Sabtu, 13 September 2014

Kerja Keras atau Kerja Cerdas?

Ayo mau pilih yang mana? Keras atau cerdas? Keduanya bagus, tapi yakin paling sesuai sama diri lo? 

Kali ini, gue mau berbagi cerita. Gue decribe diri gue as pekerja keras, namun tetiba gue disonan karena kayanya kerja keras itu cederung out of date alias kuno dan kurang seru kalo gue ga coba kerja lebih cerdas. Apa dan bagaimana kerja cerdas? Ya gue sih juga belum tahu nih apa dan harus gimana karena gue pun sedang mencari cara supaya bisa kerja secara cerdas. Apa yang harus gue lakukan? Apa yang kita bisa lakukan? Banyak, baca buku, ngobrol sama orang, pikirin arti cerdas bagi kita, dan coba lakukan kerja cerdas. 

Sebenernya gue mau cerita atau nulis apa sih? Hahaha. Seiring waktu berjalan, gue akan menemukan gimana cara kerja cerdas. Yang kepikiran sih sejauh ini, gue terinspirasi dari definisi perilaku inovatif itu sendiri sih, well kita lihat dulu masalahnya, kita coba pikirin tuh solusinya hingga ngeluarin ide-ide solutif terus minta feedback dan implementasiin tuh. Ya, bolehlah dievaluasi supaya lihat lagi apakah ide itu udah tepat apa belum. Jadi, maksudnya, supaya kita tahu kerja cerdas gimana, kita perlu mikir, ngeluarin ide, terus ngelakuin deh. 

 The End. Kalo gue udah nemuin kerja cerdas versi gue, pengen gue share ah.

Sayangi Dirimu: Bukan G*rnier

Pernahkah kamu merasa? “Duh, saya sepertinya belum baik mengerjakan tugas ini.”, “Ya ampun, gue kok bego amat sih.”, “Wah, kayaknya apa yang gue kerjakan tak bernilai.”, atau “Emang nih gue yang engga mampu.” 

Gue ingin menulis sesuatu dan menyampaikan pendapat gue mengenai perkataan yang mungkin tak jarang juga kita pernah ucapkan. Ini memang menarik kalau gue menulis ini dengan dibuat sedikit ilmiah agar lebih dapat dipahami dengan baik. Akan tetapi, gue memilih untuk menulis dengan santai aja, ga terlalu mikir banyak atau dalem, tapi pengennya bisa mengena dan memberikan kebaikan pada siapa pun yang membaca. 

Well, gue coba fokus ya mengenai ungkapan-ungkapan yang orang bisa sampaikan itu. Gue sendiri suka bertanya-tanya, mengapa sih orang bisa segitunya ngomong kaya gitu sama dirinya sendiri? Apa dia memiliki standar yang terlalu tinggi? Apa ia terlalu berlebihan memikirkan atau merasakan sesuatu? Atau memang ada sifat orang yang menyebabkan dia seperti itu? Ya, akan banyak kemungkinan penyebabnya sih, apalagi gue sadar bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh buanyaknya macem hal. Hehe. 

Begini nih ya, gue suka gemes sendiri. Kenapa gitu orang ga coba untuk bersyukur? Coba untuk berterima kasih pada diri sendiri, melihat segi kekuatan atau positif yang dia miliki, atau kalaupun kurang, kita bisa belajar dari pengalaman tersebut. Ya, memang orang berbeda dan gue sadar bahwa ga boleh kadang segampang ini bilang begitu. Gue pun kalo berperan jadi “konselor”, gue pun harus memahami dulu. But ya now, gue pengen meng-encourage people, pengen memotivasi people bahwa setiap orang itu punya kekuatan atau kelebihan masing-masing, di samping kelemahan atau ketidaksempurnaan yang manusia miliki. 

Ya memang kadang ga mudah ya untuk bisa jalanin sesuatu atau mencapai sesuatu, termasuk untuk berubah. Mengubah kebiasaan diri yang membuat kita ga nyaman menjadi kebiasaan baru yang sebenernya akan memberikan kebaikan yang luar biasa. Semua butuh proses memang, waktu bisa aja ga sebentar, tapi harus yakin bahwa perubahan pun akan bisa terjadi tanpa memandang apa pun. Maksud kalimat gue ini adalah ayo cobalah kita lebih sayang sama diri kita sendiri. Mulai dari kita bisa melihat hal positif pada diri kita, mensyukuri apa yang terjadi dan tak lupa mengapresiasi diri sendiri, melihat sisi pembelajaran dari sebuah kesulitan atau kegagalan, hingga mengontrol diri kita agar tidak menurunkan harga diri, ya setidaknya kita tetap bisa stay strong and keep moving gitu. 

