Sabtu, 24 September 2011

Koperasi Oh Koperasi

Halo semuanya! Apa kabar? Udah lama gw ga nulis di blog nih karena kesibukan demi kesibukan yang gw alami. hahaha sok banget. gak deng, gak sibuk gimana. eh iya, gw udah dua minggu kuliah di semeter tiga. gw mau sedikit cerita sebelum ngeceritain seperti yang dituliskan di judul. semester tiga ini, gw udah gak ngekost, tetapi sekarang gw pulang-pergi. hmm selama dua minggu ini, lumayan kerasa sih capeknya karena jadi sering pulang malam. ketika sampai di rumah, kadang udah capek n ngantuk banget jadi, kalo mau belajar, agak susah konsen dan fokus gitu deh *alibi hahaha, tapi pernah sih gw pakasain belajar, lumayan juga masuk otak belajarnya. haha. yah, intinya gw masih adaptasi :) nah, untuk kuliahnya sendiri, banyak nih tugas kelompok, sejauh ini, gw menikmatinya :D ahhh semangat2 Peter! ;D

Gw nulis ini di kampus, gw baru aja selesai kelas tambahan kelas koperasi. terus, gw mampir ke psiko, main2 ngeliat acara psyfest, makan, ngenet, dan tujuan gw ke psiko juga pengen update antivirus makanya gw bawa laptop. tadi tuh ya, pas kuliah koperasi, hari ini, ada giliran presentasi kelompok. nah, tadi itu, dosen gw ngomongin tentang kondisi koperasi di Indonesia. yang gw tangkep dari omongan pak dosen tuh, kalo koperasi kita kurang berkembang disebabkan masalah-masalah, seperti kurangnya ilmu dan pengetahuan koperasi, kesadaran masyarakat terhadap tujuan, fungsi, dan manfaat koperasi itu sendiri, dan esensi dasar koperasi. terus pak dosen juga nyinggung kalo kebanyakan orang mikirnya pengen cari untung n duit maka agak males kalo ngurus ato jadi anggota koperasi. padahal, ada koperasi yang bikin orang India, koperasinya berkembang n maju banget ampe go international gitu istilahnya. sayang banget, padahal tujuannya oke banget yaitu menyejahterakan anggota koperasi (masyarakat). gw pikir2, usaha ini bisa jadi alternatif untuk bikin orang lebih sejahtera ato makin pinter karena adanya bimbingan2 dan pengembangan pengetahuan, misalnya di koperasi unit desa yang bisa saja anggotanya merupakan para petani jadi mereka bisa diajarin gimana ngelola n ngembangin sawahnya agar lebih efektif, efisien, n produktif.

Nah, insight yang gw dapet dari situ adalah mengenai ketekunan. dalam usaha koperasi bahkan apa pun, kalo tekun, pasti bisa berhasil. selain itu, yang penting juga adanya niat dan motivasi yang benar, memberikan diri dengan hati yang sungguh-sungguh. eaaahhh semangat!!!

