Perkenalkan nama saya Peter Samuel Oloi. Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UI
angkatan 2010. Sejenak saya beristirahat dari pengerjaan skripsi, saya ingin membagikan
kisah hidup saya yang kiranya dapat menginspirasi dan memotivasi teman-teman
pembaca. Cerita saya secara umum menggambarkan dan menjelaskan perjalanan
perjuangan saya untuk berkuliah di Fakultas Psikologi UI. Banyak suka-duka yang
dirasakan, serta pembelajaran berharga bagi saya pribadi, ingin saya sampaikan kepada
kalian. Bukalah pikiran, amati dan rasakan kalimat perkalimat, dan petiklah buah manis
yang dapat dinikmati bersama.
Saya lulus dari sebuah sekolah negeri di Bekasi pada tahun 2008. Di masa SMA, saya
sangat berharap dan berusaha untuk dapat berkuliah di UI dengan jurusan Sastra Jepang.
Memang selama bersekolah, pelajaran bahasa Jepang merupakan mata pelajaran yang
saya minati dan saya unggul pada bidang tersebut. Saya pernah bermimpi bahwa saya
dapat meneruskan belajar bahasa Jepang hingga mendapatkan beasiswa untuk belajar
di negara tersebut. Kemudian pada kelas XII, saya pun mengikuti bimbingan belajar
untuk mendukung saya dalam mencapai mimpi-mimpi saya. Sepulang dari sekolah, saya
berangkat ke tempat bimbingan belajar dan belajar di sana hingga malam.
Ketika semakin dekat dengan bulan-bulan ujian masuk perguruan tinggi negeri, saya
pun semakin giat dalam belajar, baik ketika berada di tempat bimbingan belajar maupun
belajar dengan teman serta belajar secara pribadi. Keinginan saya begitu kuat untuk lulus
dan menjadi mahasiswa Sastra Jepang UI. Meskipun orangtua saya kurang mendukung
pilihan saya, kekuatan saya tetap bertahan dalam belajar dan ingin mencapai mimpi
saya tersebut. Hingga akhirnya, saya pun tidak lulus ujian masuk Sastra Jepang UI,
melainkan Sastra Jepang Unpad pada ujian SNMPTN 2008, yakni ujian masuk terakhir
pada tahun tersebut. Akan tetapi, saya juga berhasil lulus ujian masuk UI, saya pun
berkuliah sebagai mahasiswa D.3 Vokasi UI dengan jurusan akuntansi sektor publik
pada tahun 2008 hingga 2010. Tidak ada bayangan berkuliah di jurusan akuntansi karena
saya belum memiliki dasar pada ilmu tersebut. Masuk UI dan dukungan orangtua adalah
pertimbangan utama saya yang mendorong saya berkuliah pada jurusan akuntansi.
Dua tahun menjalani sebuah status dan peran sebagai mahasiswa akuntansi di UI
merupakan pengalaman yang tidak akan saya lupakan dalam hidup saya, berikut juga
dengan proses yang saya alami hingga saya menjadi seorang mahasiswa Psikologi UI
hingga sekarang. Masih teringat dalam kepala saya, awalnya sangat senang karena
menjadi mahasiswa UI. Namun, tidak bertahan lama. Ketika sejak awal perkuliahan,
saya sudah merasa sulit dalam belajar di jurusan akuntansi, terutama pada mata kuliah
yang berkaitan dengan akuntansi. Saya seperti sudah tidak memahami akuntansi itu
sendiri pada semester pertama. Ini mengakibatkan performa dan hasil belajar saya pun
kurang baik pada beberapa semester selanjutnya, saya tidak lulus pada beberapa mata
kuliah akuntansi, IPK saya pun pernah mencapai dua koma yang di bawah standar.
Memprihatikan sekali hidup dan kondisi akademis saya saat itu. Hingga saya menemukan
satu penyebab yang paling dekat pada diri terhadap studi saya. Penyebabnya adalah saya
kurang berminat belajar akuntansi dan saya tidak memiliki tujuan yang jelas berkuliah di
akuntansi serta karier di masa depan pada bidang ini. Saya tidak terdorong untuk belajar
akuntansi bahkan ini juga berdampak pada minat saya terhadap aktivitas nonakademis
hingga bersosialisasi di sana. Saya menganggap bahwa saya adalah mahasiswa yang
kurang aktif jika dibandingkan dengan mahasiswa lainnya selama di sana.