Nah, jadi kesimpulannya, kalo mau hidup kita itu baik, at least merasa nyaman sedikit di tengah kesulitan yang terjadi, kita harus tetap kuat dan yakin bahwa kita telah melakukan yang terbaik, bagimanapun itu proses dan apapun itu hasilnya. Bagus juga kalo kita bisa melihat sisi positif atau peluang yang mungkin ada yang bisa membantu kita. Karena kalau bukan kita sendiri yang meg-treat diri kita sendiri seperti ini, ya kita akan terus bilang hal-hal yang ga baik kepada diri kita sendiri.

Bersyukurlah karena tak ada yang kebetulan

Puji syukur kepada Tuhan. Tiada hentinya, saya selalu berterima kasih kepada Tuhan atas segala sesuatu yang terjadi pada hidup saya. Selalu berusaha menyakini cinta dan kasih Tuhan atas segala yang terjadi pada diri saya pun menjadi kebiasaan saya akhir-akhir ini. 

Siang ini, tanggal 13 September 2014, di kala senggang membaca bahan untuk tugas akhir saya, saya tergerak untuk menulis sesuatu. Saya ingin berbagi karena Tuhan telah memberikan banyak kepada saya dan berharap siapa pun yang membaca memeroleh berkatnya juga. 

Seminggu ini adalah seminggu yang saya tak duga. Mengapa Tuhan teramat baik kepada saya? Saya tidak menyangka bahwa saya mendapatkan kesempatan belajar di sebuah perusahaan yang saya impikan dan minati sejak lama. Sangat bersyukur karena Tuhan rupanya telah merencanakan bahwa diri saya akan berada di tempat ini. Hal ini membuat saya menyadari bahwa semua ini tak terlepas dari keterlibatan Tuhan, demikian juga saya percaya bahwa Tuhan akan selalu bersama saya dalam kehidupan saya selanjutnya. 

Persiapan pun saya lakukan agar saya dapat bekerja dengan baik di perusahaan ini. Dimulai sejak lama, saya sering membaca profil mengenai perusahaan ini, kemudian melakukan obrolan dengan sahabat-sahabat yang pernah bekerja di sana, dan akan merancangkan tujuan apa yang hendak saya capai pada perusahaan ini. Yang saya sadari bahwa saya pun harus menjadi saluran berkat bagi perusahaan karena itu telah menjadi kehendak Tuhan. 

Menjadi saluran berkat mengingatkan saya pada seorang Bapak yang sudah dua puluh tahun bekerja di perusahaan ini. Beliau bercerita tentang pengalamannya dalam hidup, termasuk gairah dan minat beliau pada manusia. Sangat takjub dan tak menyangka bahwa saya melihat ada kesamaan dengan beliau, yaitu memiliki dorongan untuk berdampak bagi orang lain. Saya ingat sekali perkataan beliau bahwa tujuan membuat orang lain tersenyum adalah hal yang baik. Sederhana sekali bukan? Namun, apakah berdampak, ya saya percaya itu akan memberikan dampak, apalagi jika ada ketulusan di baliknya. Beliau mengingatkan saya mengenai keberadaan diri saya. Meskipun saya bekerja di perusahaan ini, bukan berarti saya hanya mengerjakan tugas hingga menyelesaikannya dengan baik, bukan saja saya mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai ilmu dan praktik yang terjadi dalam perusahaan ini, melainkan apa hal yang bisa saya kontribusikan agar orang di sekitar saya merasakan dampak positif dari keberadaan saya. Saya percaya bahwa Tuhan akan memimpin saya dan menyertai saya hingga saya dapat melakukan apa yang Ia kehendaki pada diri saya. 

Bukan suatu kebetulan, tak ada suatu kebetulan bahwa saya bertemu dengan beliau yang di minggu pertama memberikan inspirasi yang begitu luar biasa, yang mampu mengingatkan saya terkait panggilan hidup, visi hidup, bahkan kehendak Tuhan atas hidup saya di dunia ini. Bersyukur sekali, saya merasa diberkati oleh kasih Tuhan yang selalu mengingatkan saya untuk selalu mengasihi orang lain. Saya menyadari saya tak sempurna, saya dapat melakukan kekeliruan, namun ya Tuhan selalu punya caranya sendiri untuk meneguhkan saya dalam berjalan. Puji Tuhan.