Jumat, 09 September 2011

Menjelang Kuliah Semester Tiga




       Ya, jadwal yang di atas adalah jadwal kuliah saya pada semester tiga di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Dapat jelas dilihat bahwa mata kuliah (MK) yang diambil terdapat 7 MK dengan jumlah 20 SKS. Yang terdiri dari 18 SKS wajib dan 2 SKS pilihan (lintas fakultas).
      Untuk memperjuangkan pengisian isian rencana studi (IRS) tidak dapat dikatakan mudah, disebabkan oleh pengisian IRS ini bersamaan dengan PSAF Kamaba Psikologi 2011, sebuah acara khusus mahasiswa baru psikologi angkatan 2011. Saya mengikuti kepanitiaan tersebut dengan menjadi seorang mentor. Saat itu, para mentor sedang membantu bidang evaluasi untuk memeriksa dan menilai esai para mahasiswa baru, namun saat jam 9, kami dibolehkan untuk mengisi IRS. Sebelumnya, telah diumumkan di SIAK-NG bahwa pengisian IRS akan dimulai jam 9 pagi, tetapi kenyataannya adalah sejam lamanya IRS baru dapat diisi. Biasanya memang ketika sedang dalam pengisian IRS hari pertama, server seringkali mengalami error maka harus berkali-kali me-reload halaman web SIAK-NG. Hal itu pun dialami saya. Hingga akhirnya, SIAK-NG dapat “terjinakkan”.
      Perencanaan pemilihan kelas untuk semester tiga sebenarnya tidak terlalu diperhatikan. Saya ditawarkan untuk sekelas dengan beberapa teman saya sehingga saya hanya mencocokkan saja. Pengisian IRS dapat dikatakan lancar, meskipun tidak mendapatkan kelas pilihan. Awalnya, saya berniat untuk mengambil 18 SKS saja, SKS wajib semester tiga karena pertimbangan bahwa kesibukan dalam kuliah di semester tiga bertambah. Akan tetapi, setelah dipikirkan kembali, saya memang berencana untuk lulus kuliah dalam waktu 3,5 tahun karena alasan umur dan lain halnya (hahaha). Agar SKS lebih cepat terpenuhi, saya mengambil 2 SKS lagi dari MK pilihan atau lintas fakultas. MK pilihan yang disediakan tiap semester selalu terbatas, dibuka hanya satu atau dua kelas. Maka dari itu, mahasiswa berebutan atau istilahnya “berperang dengan teman sendiri” untuk mendapatkan kelas.
      Sebenarnya, saya mah tidak terlalu memusingkan kelas pilihan. Saya percaya saja bahwa saya akan diberikan kelancaran dalam mendapatkan MK. Saya berdoa dan berusaha saja ketika ada kelas pilihan yang dibuka. Dapat atau tidak dapat, saya tetap bersyukur. Ada MK pilihan yang sejak awal menarik bagi saya, yakni pendidikan keluarga. Saya tertarik untuk mempelajari MK tersebut karena menurut saya, MK itu sangat applicable dalam kehidupan. Sayangnya, posisi pilihan saya sudah berada melebihi kapasitas yang ada. Oleh sebab itu, saya mengurungkan niat untuk memilihnya dan menunggu kemungkinan ada MK pilihan selanjutnya atau MK lintas fakultas akan dibuka.
      Berpikir mengenai MK lintas fakultas (linfak), biasanya selalu tampil dalam daftar mata kuliah di SIAK-NG, namun beberapa dapat saja tidak muncul, melainkan diurus secara manual ke fakultas yang dituju. Sejak hari pertama pengisian IRS, memang sudah beberapa MK linfak telah muncul, namun yang tertera itu adalah MK yang kurang menarik bagi saya dan mungkin akan menyulitkan karena merupakan MK linfak berasal dari disiplin ilmu pengetahuan alam. Oleh karena itu, saya tidak memilih salah satu yang telah muncul tersebut. Saya ingin mempelajari suatu MK yang benar-benar ingin saya pelajari, misalnya MK yang menarik, memiliki manfaat bagi saya, dapat diaplikasikan secara konkret, dan lebih baik masih berkaitan dengan psikologi. Terpikirkan oleh saya adalah memilih MK linfak dari program studi sastra Jepang di fakultas ilmu budaya (FIB) dengan MK bahasa Jepang. Akan tetapi, MK tersebut belum tampil di SIAK-NG, perlu mencari informasi dan mengurusnya langsung di fakultas. Saya berkeinginan sekali untuk mempelajari bahasa Jepang karena sejak lama menyukai bahasa Jepang dan telah mempelajarinya ketika SMA sehingga tidak akan begitu menyulitkan bagi saya. Oleh karena itu, saya mengusahakannya dengan mencari informasi langsung ke subbagian akademik FIB serta kantor program studi. Akan tetapi, saya tidak mendapatkan penjelasan yang signifikan dan jelas malahan terkesan seperti “dilempar-lempar”, serta dengar-dengar dari teman-teman FIB, MK yang saya mau pilih di sana berkuota sangat terbatas dan banyak sekali peminatnya bahkan mereka pun kesulitan untuk dapat berkuliah MK itu jadi saya berpikir untuk tidak terlalu “memperjuangkannya”.
      Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 24 Agustus, saya hanya ingin melihat SIAK di internet. Tidak disangka ketika membuka tab jadwal kuliah, terdapat MK linfak baru dibuka, koperasi. MK tersebut merupakan MK yang diselenggarakan di fakultas ekonomi dan MK itu dibuka oleh departemen ilmu ekonomi. Saya tidak terlalu “nafsu” untuk langsung mengambil MK itu. Namun, tidak lama kemudian, saya memilih MK tersebut. Dalam pikiran saya, jika masih ada kesempatan untuk menambah SKS, tambah saja, tetapi saya tetap pertimbangkan. Sebenarnya, saya belum pernah belajar mengenai koperasi. Yang saya hanya tahu adalah sekadarnya sekali. Untuk ketertarikan terhadap MK tersebut, biasa saja. Oleh karena itu, pada malamnya, saya mencari informasi mengenai koperasi itu sendiri di internet. Meskipun tidak terlalu banyak dan mendalam informasi yang saya dapat, saya mulai tertarik dengan MK tersebut. Berpikir mengenai ketertarikan, sebenarnya dalam memilih MK, tidak hanya ketertarikan yang dibutuhkan, tetapi tujuan mengikuti kuliah MK tersebut dan manfaat apa yang kelak didapat. Oh ya, saya juga bertanya-tanya mengenai MK ini, seperti sistem kuliah, tugas, dan bentuk ujiannya kepada teman saya. Akhirnya, saya semakin memantapkan pilihan MK koperasi tersebut dan saya bersyukur.
      Hari demi hari berlalu, tidak terasa bahwa kuliah semester tiga akan segera dimulai, juga perjuangan pun akan dijalani. Menjelang seminggu hingga tiga minggu sebelum kuliah, nama dosen pengajar di fakultas psikologi baru bermunculan dan MK baru, baik linfak maupun pilihan juga dibuka pendaftaran melalui SIAK. Melihat dosen-dosen yang akan mengajar saya di semester tiga, saya terkejut dan senang karena para dosen tersebut merupakan dosen yang menurutku, oke, baik, dan berkualitas. Beberapa dosen yang kuharapkan akan mengajarkanku pun menjadi dosenku di semester tiga ini. Lagi-lagi, saya bersyukur.
      Menjelang beberapa hari sebelum kuliah, ada suatu persyaratan yang belum terpenuhi untuk dapat mengikuti perkuliahan, yakni IRS belum disetujui oleh dosen pembimbing akademis (PA). Awalnya, saya tidak kuatir mengenai persetujuan tersebut karena saya sudah melaporkan bahwa IRS saya sudah mencukupi dan hanya tinggal disetujui oleh dosen PA, namun seminggu akhir sebelum kuliah saya sedikit mulai takut karena hal ini. Saya tahu dan yakin bahwa dosen PA saya akan menyetujui IRS saya. Komunikasi kami juga cukup baik. Seperti yang dia katakan, jika ia sempat di hari awal liburan kampus, ia akan menyetujui langsung, tetapi jika tidak, pihak akademik di fakultas lah yang akan menyetujui. Bahkan, beliau pernah bertanya mengenai SKS yang mungkin ada lagi yang ingin ditambah. Dengan hal itu, saya percaya bahwa beliau memperhatikan IRS saya. Hari Kamis tanggal 8 September, pagi menjelang siang hari, saya mengecek IRS saya. Dan, ternyata IRS saya sudah berstatus ‘disetujui’. Wah, rasanya senang sekali dan ketakutan yang sempat dialami pun sirna. Padahal, malam kemarinnya sedikit kuatir. Saya berdoa dan percaya bahwa hari besoknya IRS saya sudah disetujui dan ternyata tergenapi doa dan percaya tersebut.
      Dari pengalaman ini, saya memperoleh suatu insight bahwa segala sesuatu tidak perlu kuatir. Orang berkata boleh kuatir, namun tidak berlebihan. Tidak kuatir pun dapat menjadi bahaya. Oleh karena itu, yang dilakukan adalah doa, usaha, dan percaya. Jika belum ada jawaban, tetaplah bertekun. Tuhan sudah mempersiapkannya sejak dari awal. Jika jawaban tidak, Ia telah mempersiapkan dan memberikannya yang lebih baik lagi dan tepat bagi kita. Tinggal sikap percaya saja yang perlu dikuatkan. Selain itu, perencanaan memang sangat baik, tetapi jika dengan sikap hati dan motivasi yang tidak benar atau baik apalagi sangat berambisi, jangan bersusah hati jika apa yang direncanakan tidak sesuai dengan harapan sebelumnya. Dalam pengalaman ini, saya tidak terlalu fokus dalam merancangkan IRS karena nama dosen tidak tertera, mahasiswa lain pasti akan berebutan, dan seterusnya. Saya melakukan apa yang dapat saya lakukan, seperti mencocokkan perencanaan jadwal kuliah dengan beberapa teman saya dan sebagainya, lalu menyerahkannya kepada Tuhan sepenuhnya. Jika ada masalah, saya percaya Tuhan akan menuntun saya dan membukakan “jalan-Nya”. Well, perkuliahan akan segera dimulai dua hari lagi, tepatnya tanggal 12 September. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi selama perkuliahan di semester tiga, tetapi saya tetap optimis dan siap berusaha yang terbaik untuk semester tiga. Tentunya, bersama Tuhan, saya percaya bahwa saya akan disanggupkan. Hidup saya adalah milik-Nya sehingga saya percaya kepada-Nya yang berkuasa kepada hari-hari dan masa depan saya. Mungkin pengalaman yang saya tulis adalah hal kecil atau sederhana, tetapi saya percaya hal kecil ini merupakan tanda-tanda atau proses untuk hal besar yang akan dinyatakan.

