ini menuju kampus, aku sengaja mengakses renungan harian sebagai saat teduhku dengan menggunakan handphone. Beberapa renungan telah kubaca, namun salah satu menarik perhatianku. Renungan ini berjudul “Tetaplah Berlari”. Sebagai seseorang yangpengejar prestasi, aku tergerak membacanya. Mungkin saja Tuhan akan berbicara atau memberikanku masukan dalam prosesku mencapai tujuanku di tahun ini. Rupanya, renungan ini berupa puisi yang dituliskan seseorang yang pernah mengalami kegagalan. Puisi tersebut mengungkapkan kebiasaan beberapa orang yang suka melihat orang lain dalam mengejar sesuatu. Seringkali kita menoleh ke kanan atau ke kiri, melihat pencapaian orang lain. Ini pun membuat kita merasa tidak nyaman. Puisi ini melanjutkan bahwa padahal setiap manusia telah diberikan berkatnya sendiri-sendiri. Ya, Tuhan memiliki rencana bagi setiap kita manusia. Daripada memusingkan orang lain, sebaiknya kita fokus pada bagian kita. Bagian yang harus kita kejar, kita capai. Bagian yang telah menjadi panggilan kita. Fokus pada tujuan dan tindakan yang kita lakukan untuk mencapainya adalah yang paling tepat. Bahkan dari pengalaman ini nantinya, orang pun akan semakin terinspirasi. Demikian ulasan dan pemaknaan yang bisa kuberikan dari artikel renugan tersebut. Aku jadi ingin bersajak bagi kita semua yang sedang berjuang untuk mencapai sesuatu. Kiranya menjadi berkat.


Tak perlu, tak perlu lagi aku melihat orang-orang sekelilingku,
Untuk mengamati apa yang sudah mereka capai dan sudah sampai manakah mereka.
Karena tak ada gunanya juga, tidak berdampak bagiku untuk mencapai apa yang menjadi cita-citaku.
Aku sadar dan harus selalu mengingat bahwa Tuhan telah mengaruniaiku.
Ia telah memanggilku dalam rencana ini.
Ia pun yang akan menuntunku sampai akhir.
Segala sesuatu tiada kebetulan dan segala sesuatu memiliki makna dan tujuan yang baik dari-Nya.
Mungkin memang harus begini,
Ia telah merencanakan segala sesuatunya.
Harapanku adalah kiranya pengalaman ini dapat menjadi berkat.
Mungkin Tuhan sedang atau akan memakaiku karena ini.
Ya mungkin saja.
Yang bisa kulakukan kini adalah belajar fokus.
Berjuang sebaik mungkin dan berjalan bersama-Nya.
Hingga pada akhirnya nanti,
Ia akan menghadiahiku sesuatu yang bernilai dan mahal tak terhitung harganya.
Rencana-Nya adalah yang terbaik, bukan rencana kegagalan atau kecelakaan.
Terpujilah nama Tuhan sampai selamanya.
Amin.