Sabtu, 31 Mei 2014

Berdamai dengan Masa Lalu



Setiap manusia selalu menghadapi masalah dalam kehidupannya. Melalui pengalaman mengikuti sebuah seminar mengenai bisnis, masalah didefinisikan sebagai adanya diskrepansi atau kesenjangan antara kondisi ideal dan realita. Misalnya, target bisnis pada penjualan seharusnya mencapai angka sekian, tetapi kenyataannya penjualan tidak mencapai target yang telah disepakati. Saya pun ikut meyakini definisi tersebut karena pembelajaran di kuliah saya pun memandang demikian. Dalam konteks perkuliahan saya, masalah selalu dikaitkan dengan perilaku yang seharusnya ditampilkan tidak sesuai dengan apa yang ditampilkan. Contohnya, masalah mahasiswa pada umumnya adalah manajemen waktu. Mahasiswa kini memiliki beragam kegiatan, baik kegiatan yang bertajuk pengembangan atau pendalaman minat atau kegiatan yang sifatnya melatih kualitas diri dan mempelajari peran tertentu. Ini akan menjadi masalah ketika berdampak buruk pada mahasiswa, seperti terlambat mengumpulkan tugas atau merasa tertekan dalam proses mengerjakan tugasnya. Demikian juga dengan bisnis, penjualan tidak mencapai target akan mengganggu aktivitas bisnis karena kurangnya penerimaan yang membiayai roda perjalanan bisnis, mungkin ekstremnya adalah bisnis mengalami kerugian hingga mencapai kondisi “gulung tikar”.

Mungkin sebagian orang tidak mengharapkan masalah terjadi pada diri mereka. Akan tetapi, sepertinya masalah tidak dapat luput dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan kehidupan berjalan dinamis, selalu muncul perubahan. Manusia didorong untuk selalu mampu beradaptasi atau berusaha mencapai hal maksimal agar mampu bertahan. Berfokus pada diri individu, masalah seringkali berujung pada pilihan, yaitu ingin menyelesaikan atau tidak. Jika menyelesaikannya, manusia akan belajar dan berkembang. Jika tidak, masalah tersebut akan selalu menjadi masalah hingga suatu saat mungkin akan kembali muncul pada dirinya. Yang menjadi tantangannya adalah respons yang segera muncul ketika manusia merasakan atau mengalami masalah pada dirinya adalah ketidaknyamanan, baik pikiran maupun perasaan. Keputusan selalu kembali kepada manusia tersebut dalam menanggapi masalahnya.

Dalam menyelesaikan masalah, individu biasanya perlu menyadari dulu bahwa dirinya mengalami masalah, seperti merasakan hal yang tidak nyaman, melihat dampak atau hasil yang buruk dari suatu kinerja, dan lain sebagainya. Setelah menyadari hal tersebut, individu berproses, ia mengamati lingkungan di luar dan di dalam dirinya. Jikalau masalah ini terkait perilaku, proses tersebut dinamakan sebagai refleksi. Manusia mengamati perilakunya sendiri dengan mengaitkan dampak dari perilakunya. Berbeda dengan bisnis, angka penjualan yang rendah tidak selalu disebabkan penjual yang tidak aktif dan cermat dalam berjualan, melainkan ternyata produk yang dijual kini sudah kurang mampu menarik konsumen. Mungkin saja selera konsumen mengalami perubahan, kemudian konsumen mencari produk pengganti yang dapat memberikan kepuasan pada dirinya.

Masalah sudah disadari, manusia telah mengamati masalah yang terjadi. Apakah selanjutnya?
Individu dapat mulai menduga-duga masalah apa yang terjadi pada dirinya. Proses menduga ini pun tidak serta-merta terjadi, individu kadang perlu melakukan analisis terhadap masalahnya yang terjadi, misalnya mengenali isu atau topik masalah yang terjadi dari pengetahuannya mengenai kondisi yang seharusnya hingga nantinya individu menguji kembali ketepatan dugaannya. Kemudian, individu pun mulai mencoba membuat solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Solusi pun dapat beragam. Individu perlu menimbangkan setiap solusi tersebut sehingga mampu menyelesaikan masalahnya. Hingga pada akhirnya, mungkin individu memilih sebuah solusi yang paling tepat pada dirinya.

Tulisan saya di atas panjang sekali, bukan? Tujuan saya menulis beberapa paragraf tersebut dijadikan sebagai fondasi dasar dan menyamakan pemahaman terhadap masalah yang umumnya terjadi. Dasar pemahaman ini kemudian akan dibandingkan dengan masalah khusus yang terjadi pada diri manusia dengan penyelesaian yang unik. Maksudnya adalah jika masalah umum yang terjadi dapat diselesaikan dengan tahapan metode yang saya jelaskan, masalah khusus memiliki metode yang berbeda, yaitu berdamai. Mengapa? Mari kita telusuri dan baca tulisan di paragraf selanjutnya.