Perasaan saya begitu negatif saat berkuliah di akuntansi. Saya pernah merasa stres hingga
depresi. Saya merasa tertekan dan pernah bingung dengan kelanjutan hidup saya. Untuk
mengurangi perasaan tidak nyaman, saya bergaul dengan seorang teman, yang seperti
sahabat saya di waktu itu. Dia pun mengalami hal yang sama seperti saya, juga dengan
perasaan negatif yang saya rasakan. Saya juga bersyukur bahwa saya dikelilingi teman-
teman yang baik, yang peduli dan perhatian terhadap saya, baik teman di jurusan maupun
teman persekutuan kampus di Fakultas Ekonomi UI.
Ketidaknyamanan yang saya rasakan mendorong saya untuk merencanakan mengikuti
ujian masuk perguruan tinggi di tahun 2009. Saat itu, saya masih mencari jurusan apa
yang akan saya pilih. Pernah berpikir ingin memilih sastra Jepang kembali, namun telah
berubah karena saya sebetulnya belum memahami lebih lanjut mengenai pilihan saya,
seperti apa saja yang akan dipelajari dan bagaimana peluang di masa depan setelah
berkuliah di sana. Di samping itu, muncul ketertarikan terhadap jurusan manajemen
karena saya pernah belajar bisnis serta pengantar manajemen. Bagi saya, jurusan
manajemen menarik untuk dipelajari dan peluang untuk menjadi lebih sukses lebih
menjanjikan dalam pikiran saya saat itu. Pilihan terhadap manajemen pun didukung
karena saran dari sebuah tes potensi akademik yang diikuti saat SMA. Pilihan kedua saya
saat itu adalah ilmu administrasi fiskal karena jurusan ini adalah saran jurusan kedua pada
tes tersebut. Saya memilih UI karena lagi-lagi pandangan saya terhadap UI memang luar
biasa baik saat itu juga.
Mendukung penggenapan mimpi saya di tahun tersebut, saya mengikuti bimbingan
belajar di sekitar kampus saya. Saya rajin sekali belajar di tempat bimbingan belajar ini.
Entah saking berantusias dan bersemangat ingin lulus ujian masuk pada tahun tersebut,
saya bahkan merelakan tidak masuk kuliah untuk hanya belajar di bimbingan belajar
tersebut. Makin tertinggal lah saya dalam pembelajaran di jurusan akuntansi. Saya
menyadari pilihan tersebut dan saya memilih berjuang belajar untuk persiapan ujian
masuk ketimbang memprioritaskan kuliah saat itu. Namun, kenyataan berkata lain, saya
gagal kembali di setiap ujian masuk perguruan tinggi di tahun 2009. Lantas, saya masih
berstatus sebagai mahasiswa akuntansi di tahun keduanya.
Pernah saya merasa stres kembali ketika saya belum berhasil pada ujian masuk tahun
2009. Namun, tidak terlalu lama saya mengalami perasaan negatif tersebut, saya
tergolong cepat bangkit saat itu. Saya juga menyadari bahwa pilihan jurusan saya pada
tahun itu sebenarnya masih mempelajari akuntansi, yang saya sendiri masih belum siap
atau berminat jika harus belajar mata kuliah itu kembali. Jadi, saya merasa beruntung,
meskipun tidak masuk jurusan tersebut. Kemudian, saya masih ingat bahwa teman-teman
saya, baik di jurusan maupun persekutuan, selalu mendukung saya. Secara khusus, saya
mengingat seorang PKK (pemimpin kelompok kecil/ pembina rohani) saya berusaha
menguatkan dan mendorong saya agar tetap kuat dan selalu mengingatkan saya untuk
tetap belajar dengan sebaik mungkin di akuntansi. Saya pun menerima kegagalan tersebut
serta mulai berniat memperbaiki kuliah saya di akuntansi. Meskipun tetap kurang
berminat dengan akuntansi, saya mulai berusaha belajar dengan baik, seperti mengikuti
kegiatan belajar di kelas atau belajar dengan teman-teman sejurusan, bahkan sempat
mengikuti kursus di luar kampus. Saya bersyukur bahwa saya memiliki teman-teman
yang lain yang mendukung saya dalam belajar. Saya pun menghargai perilaku mereka.
