Sabtu, 02 November 2013

Reconciliation of Conflicts



HI! I’m back. I would like to write this about what I have read and learned today. I read a mini thesis of my senior in my faculty. The topic is about conflict which influence to children’s self-esteem between parents and teenagers. I will not review what the mini thesis written and what the result of its research. But, I want to share about conflict happening around us.And facilitate you to have a simple solution from your own reflection.

Let me tell you the definition of conflict. Based from the mini thesis, conflict is an effort showed by people in an interaction who perceive a different goal, scarcity of resources, and interference from others for achieving their goals (Wilmot & Hocker, 2001, on Mairawati, 2006). From this definition, we can see that the reasons of the conflict itself. People have their own goals. They tend to complete their needs in some ways, included through interaction with others. More obviously, conflicts categorized in three types. They are content, relational, and identity conflict.

First is content, people involve in conflict to obtain a thing. For example, a teenager asks their parent to give him a car. The parents cannot allow his demand because of his age. Thus, this kid feel upset then behave inappropriately. Second is relational, most people want to be treated well. In common, people seldom communicate explicitly. But, we can know the reasons that people do this type. For example, some people want to be appreciated of what things they have done. Third is identity. People are trying to keep the self. It means their self-esteem, pride, or etc. In a conflict, people tend to be a stubborn person. They believe what their belief without consider the others. They will always protect themselves. On the other hand, people who can be mentioned as “victim” can behave harmfully to their self. In addition, it will be happened if the conflict is giving an opinion or judgment to others.

Besides the explanation above, there is an internal component which triggers the conflict. That is a need of power. The meaning of power is different for each person. We understand that people are struggling to survive. By a power, we agree that they can stay alive so well. Thus, it triggers them to get more power from the resources. But, how if it happens too much. We can see from media. People do criminal because they want to excess their power. Let say, corruption.  

I am just asking, why don’t people use their power to give a benefit to each others? Why don’t we stay humble of things we have now? I just found the blessing words. For by the grace given to me I warn everyone among you not to estimate and think of himself more highly than he ought, but to rate his ability with sober judgment, each according to the degree of faith apportioned by God to him (Rome 12:3). Living as becomes you with complete lowliness of mind (humility) and meekness (unselfishness, gentleness, mildness), with patience, bearing with one another and making allowances because you love one another (Ephesians 4:2). Do nothing from factional motives or prompted by conceit and empty arrogance. Instead, in the true spirit of humility (lowliness of mind) let each regards the others as better than and superior to himself (Philippians 2:3). Can you imagine how our lives if people keep their humility and share love genuinely to others? May God bless you! God loves you!

Sources:
Holy Bible
Mairawati, D. (2006). Gambaran konflik orangtua-remaja dan dampaknya terhadap self-esteem remaja. Skripsi Psikologi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Jumat, 01 November 2013

Ketikan Menyapa: Sharing Moment, Inspiring Others



Hai! Apa kabar?
Saya rindu menulis di blog saya sendiri. Rindu untuk berbagai kepada siapa pun yang membacanya. Kiranya ketikan saya di malam hari ini dapat memberikan inspirasi, ide, atau apa pun itu. Well, tidak terasa ya bahwa kita kini telah berada di hampir penghujung tahun 2013. Apa saja yang sudah kamu lakukan, teman? Apakah yang sudah kamu capai? Bagaimana prosesnya, kawan? Semoga teman-teman meraih setiap tujuan yang telah ditentukan untuk tahun ini dan menikmati proses yang terjadi selama sekitar sepuluh bulan.

Saya teringat bahwa tahun ini merupakan tahun yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ada apakah? Saya telah menetapkan di awal tahun 2013 mengenai visi tahunan, yakni “Berubah dan Berprestasi”. Dasar dari visi saya ini bukan lain adalah hasil evaluasi dan solusi dari visi tahun di 2012, yaitu “Tahun Pendewasaan dan Hidup Maksimal”. Saya melihat bahwa visi tahun 2012 cukup tercapai berdasarkan target-target yang ditentukan. Misalnya, telah berkontribusi dengan memuaskan dalam berbagai kegiatan sebagai mahasiswa di tahun tersebut. Akan tetapi, ternyata ditemukan sebuah masalah yang menyebabkan rasa-rasanya yang kurang maksimal. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah perubahan dalam kehidupan saya. Apakah itu? Klasik kok, masalah yang dialami mahasiswa pada umumnya. Penasaran? Tanya dong! Hahaha.