Masa lalu. Kedua kata ini yang pertama kali membedakan kedua jenis masalah yang ada. Mungkin masalah yang terjadi pada sekarang ini dapat segera dituntaskan dengan metode yang saya jelaskan di paragraf sebelumnya. Bagaimana jika masalah yang terjadi pada masa lalu? Masa lalu yang sudah sangat lama. Mungkinkah kembali ke masa lalu? Mungkinkah mengubah masa lalu? Di masa lalu, mungkin kita masih kecil, mungkin kualitas diri belum sebaik sekarang hingga kita tidak dapat mengantisipasi hingga menyelesaikan masalah tersebut. Kita adalah hasil dari masa lalu. Pengalaman masa lalu juga berandil membentuk kita sekarang. Apa yang bisa kita lakukan jikalau pengalaman masa lalu hadir dan mengganggu kita sekarang? Selesaikan! Bagaimana? Berdamailah dengan masa lalu. Mengapa? Kita tidak dapat kembali masa lalu. Sebuah tindakan yang sia-sia jikalau kita hanya meratapi nasib di masa lalu. Tindakan yang tak berguna jikalau kita hanya mengandaikan pengalaman tersebut tidak terjadi. Tindakan yang tidak rasional jikalau kita ingin mengubah masa lalu.

Saya tidak mencari teori mengenai berdamai dengan masa lalu. Saya ingin berbagi buah pemikiran saja mengenai teknik tersebut. Sama dengan teknik umumnya, kita perlu mengungkapkan kembali masalah kita di masa lalu. Mungkin perlu katarsis atau meluapkan segala pikiran atau perasaan yang membebani kita. Kita menyadari adanya masalah tersebut dan menyadari bahwa pengalaman tersebut tidak dapat terulang kembali sehingga kita mencoba menyelesaikannya. Kita hanya dapat menanggapi dampak yang terjadi saat ini. Kita perlu belajar bersabar dan berlapang dada terhadap masa lalu. Akan menjadi lebih baik jika kita mau meyakini bahwa kita tidak ingin terjebak dalam masa lalu. Mengapa? Hari terus berjalan, dunia terus berubah. Apakah hanya ingin menjadi manusia masa lalu? Sayangnya, ini akan menghambat pengembangan diri kita. Paling sederhana adalah kita dapat belajar menjadi pribadi yang resilien, mampu bangkit dari keterpurukan yang pernah terjadi. Lebih baik lagi bahkan kita dapat belajar untuk mampu mengantisipasi atau menyelesaikan masalah yang sama serta yang mungkin terjadi pada masa kini dan masa depan.

Tulisan ini saya sampaikan kepada mereka yang pernah memiliki pengalaman pahit di masa lalu. Semoga dapat memberikan wawasan yang bermanfaat. Tidak harus meyakini teknik berdamai ini sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di masa lalu. Namun, percayalah bahwa masa sekarang dan masa depanmu adalah yang terpenting. Mari bangkit! :)

Rabu, 02 April 2014

Papa Mama, I LOVE YOU



Kenyang sudah! Sukacita hari ini dilengkapi dengan masakan mama yang super enak malam ini. Kebetulan sekali malam ini gue engga mampir ke rumah makan sate padang karena merasa yakin bahwa masakan mama di rumah akan lebih enak. Ternyata benar, mama masak sayur sop, tempe mendoan, ikan bakar, dan sambal ikan asin. Luar biasa si mama, sempat gitu ya masak ikan bakar. Cool abis! Ini pasti karena mama peduli dengan kesehatan anak-anaknya. She always serves a good healthy food to us, her children. :) Love you! Muach! :*

Malam ini, gue bukan bercerita soal detil masakan dan kenikmatan masakan mama, melainkan gue mau berbagi pengalaman dan hasil pemikiran gue akhir-akhir ini dan ucapan syukur gue kepada orangtua gue. Mungkin sudah tahu ya bahwa saat ini gue sedang magang di PwC (pede banget gitu orang pada tau, dan ini bukan pamer :p). Well yah, pengalaman dan buah pemikiran gue berhubungan dengan magang lalu dikaitkan dengan peran orangtua. Kira-kira bisa menebak apa? Yo ayo tebak!

Langsung aja kali ya? Baiklah, gue mendapatkan insight setelah sekitar seminggu hingga dua minggu bekerja di kantor. Insight apa? Ternyata, menjadi seorang ayah itu tidak mudah. Dalam artian, ayah yang bekerja untuk menghidupi keluarganya secara finansial ternyata membutuhkan usaha yang kuat dan ketekunan yang teguh. Mengapa? Gue mengalami, gue mengamati, dan gue memahami.