Teringat bahwa di semester tiga, saya berkuliah pelajaran agama Kristen. Dalam satu
topik bahasan, saya menemukan bahwa saya tertarik dengan topik tersebut. Saya
memandang bahwa topik tersebut masih berkaitan dengan psikologi. Ketertarikan itu
begitu kuat hingga saya mulai menggali informasi mengenai psikologi. Saya mencari
tahu apa itu psikologi, apa saja yang dipelajari dalam psikologi, peluang karier apa dalam
psikologi, dan seterusnya. Tidak kebetulan juga bahwa saya masih berkesempatan untuk
mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri di 2010, yaitu tahun terakhir bagi lulusan
SMA tahun 2008. Saya semakin memantapkan pilihan saya terhadap Psikologi UI setelah
saya berusaha mendapatkan informasi mengenai belajar psikologi di UI.
Saya begitu bersemangat saat itu terhadap pilihan saya karena beberapa hal yang terjadi.
Pertama, masukan dari teman-teman saya yang melihat diri saya memiliki kecocokan
dengan ilmu psikologi dari sisi karakter atau sifat saya yang senang mendengarkan
orang lain bercerita dan memiliki keingingan untuk membantu mereka. Kedua, menurut
saya, ini yang paling berdampak bagi diri pribadi, saya menemukan panggilan hidup
saya. Hasrat yang kuat untuk menolong orang lain dan menjadi dampak positif bagi
mereka adalah panggilan hidup saya terhadap pemilihan jurusan psikologi. Lingkungan
pun memiliki andil dalam pemilihan ini di samping adanya dorongan dari dalam diri
saya, misalnya dalam persekutuan, masukan yang disampaikan menguatkan saya untuk
menjadi pribadi yang menolong orang lain. Ketiga, saya yakin bahwa pilihan psikologi
adalah yang terbaik bagi saya juga dan masa depan saya.
Saya memprioritaskan dua hal saat itu, yaitu perkuliahan saya di akuntansi dan persiapan
saya menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Saya semakin berusaha mengikuti
perkuliahan saya dengan baik serta mempersiapkan ujian masuk dengan lebih bijaksana.
Arti bijaksana di sini adalah saya tidak mengorbankan kuliah saya seperti tahun
sebelumnya. Namun, saya lebih mengatur waktu saya untuk memiliki waktu belajar
secara pribadi dalam masa persiapannya. Bahkan, saya tidak mengikuti bimbingan
belajar saat itu, saya memilih belajar mandiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang
saya miliki selama mengikuti bimbingan belajar. Selain itu, sikap saya pun saya ubah,
yaitu saya tidak terlalu berambisi untuk lulus ujian masuk dan saya berserah terhadap
kenyataan apa pun yang akan saya peroleh. Saya akan mengerjakan ketertinggalan saya
di akuntansi sebaik mungkin jika saya nyatanya akan tetap berkuliah di jurusan tersebut.
Yang unik dari pengalaman saya ini, saya juga lebih memperhatikan motivasi dalam
memilih psikologi, yakni ingin menolong orang lain. Saya memiliki keyakinan bahwa
jika memiliki niat atau motivasi yang baik dan jika Tuhan menghendakinya, saya akan
lulus ujian masuk di tahun 2010 dan menjadi mahasiswa Psikologi UI.
Selain keyakinan tersebut, saya juga berdoa dan beriman, yaitu saya akan menjadi
mahasiswa Psikologi UI maka sebelumnya saya perlu memperbaiki perkuliahan saya
dan menjadi teman yang baik bagi teman saya. Saya lakukan itu. Performa belajar dan
prestasi akademis saya di akuntansi menjadi lebih baik, serta hubungan saya semakin
akrab dengan teman-teman saya di akuntansi. Hasil ujian masuk pun diumumkan, saya
dinyatakan lulus ujian SIMAK UI dengan jurusan psikologi. Saya begitu bersyukur saat
itu dan rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Selain itu, saya merasa puas
karena proses yang saya lalui membuahkan hasil. Kemudian, saya segera menghubungi
orang-orang terdekat saya yang turut mendukung saya untuk kuliah di psikologi lalu
mengabarkan orangtua saya. Meskipun orangtua sempat kaget karena saya tidak
memberitahukan bahwa saya mengikuti ujian masuk kembali pada tahun 2010, bahkan
sempat terjadi ketegangan, namun ketika saya menjelaskannya, akhirnya orangtua
menerima hingga mendukung keputusan saya untuk berkuliah di Psikologi UI.