Teriring salam manis dan doa (halah),
GOD bless us!

Rabu, 17 Agustus 2011

Kesabaran dan Ketahanan dalam Pengerjaan Tugas Akademis


            Sebagai akademisi, mahasiswa memiliki kewajiban dalam belajar, salah satunya mengikuti proses perkuliahan. Dalam proses ini, dosen sebagai pengajar tidak sekadar memberikan ceramah tentang topik atau materi yang dibahas di kelas lalu mahasiswa harus mengikuti ujian, namun tugas-tugas pun dijadikan poin penting dalam proses perkuliahan. Tugas-tugas ini, baik yang dikerjakan secara individu maupun kelompok, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dari mahasiswa terhadap materi yang diajarkan dan membantu peningkatan pemahaman materi sehingga mahasiswa sungguh-sungguh dapat memahaminya dengan tepat berdasarkan target pembelajaraan, serta untuk jangka panjang, mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, biasanya tugas-tugas dinilai yang kemudian akan dirata-ratakan dengan unsur-unsur penilaian lainnya sehingga menghasilkan nilai akhir yang akan membentuk dan memengaruhi indeks prestasi (IP). Oleh karena itu, dibutuhkan sikap tertentu agar proses perkuliahan dapat berlangsung lancar dan sesuai yang diharapkan, serta mahasiswa menikmati perkuliahannya. Dua istilah penting yang perlu diperhatikan dan diterapkan adalah kesabaran dan ketahanan.
            Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, kesabaran adalah ketenangan hati dalam menghadapi cobaan; sifat tenang (sabar). Dari definisi tersebut, istilah utama mengenai kesabaran adalah ketenangan. Sifat tenang diperlukan dalam berbagai kondisi, baik positif dan negatif. Kondisi positif merupakan kondisi yang meliputi pemikiran dan perasaan yang menyenangkan dan menenangkan, sedangkan kondisi negatif merupakan kondisi yang meliputi pemikiran dan perasaan yang tidak menyenangkan dan memiliki tekanan. Definisi kesabaran yang pertama dituliskan bahwa sabar merupakan sikap tenang dalam menghadapi cobaan. Orang-orang biasanya cenderung memaknai cobaan sebagai kondisi yang membebani dirinya, misalnya musibah, penyakit, kegagalan, dan sebagainya. Namun, adakalanya, cobaan dapat berupa kondisi-kondisi yang tidak menyusahkan, misalnya kemenangan, naik jabatan, dan sebagainya karena jika tidak bersabar dan berhikmat, kondisi positif seperti itu akan menyebabkan “kejatuhan”. Oleh karena itu, sikap sabar dan tenang ini harus dimiliki di setiap kondisi. Dalam perkuliahan pun, kesabaran sangat diperlukan. Misalnya, ketika seorang mahasiswa akan mengikuti ujian, ia tentu perlu mempersiapkan dirinya dengan belajar. Saat belajar, ia mungkin dapat saja mengalami kejenuhan karena dengan berbagai alasan, seperti materi yang terlalu banyak menurutnya, waktu yang ia miliki untuk belajar terlalu singkat, dan lain-lain. Sama juga halnya ketika memiliki tugas. Bermacam-macam tugas dapat saja diberikan untuk mahasiswa. Jika ingin mendapatkan nilai yang tinggi, tentunya mahasiswa harus mengerjakan tugas tersebut dengan semaksimal mungkin. Meskipun karakter atau kepribadian mahasiswa berbeda-beda, dalam perkuliahan, jika ingin mendapatkan nilai dan prestasi yang maksimal, diperlukan totalitas dalam pengerjaan tugas. Dalam pengerjaan tugas tertentu, bahan-bahan yang dipakai dapat saja tidak sedikit, membutuhkan referensi-referensi tertentu yang mengharuskan mahasiswa membacanya dengan cermat. Kejenuhan dapat muncul oleh kerenanya.  