Gue magang seharian, kerjaan gue bukan main-main. Gue pernah merasa lelah dan kadang bosan. Lantas, gue membayangkan bokap gue yang bekerja setiap hari bahkan sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. Buset, gue ga kebayang apa yang beliau pikirkan dan rasakan selama bekerja. Just assumed, papa pasti mikirin isteri dan anak-anaknya. Mau makan apa mereka, mau hidup bagaimana mereka, mau dibawa ke mana mereka, dan mungkin masih banyak lagi. Terus, gimana ya perasaan papa? Umm, ga kebayang juga sih, apakah beliau merasa lelah sekali ketika bekerja atau gimana, tapi yang pasti yang namanya kerja ya wajar capek, baik pikiran, fisik, dan perasaan. Luar biasa ya bapak-bapak itu.

Selama gue magang, beberapa kali gue mengamati orang yang bekerja, engga jarang gue mengamati diri sendiri. Orang-orang di kantor datang pagi-pagi terus pulang sore bahkan sering lembur. Buset banget dong, sampe di rumah kemaleman, terus paginya bangun segera untuk berangkat ke kantor. Bahkan, pernah mendengar pengalaman seorang senior yang pernah tidur hanya beberapa jam. Ya ampun, mereka tidur berapa jam sehari? Terus kerjaan mereka pun tampak ga mudah lagi. Perusahaan besar memberikan pekerjaan besar sehingga membutuhkan orang yang besar. Dan ini artinya adalah wajar bagi mereka. Namun, ini tidak lah biasa karena saya pikir proses yang mereka alami pasti luar biasa sehingga mampu bertahan dan terus berkarya hingga saat ini. Hebat! Terus mengamati diri gue sendiri, ini bermaksud bahwa gue menyadari pekerjaan yang gue kerjakan dan bagaimana proses serta pengaruh yang gue alami saat bekerja. Wow, my life becomes more realistic. Haha!

Terus terus, di kampus, gue belajar tentang psikologi dan pendidikan karier. Di kuliahnya, gue belajar mengenai sembilan peran yang dimiliki manusia. Teori ini dicetus oleh Super. Sayangnya, gue lupa nama depannya, kalo ga salah, Donald Super. Kayanya bener deh itu Donald Super. Ya, jadi kata Bapak Super, beberapa peran yang dimiliki manusia adalah peran sebagai anak atau bocil, siswa, pekerja, dan orangtua. Masing-masing memiliki tanggung jawab, kewajiban, dan deskripsi pekerjaan yang perlu dilakukan. Dan, gue semakin memahami bahwa seluruh manusia di jagat raya ini akan mendapatkan peran-peran tersebut. Pertanyaannya adalah bagaimana peran tersebut dapat dilakukan. Dalam pembahasan teorinya lebih lanjut, dibilang ada konsep yang namanya kesiapan dalam berperan. Beuh, membahas perkara kesiapan, masih terdapat beberapa bagian yang dimiliki oleh manusia dan sumber daya lainnya yang membentuk kesiapan pada mereka. Misalnya: knowledge, skills, self-concept, information, dan lain sebagainya. Terus gue dapet insight dan bersyukur bahwa gue sedang magang di sini adalah cara untuk gue bisa semakin siap menjalani peran selanjutnya. Wow! Dan ini berarti bapak dan emak gue telah mengalami banyak hal selama lika-liku hidup mereka hingga dapat menjalankan perannya hingga sejauh ini.

Mama, peran mama pun berarti dalam hidup gue. Bayangkan, gue makan apa kalo mama gue ga masak. Dari kecil hingga sekarang, mama rajin masak. Mana masakannya seringkali ga nanggung-nanggung, selalu total. Kece! Ketika gue sampai di rumah dari kantor, makanan sudah disajikan di atas meja makan. Bahagia sekali rasanya, gue sampe rumah langsung bisa makan dengan lahapnya. Mungkin ini ya yang bokap gue maknai bahwa masakan rumah, khususnya masakan mama begitu menggoda. Maksudnya adalah mungkin papa gue merasa bahagia juga ketika pulang dari pekerjaannya lalu tiba di rumah bisa makan enak dan sehat. Jadi gue semakin memahami, peran ibu begitu menggoda. Alias, bukan sekadar merawat dan memelihara, terkadang ibu melakukan peran seorang ayah atau suami. Cool deh mereka! <3