Perubahan, membaca kata ‘berubah’ tentunya tidak semudah itu untuk dapat dilakukan. Jelas bahwa setiap perubahan membutuhkan alasan. Dilanjutkan dengan kesiapan dan sumber daya yang mendukung perubahan tersebut. Baiklah, semuanya membutuhkan proses. Saya pun mengalami proses tersebut. Saya sudah menemukan alasan saya untuk berubah. Saya ingin lebih sukses dalam kehidupan saya. Kesiapan, saya menyadari bahwa saya membutuhkan pencapaian maka saya siap dan termotivasi untuk berubah. Puji Tuhan, saya memiliki sumber daya yang sejauh ini memfasilitasi perubahan tersebut. Apa atau siapakah mereka? Saya sendiri dan lingkungan saya. Sekarang, saya cenderung semakin mudah untuk “melihat” diri saya sendiri. Apa yang saya butuhkan dan apa yang saya ingin tuju. Saya diberkati Tuhan melalui kesempatan yang diberikan kepada saya pada tahun ini. Tentu, ini pun tak terlepas dari dukungan dari faktor eksternal. Saya menyadari bahwa pihak eksternal memiliki pengaruh dalam pengembangan diri seseorang. Maka dari itu, manusia disebut sebagai mahluk sosial. Jangan sungkan untuk meminta bantuan dari orang lain karena pada dasarnya manusia sejak lahir memang perlu dibantu. Begitupun ketika menjadi bayi, anak-anak, dan seterusnya. Kesimpulan singkat dari paragraf ini adalah ketika kamu ingin berubah, kunci perubahan itu sendiri berada di dirimu sendiri.  

Prestasi, aku memiliki kebutuhan untuk berprestasi. Melakukan aplikasi dari setiap pembelajaran dari hidup saya. Memberikan kontribusi kepada lingkungan sekitar. Dan, mendapatkan penghargaan baik dari diri sendiri maupun orang lain. Aku pernah memandang bahwa aku seorang yang berpotensi sekali. Mengapa demikian? Karena saya adalah seorang pembelajar. Seorang teman karib pun memandang bahwa saya adalah seorang pemuda yang senang dan selalu berusaha untuk belajar. Di samping itu, pengalaman pun membentuk kompetensi yang saya miliki hingga saat ini. Puji Tuhan, saya telah mengikuti beberapa kompetisi hingga sekarang. Pernah mencapai sebuah posisi yang baik dalam sebuah kompetisi. Dan, menikmati pembelajaran dari kegagalan beberapa kompetisi yang saya ikuti. Saya pun pernah menyimpulkan bahwa makna prestasi bagi tiap orang berbeda. Oleh sebab itu, tentukanlah tujuan dalam hidupmu sehingga kamu akan berusaha untuk meraihnya. Ketika kamu mengalami prosesnya, kamu mendekat dengan tujuanmu. Capai terus! Seperti yang Walt Disney pernah katakan: “If you can dream it, you can do it”. Good luck for us!

Kita akan segera mengakhiri tahun 2013. Apa saja yang telah kamu alami? Bagaimana kamu mengerjakannya? Mengapa kamu melakukannya? Mari kita kembali melihat perjalanan kehidupan di sepanjang tahun ini. Jika ditemukan berbagai kesuksesan, rayakan dan berbanggalah karena kamu layak. Ketika dialami kegagalan, bersyukur dan teruslah belajar, atau mungkin saja kesuksesanmu berada di tempat yang lain. Terdapat enam puluh hari menuju tahun 2014, usahakan yang terbaik yang bisa kamu lakukan. Teringat dari sebuah pembelajaran dalam perkuliahan saya, “You will see when you believe”. I call it as a faith. Milikilah, berdoalah dan bekerja. Semoga alam semesta mendapatkan kebahagian yang saling memberikan manfaat.