Pengalaman ini merupakan pengalaman yang paling berkesan dalam hidup saya.
Berstatus sebagai mahasiswa Psikologi UI merupakan pencapaian dari hasil perjalanan
panjang menemukan impian saya yang didukung keyakinan dan usaha. Tak berhenti
sampai di situ saja, minat dan motivasi yang kuat untuk berdampak positif bagi orang
lain selalu mengarahkan dan mempertahankan perilaku saya, baik dalam konteks
kuliah, kegiatan ekstrakurikuler, dan pergaulan saya hingga saat ini. Salah satu bentuk
konkretnya, saya berhasil meraih gelar pemenang dalam Pemilihan Mahasiswa
Berprestasi Fakultas Psikologi UI. Prestasi ini pun saya jadikan sebagai amanah dan
motivasi bagi saya agar selalu berdampak positif bagi orang lain.
Beberapa poin ingin saya sampaikan kepada teman-teman pembaca tulisan saya ini.
Saya begitu berharap saya dapat memberikan masukan yang bermanfaat dari poin-
poin tersebut. Poin ini merupakan hasil pembelajaran dari perenungan saya terhadap
pengalaman ini. Di samping itu, saya pun akan merasa senang jikalau teman-teman juga
mendapatkan pembelajaran lain yang berguna bagi diri teman masing-masing.
Pertama, penting bagi saya untuk menyampaikan hal ini, yaitu mengenai pilihan jurusan.
Saya menyadari bahwa minat dan tujuan merupakan dasar untuk menentukan pilihan
jurusan. Mengapa? Dengan adanya minat, kita akan terdorong untuk mengerjakan
sesuatu. Misalnya, kamu berminat pada bidang sosial. Minatmu ini akan mengarahkan
kamu untuk mempelajari lebih dalam mengenai bidang sosial. Tujuan, atau dapat kita
sebut juga sebagai mimpi adalah harapan atau target yang kita sasar untuk menjadi
kenyataan. Minat dan tujuan ini akan memampukan teman-teman untuk belajar
dalam mencapai apa yang kalian dambakan. Apa pun yang menjadi hambatan atau
tantangan yang dihadapi, ada kecenderungan bagi kita untuk selalu tetap berusaha untuk
mewujudkan mimpi itu karena adanya minat yang kuat dan tujuan yang ingin dicapai.
Selain itu, beberapa aspek lain, seperti bakat dan kecerdasan umum, kepribadian, serta
kemampuan atau keterampilan, dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih jurusan.
Kesesuaian antara aspek-aspek dan jurusan akan membantu kita mendapatkan keyakinan
terhadap pilihan jurusan. Kita dapat mencari tahu siapa, apa, dan bagaimana diri kita,
baik secara mandiri maupun adanya dukungan fasilitas lain.
Kedua, temukan dan miliki orang lain yang mendukung teman-teman. Berdasarkan
pengalaman saya, saya memiliki seorang sahabat, teman kuliah, dan teman sepersekutuan
yang mengetahui dan cukup memahami proses yang saya lakukan. Kepedulian dan
dukungan mereka dalam bentuk, seperti doa, ucapan semangat, ungkapan menyakinkan,
serta saran atau masukan lainnya, telah bermanfaat bagi saya pribadi dalam menjalani
prosesnya hingga saya dapat berhasil dalam ujian masuk. Maka dari itu, cukup penting
bagi teman-teman untuk memiliki orang lain di sekitar diri kalian. Ceritakan jikalau
kalian sedang merasa lelah atau tidak bersemangat, mereka akan kembali menguatkan
dan menyemangatimu untuk selalu berusaha dalam belajar. Sampaikan jikalau kalian
membutuhkan dukungan doa atau saran, tak jarang ini akan menyakinkan kalian bahwa
kalian akan lebih berhasil. Pada dasarnya, kita adalah mahluk sosial sehingga kita
tak dapat menepis bahwa kita membutuhkan kehadiran orang lain dalam proses kita
mencapai kesuksesan, siapa pun mereka.