Sampai di sini mungkin sudah semakin mengerti ya tentang apa yang gue tulis sejauh ini. Fokus pertama adalah soal papa-mama gue yang ternyata begitu luar biasa. Gue bisa memiliki kesimpulan ini karena mengalami langsung melalui magang, yang mana bekerja, yaitu belajar berperan sebagai pekerja dan orangtua. Di samping itu, gue pun memahami bahwa peran bapak dan ibu begitu bermakna. Bayangkan kalo bapak gue malesan, gue makan apa. Bayangkan enyak gue jalan-jalan terus, gue dikasih makanan macam apa. (Perasaan contohnya makan terus, well gue ngaku memang hobi gue adalah makan). Poin yang bisa kita pelajari lainnya adalah penting bagi kita, baik remaja maupun dewasa muda untuk terus belajar dan mencoba peran-peran yang ada dalam hidup ini. Bukalah mata dan telinga, amati sekitar dan renungkan kepada diri kita. Tujuannya adalah agar kita bisa menghasilkan pemahaman yang baik melalui pengalaman kita. Dan, segala sesuatunya dimulai dari belajar dan teruslah belajar. Eaakkk!

Well, gue bersyukur dan berterima kasih punya orangtua seperti mereka. Meskipun kadang gue bete ketika ada perbedaan pendapat atau pemahaman, gue tetap menghormati mereka dan belajar untuk mempertimbangkan masukan dari mereka. Ini memang wajar dihadapi anak seumuran gue. Terus, kembali gue bersyukur kepada Tuhan yang memberikan kesempatan bagi gue untuk hidup sehingga gue bisa mengalami pembelajaran berharga dalam hidup gue. Gue berterima kasih kepada orang-orang di kantor, terutama bos gue, Mba I (inisial aja ya), yang telah memberikan kesempatan magang kepada gue. Terima kasih juga untuk dosen pendidikan karier gue yang telah membukakan pemikiran dan meluaskan pandangan terhadap peran dalam kehidupan. Wow! Terus, terima kasih kepada semuanya!! :D
     

Sabtu, 22 Maret 2014

Refleksi, Pencapaian, dan Syukur :)



Dear Universe,

Apa yang telah saya lakukan? Dan, apa yang telah saya capai?

Sejak awal tahun 2014, saya telah menetapkan visi tahunan, yaitu “Beraplikasi dan Berdampak”. Beraplikasi di sini maksudnya adalah saya menerapkan pembelajaran yang saya peroleh dari pengalaman saya sebelumnya, serta saya pun menegaskan diri untuk secara konkret melakukan sebuah tindakan nyata. Berdampak di sini artinya adalah setiap pemikiran dan perilaku saya perlu memberikan pengaruh yang positif, baik bagi diri saya maupun orang lain. Saya bersyukur bahwa hampir tiga bulan di tahun ini, saya telah mengusahakan visi tersebut terjadi dan bersyukur membuahkan hasil. Saya melakukan beberapa perubahan pada diri saya, misalnya dalam hal pengembangan diri, seperti keterampilan-keterampilan tertentu dan pengembangan sikap positif. Hal tersebut pun memberikan dampak bagi diri saya secara positif, misalnya saya menjadi lebih menikmati diri dan mencapai keberhasilan. Dan kepada orang lain, usaha membantu orang lain yang sedang bermasalah pun telah saya lakukan dan memberikan dampak yang positif bagi mereka. Salah satu contohnya adalah teman saya merasa lebih tenang, nyaman, dan termotivasi untuk mencapai sesuatu.

Selain visi, saya juga menetapkan target tahunan, yaitu (1) menyelesaikan skripsi, (2) melakukan magang, dan (3) mengikuti kompetisi. Puji Tuhan, saya sekarang telah mengerjakan target tersebut. Saya sedang mengerjakan skripsi. Saya melakukan magang. Saya mengikuti kompetisi. Pada awalnya, saya telah menyadari bahwa ini akan menjadi tantangan bagi saya. Saya sudah seharusnya dapat melakukan ketiga hal tersebut dengan mengelola waktu dan diri saya dengan baik. Akan tetapi, ternyata tidak mudah seperti yang dibayangkan. Saya sempat mengalami overwhelmed terhadap semua ini, namun saya bersyukur karena saya selanjutnya pun dapat mengatasinya dengan memotivasi diri sendiri untuk terus bertahan dan mendapatkan feedback yang membangun dari orang yang peduli di sekitar saya. Saya percaya bahwa pertolongan Tuhan selalu menyertai saya. Melalui tulisan ini, saya pun ingin menegaskan kembali diri saya untuk tetap terus berjuang dengan bersukacita mengerjakannya. Mengapa? Ini adalah karunia yang Tuhan berikan, ini adalah pilihan yang memiliki konsekuensi dan harus dihadapi.