Jika tanpa kesabaran, tugas itu diselesaikan dengan seadanya dan kemungkinan hasilnya tidak maksimal. Selain itu, tugas yang dikerjakan malahan menjadi ngawur. Sangat disayangkan jika hal itu terjadi, kan?
            Kemudian, ketahanan, dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai perihal tahan (kuat); kekuatan (hati, fisik); daya tahan. Dari definisi tersebut, yang menarik untuk diperhatikan adalah kekuatan hati serta fisik. Kekuatan hati sulit dioperasionalkan atau dinyatakan dengan makna sesungguhnya. Kekuatan hati ini dapat saja berupa kekuatan emosi. Emosi yang dimaksud yaitu emosi yang stabil dalam setiap kondisi. Jika kekuatan fisik, jelas secara jasmaniah, seperti sehat dan fit. Dalam mengerjakan tugas, tentunya fisik harus kuat sehingga kognitif dan psikomotorik bekerja secara seimbang. Selain itu, tentunya emosi pun tidak kalah penting. Apa pun jenis tugasnya, seharusnya emosi tetap stabil karena mempengaruhi kinerja pengerjaan tugas. Emosi yang stabil cenderung pengerjaan tugas dilakukan dengan tenang dan tidak cepat jenuh. Sebagai contoh, seorang mahasiswa mengerjakan sebuah tugas yang mengharuskannya bekerja sama dalam suatu kelompok tertentu. Ketika pengerjaan tugas berlangsung, beberapa anggota kelompok mengalami kejenuhan sehingga kurang memperhatikan tanggung jawab mereka dalam pengerjaan tugas. Mahasiswa ini berusaha tenang dan tetap bertahan meskipun kondisi yang dialami sebenarnya dapat menjadikannya putus asa sehingga malas mengerjakan tugas. Ketahanan emosi yang dimilikinya membuatnya tetap survive dan terus memperjuangkan pengerjaan tersebut bersama anggota kelompoknya yang lain bahkan mendorong anggota kelompoknya untuk kembali bersemangat dalam mengerjakan tugasnya itu. Dapat diketahui dari contoh tersebut bahwa ketahanan sangat dibutuhkan dalam mengerjakan tugas agar hasil pengerjaan tugas maksimal dan yang tidak kalah penting, ketahanan membuat mahasiswa benar-benar “menikmati” dan memperoleh tujuan dari tugas yang diberikan kepadanya.
            Jadi, betapa pentingnya bahwa kesabaran dan ketahanan perlu dimiliki oleh mahasiswa dalam menempuh kuliahnya di perguruan tinggi. Kesabaran yang bersifat tenang dan ketahanan yang bermakna kekuatan dibutuhkan sekali dalam kegiatan perkuliahan agar mendapatkan hasil yang maksimal atau setidaknya sesuai dengan harapan mahasiswanya. Keduanya tepat diaplikasikan dalam pengerjaan tugas yang merupakan evaluasi yang memantapkan kemampuan pemahaman bagi mahasiswa.
           

Referensi:
Kamus Bahasa Indonesia Online. (n.d.). Retrieved from: http://kamusbahasaindonesia.org/