Ketiga, teruslah belajar dan tetaplah berdoa. Mungkin ini sangat klise, namun ini
benar dan tentu penting. Dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, kita akan
mengerjakan beragam soal dari mata pelajaran yang berbeda. Kebutuhan kita untuk
belajar pun semakin besar karena memang soal yang diujikan tak dapat dikatakan
mudah, apalagi ditambah peserta lainnya yang juga memilih jurusan yang sama dengan
teman-teman. Mantapkan niat kalian untuk terus belajar, ketahui dan pahami setiap
topik dari materi pada mata pelajaran yang diujikan. Mengapa harus paham? Sedikit
informasi dari saya, soal yang diujikan bukan lah soal hafalan biasa, namun menguji
pemahaman teman-teman hingga kemampuan menganalisis soal yang disediakan. Oleh
sebab itu, bagaimanapun caranya, kalian harus selalu belajar. Jika ditemui masalah dalam
prosesnya, segera tuntaskan lalu kembalilah belajar dan nikmati setiap pembelajaran
tersebut. Mengapa? Belajar itu sangat menarik ketika teman-teman sungguh-sungguh
menyelami pembelajaran teman-teman dengan penuh minat. Dan, selalu berdoa
kepada Tuhan. Bagi kebanyakan orang, doa dijadikan sarana bagi manusia untuk
meminta sesuatu atau berkomunikasi kepada Sang Pencipta. Namun, melalui doa, kita
menyerahkan diri kita sepenuhnya dan menyatakan kepercayaan bahwa hasil yang terbaik
akan diperoleh.
Akhir dari penulisan ini, saya kembali mengucapkan terima kasih kepada setiap orang
yang ada selama perjuangan saya. Sahabat saya, Stevani Anggina, yang selalu menemani
hidup saya dalam suka dan duka bertahun-tahun di Kampus UI. Telah banyak waktu telah
kami lewati bersama, sebuah pengalaman persahabatan yang luar biasa bagi saya hingga
saya pun merasa tak dapat berkata-kata lagi. Yang saya harapkan adalah kami berdua
harus selalu bertumbuh dan berkembang hingga kami dapat menikmati hidup bahagia
masing-masing, serta selalu bersama sampai kapan pun. Bang Frans, pemimpin kelompok
saya, abang sekaligus teman saya, yang selalu senantiasa mendukung saya dalam belajar,
baik pada kuliah saya maupun pada persiapan ujian masuk. Saya selalu ingat, ia pernah
mengatakan bahwa saya harus selalu memberikan usaha yang terbaik dalam hal apa pun.
Ia pun tak hentinya juga mendoakan saya. Kemudian teringat seorang pembimbing rohani
lainnya, Pak Kim, seorang pria berwarganegaraan Korea Selatan, juga setia mendoakan
saya dan terus mendukung pilihan jurusan saya dalam tujuan memberikan dampak positif
kepada orang lain. Beliau menyakinkan saya bahwa saya akan menjadi seorang yang
sukses dalam bidang dan cita-cita saya. Saya percaya bahwa Pak Kim dan keluarga juga
selalu mendoakan saya.
Teman-teman perkuliahan di Vokasi Akuntansi UI, saya berterima kasih untuk dukungan
mereka selama dua tahun saya berkuliah bersama. Mereka tahu jelas bagaimana kondisi
saya saat itu. Selain itu, mereka pun mengerti apa yang saya inginkan saat itu. Mereka
juga berusaha membantu saya dalam belajar agar dapat bertahan kuliah selama di
sini. Sebut saja, seperti Marissa, Uno, Abi, Gorbi, Nadya, dan lain-lain. Terima kasih
untuk tawa serta canda dan kesediaan kalian mendengarkan saya bercerita hingga
mengajarkan saya akuntansi, terutama kepada Uno. Kemudian Ibu Ira, beliau adalah
pembimbing akademis saya selama di akuntansi. Beliau mendukung keputusan saya dan
mengharapkan yang terbaik bagi saya. Terima kasih untuk dukungan Ibu Ira. Setelahnya,
Pak Bernard, yaitu dosen agama Kristen saya saat itu, entah apakah ini rencana Tuhan
atau bukan bahwa saya diajarkan beliau. Melalui materi yang disampaikannya lah, saya
mulai berminat dengan ilmu psikologi. Tak tahu apa yang terjadi, jikalau saya tidak
mempelajari mata kuliah ini serta tak diajarkan oleh beliau.