Skripsi, ini adalah sebuah persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana. Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa saya telah melampaui semester demi semester, tahun demi tahun dalam perkuliahan saya di Psikologi UI. Bahkan sebelum saya menjadi seorang akademisi psikologi, Tuhan juga yang telah menuntun dan membimbing saya hingga saya berhasil lulus ujian masuk perguruan tinggi. Oleh sebab itu, saya harus tetap semangat dalam mengerjakan skripsi sehingga saya dapat lulus pada tahun ini. Saya berharap bahwa saya sungguh mengerjakan skripsi karena saya menikmatinya. Saya menyukai variabel penelitian saya, sudah seharusnya saya termotivasi untuk mendalaminya. Maka dari itu, skripsi bukan sekadar kewajiban untuk lulus, melainkan sarana untuk memahami dan menjadi semakin ahli di bidang tersebut. Sebagai informasi tambahan, variabel penelitian saya adalah perilaku inovatif dan kesiapan karyawan untuk berubah. Saya yakin bahwa penelitian saya ini bermanfaat bagi individu, kelompok, dan organisasi.

Magang, saya bersyukur karena saya berhasil mendapatkan tempat magang setelah berusaha berkali-kali mengajukan lamaran ke berbagai perusahaan. Dimulai dari perusahaan ideal bagi saya, yaitu fast moving consumer goods company, lalu saya coba perusahaan pertelevisian, personal care, minyak dan pertambangan, hingga ragam perusahaan konsultan. Puji Tuhan, saya mendapatkan kesempatan magang di konsultan bisnis dan keuangan yang luar biasa, yaitu PricewaterhouseCoopers. Saya bersyukur karena usaha-usaha saya membuahkan hasil sehingga saya dapat diterima di kesempatan magang ini. Perusahaan besar pasti membutuhkan sumber daya manusia yang unggul. Ini menandakan bahwa saya memiliki kualitas yang dibutuhkan dan diharapkan untuk mengerjakan tugas di sana dan mendukung keberhasilan perusahaan. Mungkin terkesan berlebihan, namun mengapa tidak jika kita percaya bahwa diri kita memiliki kualitas? Karena bukannya setiap orang memiliki kualitasnya masing-masing? Saya telah menetapkan tiga tujuan untuk melakukan magang. Pertama adalah mendukung perusahaan melalui aplikasi kualitas diri, baik sikap kerja, pengetahuan, maupun keterampilan. Kedua adalah memahami aplikasi bisnis khususnya dalam konteks sumber daya manusia. Ketiga adalah mengembangkan kualitas diri profesional, seperti manajemen waktu, mengelola diri, berencana serta bertindak, dan lain sebagainya. Saya berharap saya dapat mencapai tujuan tersebut sehingga saya dan perusahaan dapat saling memberikan manfaat.

Pengalaman magang saya cukup menyenangkan sejauh ini. Saya menyukai lingkungan sosial di tempat saya magang. Orang di sekitar saya tampak menerima saya dan membantu saya untuk mengerjakan tugas saya. Pernah suatu waktu, saya secara khusus dibina untuk mengelola pekerjaan saya agar semakin efektif dan efisien. Pekerjaan saya saat ini memang dapat dikatakan cukup banyak. Saya bertindak mengerjakan fungsi rekrutmen dan seleksi. Dimulai dari mencari kandidat atau pelamar kerja yang potensial hingga menindaklanjuti menyeleksi yang terbaik. Penyelia saya memberikan masukan yang baik agar saya dapat mendapatkan kandidat yang tepat dalam waktu yang tepat. Saya berharap saya dapat mengerjakan tugas saya dengan proses yang baik. Singkatnya, saya berharap saya mendapatkan pembelajaran berharga, baik yang bermanfaat bagi pengembangan karier saya dan kebutuhan saya untuk terus belajar dan berkembang. Entah, saya tidak mau hanya tulisan pengalaman saja yang tercantum dalam CV, melainkan saya membutuhkan bentukan perilaku yang semakin baik bagi diri saya.

