Sabtu, 13 September 2014

Kerja Keras atau Kerja Cerdas?

Ayo mau pilih yang mana? Keras atau cerdas? Keduanya bagus, tapi yakin paling sesuai sama diri lo? 

Kali ini, gue mau berbagi cerita. Gue decribe diri gue as pekerja keras, namun tetiba gue disonan karena kayanya kerja keras itu cederung out of date alias kuno dan kurang seru kalo gue ga coba kerja lebih cerdas. Apa dan bagaimana kerja cerdas? Ya gue sih juga belum tahu nih apa dan harus gimana karena gue pun sedang mencari cara supaya bisa kerja secara cerdas. Apa yang harus gue lakukan? Apa yang kita bisa lakukan? Banyak, baca buku, ngobrol sama orang, pikirin arti cerdas bagi kita, dan coba lakukan kerja cerdas. 

Sebenernya gue mau cerita atau nulis apa sih? Hahaha. Seiring waktu berjalan, gue akan menemukan gimana cara kerja cerdas. Yang kepikiran sih sejauh ini, gue terinspirasi dari definisi perilaku inovatif itu sendiri sih, well kita lihat dulu masalahnya, kita coba pikirin tuh solusinya hingga ngeluarin ide-ide solutif terus minta feedback dan implementasiin tuh. Ya, bolehlah dievaluasi supaya lihat lagi apakah ide itu udah tepat apa belum. Jadi, maksudnya, supaya kita tahu kerja cerdas gimana, kita perlu mikir, ngeluarin ide, terus ngelakuin deh. 

 The End. Kalo gue udah nemuin kerja cerdas versi gue, pengen gue share ah.

Sayangi Dirimu: Bukan G*rnier

Pernahkah kamu merasa? “Duh, saya sepertinya belum baik mengerjakan tugas ini.”, “Ya ampun, gue kok bego amat sih.”, “Wah, kayaknya apa yang gue kerjakan tak bernilai.”, atau “Emang nih gue yang engga mampu.” 

Gue ingin menulis sesuatu dan menyampaikan pendapat gue mengenai perkataan yang mungkin tak jarang juga kita pernah ucapkan. Ini memang menarik kalau gue menulis ini dengan dibuat sedikit ilmiah agar lebih dapat dipahami dengan baik. Akan tetapi, gue memilih untuk menulis dengan santai aja, ga terlalu mikir banyak atau dalem, tapi pengennya bisa mengena dan memberikan kebaikan pada siapa pun yang membaca. 

Well, gue coba fokus ya mengenai ungkapan-ungkapan yang orang bisa sampaikan itu. Gue sendiri suka bertanya-tanya, mengapa sih orang bisa segitunya ngomong kaya gitu sama dirinya sendiri? Apa dia memiliki standar yang terlalu tinggi? Apa ia terlalu berlebihan memikirkan atau merasakan sesuatu? Atau memang ada sifat orang yang menyebabkan dia seperti itu? Ya, akan banyak kemungkinan penyebabnya sih, apalagi gue sadar bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh buanyaknya macem hal. Hehe. 

Begini nih ya, gue suka gemes sendiri. Kenapa gitu orang ga coba untuk bersyukur? Coba untuk berterima kasih pada diri sendiri, melihat segi kekuatan atau positif yang dia miliki, atau kalaupun kurang, kita bisa belajar dari pengalaman tersebut. Ya, memang orang berbeda dan gue sadar bahwa ga boleh kadang segampang ini bilang begitu. Gue pun kalo berperan jadi “konselor”, gue pun harus memahami dulu. But ya now, gue pengen meng-encourage people, pengen memotivasi people bahwa setiap orang itu punya kekuatan atau kelebihan masing-masing, di samping kelemahan atau ketidaksempurnaan yang manusia miliki. 

Ya memang kadang ga mudah ya untuk bisa jalanin sesuatu atau mencapai sesuatu, termasuk untuk berubah. Mengubah kebiasaan diri yang membuat kita ga nyaman menjadi kebiasaan baru yang sebenernya akan memberikan kebaikan yang luar biasa. Semua butuh proses memang, waktu bisa aja ga sebentar, tapi harus yakin bahwa perubahan pun akan bisa terjadi tanpa memandang apa pun. Maksud kalimat gue ini adalah ayo cobalah kita lebih sayang sama diri kita sendiri. Mulai dari kita bisa melihat hal positif pada diri kita, mensyukuri apa yang terjadi dan tak lupa mengapresiasi diri sendiri, melihat sisi pembelajaran dari sebuah kesulitan atau kegagalan, hingga mengontrol diri kita agar tidak menurunkan harga diri, ya setidaknya kita tetap bisa stay strong and keep moving gitu. 