Ada teman-teman persekutuan di Persekutuan Oikumene Fakultas Ekonomi UI, terima
kasih teman-teman untuk dukungan doa dan semangat yang kalian berikan. Kak Berlian
sebagai pemimpin pendalaman Alkitab di masa awal perkuliahan, Kak Monggi, Laura,
dan Pascal sebagai teman satu pelayanan untuk Persekutuan Jumat, teman kelompok kecil
saya juga, Zano, Boydo, Wely, dan Jo, dan teman-teman persekutuan saya lainnya yang
tak dapat saya sebutkan satu persatu. Melalui persekutuan ini lah, saya bertumbuh secara
rohani. Saya mengenal kehendak Tuhan dalam hidup saya, saya menemukan apa yang
menjadi panggilan hidup saya. Saya pun merasa bersyukur dapat bertemu mereka. Terima
kasih atas kehadiran kalian dalam satu perjalan penting dalam hidup saya.
Keluarga saya. Meskipun selama dua tahun itu, saya jarang berkumpul dengan keluarga
karena saya tinggal di Depok, sementara dulu rumah kami di Bekasi, saya bersyukur
bahwa saya dapat hidup dalam keluarga ini. Saya berterima kasih atas penghidupan,
pemeliharaan, dan pendidikan yang memapukan saya dapat hidup hingga sekarang
ini. Papa saya yang selalu bekerja keras demi keluarga menyadari saya bahwa betapa
cinta dan sayangnya beliau terhadap keluarganya. Mama saya yang berperan lebih
banyak dalam tumbuh dan kembang saya pun menyadari betapa besar dan setianya kasih
beliau memperhatikan anak-anaknya. Kedua kakak dan adik kandung saya yang selalu
menemani saya dalam proses kehidupan saya. Mereka pun turut mendukung saya dalam
pilihan jurusan saya. Terima kasih untuk keluarga saya.
Di samping itu, guru-guru saya, terutama di bimbingan belajar. Terima kasih atas
bimbingan belajarnya yang telah diberikan, Proses Inten dan Nurul Fikri. Saya menyadari
bahwa saya dapat mengerjakan setiap soal yang diujikan karena adanya pemahaman yang
baik. Pemahaman tersebut tak terlepas dari dukungan dari guru, pengajaran mereka dan
pembagian informasi dari mereka. Secara khusus kepada bimbingan belajar Nurul Fikri,
saya memandang kualitas pengajaran mereka unggul, serta modul hingga latihan soal
yang disiapkan dan disediakan pun berkualitas. Saya menghargai siapa pun mereka yang
telah mengajar dan mendidik saya.
Yang terutama dan yang terpenting, saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan
Yesus, Tuhan saya yang selalu memimpin, memberkati, dan menyertai hidup saya.
Saya percaya bahwa setiap pengalaman yang saya lalui hingga sekarang tidak terlepas
adanya campur tangan Yang Mahakuasa. Saya berkuliah di akuntansi, saya pernah gagal
mengikuti ujian masuk, saya menemukan minat dan tujuan hidup saya, dan saya dapat
lulus ujian masuk ke Psikologi UI hingga belajar dan berhasil di fakultas ini merupakan
karya kasih dan karunia-Nya dalam hidup saya. Terima kasih, Tuhan! Kiranya hidup saya
dapat selalu dan terus bermanfaat bagi orang lain maka saya tidak akan pernah berhenti
untuk belajar agar saya dapat terus berbagi manfaat kepada orang lain. Amin!