Nah, jadi kesimpulannya, kalo mau hidup kita itu baik, at least merasa nyaman sedikit di tengah kesulitan yang terjadi, kita harus tetap kuat dan yakin bahwa kita telah melakukan yang terbaik, bagimanapun itu proses dan apapun itu hasilnya. Bagus juga kalo kita bisa melihat sisi positif atau peluang yang mungkin ada yang bisa membantu kita. Karena kalau bukan kita sendiri yang meg-treat diri kita sendiri seperti ini, ya kita akan terus bilang hal-hal yang ga baik kepada diri kita sendiri.

Bersyukurlah karena tak ada yang kebetulan

Puji syukur kepada Tuhan. Tiada hentinya, saya selalu berterima kasih kepada Tuhan atas segala sesuatu yang terjadi pada hidup saya. Selalu berusaha menyakini cinta dan kasih Tuhan atas segala yang terjadi pada diri saya pun menjadi kebiasaan saya akhir-akhir ini. 

Siang ini, tanggal 13 September 2014, di kala senggang membaca bahan untuk tugas akhir saya, saya tergerak untuk menulis sesuatu. Saya ingin berbagi karena Tuhan telah memberikan banyak kepada saya dan berharap siapa pun yang membaca memeroleh berkatnya juga. 

Seminggu ini adalah seminggu yang saya tak duga. Mengapa Tuhan teramat baik kepada saya? Saya tidak menyangka bahwa saya mendapatkan kesempatan belajar di sebuah perusahaan yang saya impikan dan minati sejak lama. Sangat bersyukur karena Tuhan rupanya telah merencanakan bahwa diri saya akan berada di tempat ini. Hal ini membuat saya menyadari bahwa semua ini tak terlepas dari keterlibatan Tuhan, demikian juga saya percaya bahwa Tuhan akan selalu bersama saya dalam kehidupan saya selanjutnya. 

Persiapan pun saya lakukan agar saya dapat bekerja dengan baik di perusahaan ini. Dimulai sejak lama, saya sering membaca profil mengenai perusahaan ini, kemudian melakukan obrolan dengan sahabat-sahabat yang pernah bekerja di sana, dan akan merancangkan tujuan apa yang hendak saya capai pada perusahaan ini. Yang saya sadari bahwa saya pun harus menjadi saluran berkat bagi perusahaan karena itu telah menjadi kehendak Tuhan. 

Menjadi saluran berkat mengingatkan saya pada seorang Bapak yang sudah dua puluh tahun bekerja di perusahaan ini. Beliau bercerita tentang pengalamannya dalam hidup, termasuk gairah dan minat beliau pada manusia. Sangat takjub dan tak menyangka bahwa saya melihat ada kesamaan dengan beliau, yaitu memiliki dorongan untuk berdampak bagi orang lain. Saya ingat sekali perkataan beliau bahwa tujuan membuat orang lain tersenyum adalah hal yang baik. Sederhana sekali bukan? Namun, apakah berdampak, ya saya percaya itu akan memberikan dampak, apalagi jika ada ketulusan di baliknya. Beliau mengingatkan saya mengenai keberadaan diri saya. Meskipun saya bekerja di perusahaan ini, bukan berarti saya hanya mengerjakan tugas hingga menyelesaikannya dengan baik, bukan saja saya mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai ilmu dan praktik yang terjadi dalam perusahaan ini, melainkan apa hal yang bisa saya kontribusikan agar orang di sekitar saya merasakan dampak positif dari keberadaan saya. Saya percaya bahwa Tuhan akan memimpin saya dan menyertai saya hingga saya dapat melakukan apa yang Ia kehendaki pada diri saya. 

Bukan suatu kebetulan, tak ada suatu kebetulan bahwa saya bertemu dengan beliau yang di minggu pertama memberikan inspirasi yang begitu luar biasa, yang mampu mengingatkan saya terkait panggilan hidup, visi hidup, bahkan kehendak Tuhan atas hidup saya di dunia ini. Bersyukur sekali, saya merasa diberkati oleh kasih Tuhan yang selalu mengingatkan saya untuk selalu mengasihi orang lain. Saya menyadari saya tak sempurna, saya dapat melakukan kekeliruan, namun ya Tuhan selalu punya caranya sendiri untuk meneguhkan saya dalam berjalan. Puji Tuhan.