Semoga teman-teman yang membaca benar mendapatkan masukan yang positif, baik
inspirasi maupun motivasi. Seperti yang saya harapkan, semoga kalian pun dapat
memperoleh pembelajaran lain yang secara tertulis tidak saya sampaikan. Biarlah
pembelajaran yang didapat mampu berdampak bagi hidup kalian, khususnya dalam hal
pilihan jurusan. Ingatlah bahwa hidup kita hanya sekali maka pergunakan hidupmu sebaik
mungkin yang kalian dapat lakukan. Pesan saya lainnya adalah bagikan apa yang telah
kamu dapatkan dari tulisan saya ini agar orang lain dapat beroleh manfaatnya dari kalian,
serta percayalah ketika kalian mengajarkan atau membagikan hal yang kalian miliki,
kalian akan semakin ahli dan kuat terkait apa pun yang kalian sampaikan kepada orang
lain. Mari bersama berbagi untuk kehidupan yang lebih baik. Selamat belajar dan jadilah
dari Universitas Indonesia! Mari bergabung di Kampus UI untuk bersama berjuang
mengembangkan dan memajukan bangsa dan negara kita tercinta, Indonesia.
Sabtu, 17 Januari 2015
Senin, 12 Januari 2015
Berjalan Teguh Mencapai Tujuan
Dalam perjalananku hari ini menuju kampus, aku sengaja
mengakses renungan harian sebagai saat teduhku dengan menggunakan handphone.
Beberapa renungan telah kubaca, namun salah satu menarik perhatianku. Renungan
ini berjudul “Tetaplah Berlari”. Sebagai seseorang yangpengejar prestasi, aku
tergerak membacanya. Mungkin saja Tuhan akan berbicara atau memberikanku
masukan dalam prosesku mencapai tujuanku di tahun ini. Rupanya, renungan ini
berupa puisi yang dituliskan seseorang yang pernah mengalami kegagalan. Puisi
tersebut mengungkapkan kebiasaan beberapa orang yang suka melihat orang lain
dalam mengejar sesuatu. Seringkali kita menoleh ke kanan atau ke kiri, melihat
pencapaian orang lain. Ini pun membuat kita merasa tidak nyaman. Puisi ini
melanjutkan bahwa padahal setiap manusia telah diberikan berkatnya
sendiri-sendiri. Ya, Tuhan memiliki rencana bagi setiap kita manusia. Daripada
memusingkan orang lain, sebaiknya kita fokus pada bagian kita. Bagian yang
harus kita kejar, kita capai. Bagian yang telah menjadi panggilan kita. Fokus
pada tujuan dan tindakan yang kita lakukan untuk mencapainya adalah yang paling
tepat. Bahkan dari pengalaman ini nantinya, orang pun akan semakin
terinspirasi. Demikian ulasan dan pemaknaan yang bisa kuberikan dari artikel
renugan tersebut. Aku jadi ingin bersajak bagi kita semua yang sedang berjuang
untuk mencapai sesuatu. Kiranya menjadi berkat.
Tak perlu, tak perlu lagi aku melihat orang-orang
sekelilingku,
Untuk mengamati apa yang sudah mereka capai dan sudah sampai
manakah mereka.
Karena tak ada gunanya juga, tidak berdampak bagiku untuk
mencapai apa yang menjadi cita-citaku.
Aku sadar dan harus selalu mengingat bahwa Tuhan telah
mengaruniaiku.
Ia telah memanggilku dalam rencana ini.
Ia pun yang akan menuntunku sampai akhir.
Segala sesuatu tiada kebetulan dan segala sesuatu memiliki
makna dan tujuan yang baik dari-Nya.
Mungkin memang harus begini,
Ia telah merencanakan segala sesuatunya.
Harapanku adalah kiranya pengalaman ini dapat menjadi
berkat.
Mungkin Tuhan sedang atau akan memakaiku karena ini.
Ya mungkin saja.
Yang bisa kulakukan kini adalah belajar fokus.
Berjuang sebaik mungkin dan berjalan bersama-Nya.
Hingga pada akhirnya nanti,
Ia akan menghadiahiku sesuatu yang bernilai dan mahal tak
terhitung harganya.
Rencana-Nya adalah yang terbaik, bukan rencana kegagalan
atau kecelakaan.
Terpujilah nama Tuhan sampai selamanya.
Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)