Kompetisi, saya tidak menyangka bahwa saya saat ini mengerjakan tiga kompetisi bersamaan dengan skripsi dan magang. Saya sendiri pun sekarang merasa seperti tidak menyangka. Kembali saya yang memilih, saya pun harus mengerjakannya dengan baik. Dan tentunya, ini adalah pemberian Tuhan yang diberikan kepada saya, sama seperti skripsi, magang, dan kegiatan lainnya. Maka dari itu, saya perlu mengerjakannya semaksimal yang bisa saya berikan. Kompetisi pertama, business plan competition, saya menuliskan ide bisnis yang saya telah miliki sejak tahun lalu. Bersyukur bahwa saya mendapatkan informasi mengenai lomba ini sehingga saya dapat mengikutinya. Ide saya ini sebenarnya telah saya implementasikan maka ini adalah inovasi yang saya lakukan dan ingin saya terus kembangkan. Secara singkat, ide bisnis saya adalah menjual produk berupa layanan psikologi kepada mahasiswa. Kompetisi kedua, Pemilihan Mapres (Mahasiswa Berprestasi) Fakultas Psikologi UI, saya tidak menyangka bahwa saya menjadi Finalis lima besar. Saya percaya ini adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada saya. Ini adalah buah dari perjuangan yang saya lakukan. Dan, ini adalah pencapaian yang pernah saya cita-citakan. Motivasi saya mengikuti pemilihan Mapres adalah (1) memberikan dampak kepada lingkungan, (2) mengharumkan nama Fakultas Psikologi UI di tingkat yang lebih tinggi, dan (3) mengaktualisasi diri. Sebagai konsekuensinya, harapan saya adalah saya dapat memotivasi dan menginspirasi kehidupan orang lain, menjadi Mapres yang membanggakan bagi civitas, dan mengembangkan potensi diri. Kompetisi ketiga, Psycompilation Maranatha, sebuah olimpiade keilmuan psikologi tingkat nasional akan diadakan pada bulan Mei. Tidak kebetulan, saya terpilih menjadi salah satu kontingen dalam perlombaan ini. Saya dan rekan kontingen saat ini sedang melakukan persiapan untuk mempelajari ilmu psikologi dan cabang keilmuan psikologi lainnya. Harapan dari mengikuti kompetisi ini, saya ingin memahami lebih mendalam mengenai ilmu psikologi itu sendiri karena saya tidak ingin bahwa ilmu yang saya peroleh dalam pendidikan berlalu begitu saja.

Saya menulis ini bukan bermaksud untuk memamerkan pencapaian saya. Tulisan ini merupakan ucapan syukur saya kepada Tuhan yang menyertai saya dari awal hingga sampai sekarang. Tuhan saya adalah Tuhan yang sama ketika kamu meyakini bahwa Tuhanmu juga menuntun dan menyertaimu dalam kehidupan ini. Tulisan ini pun menegaskan kembali bahwa saya memiliki tanggung jawab yang harus dikerjakan sekarang dan seterusnya hingga saya dapat memenuhi setiap tujuan, harapan, dan target saya. Bersyukur dan menegaskan memang dapat saya lakukan sendiri tanpa membagikan tulisan ini. Namun, saya memiliki visi hidup “Helping and Developing Others”. Berharap tulisan ini dapat menginspirasi dan memotivasi para pembaca untuk dapat belajar. Maka dari itu, jika ingin mencapai kesuksesan, penting bagi kita untuk mengetahui apa yang benar kita inginkan dalam hidup ini, apa yang dapat membuat kita bahagia, atau apa cita-cita dan visi hidup kita. Karena berangkat dari pengetahuan tersebut, kita akan mengarahkan perilaku kita untuk mewujudkannya. Ditambah dari pengalaman saya, penting untuk merenungkan dan menemukan panggilan Tuhan pada hidup kita karena ini akan menjadi gerbang permulaan dalam melangkah selanjutnya. Dan ketahuilah, tidak ada kesuksesan yang mudah dicapai. Kamu dapat saja lelah, kamu dapat saja ingin menyerah. Namun, nikmati dan usahakanlah sebisa mungkin dalam perjalanannya karena kamu akan belajar dan percayalah bahwa akan bermanfaat bagimu kelak, kamu dapat semakin terampil atau mendukungmu untuk mencapai cita-citamu. Selama berusaha, milikilah keyakinan bahwa kamu pasti akan berhasil. Apa pun hasilnya selalu bersyukur karena Tuhan pasti memberikan yang terbaik bagi kita. 

Selain itu, tulisan ini saya persembahkan kepada orang-orang yang peduli dengan saya. Papa saya, yang bekerja keras untuk menghidupi keluarga. Mama saya, yang merawat dan mendukung saya agar dapat terus hidup. Kakak-kakak dan adik kandung saya, yang terus mendukung saya untuk terus maju. Dan tidak lupa, sahabat-sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka, menerima saya apa adanya, dan mendukung saya hingga sejauh ini. Para pengajar dan pendidik saya, dari bangku TK dan perguruan tinggi, yang telah berusaha mengerjakan tugas-tugasnya untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. Tidak lupa juga kepada setiap orang yang hadir, yang turut mewarnai dan mendukung saya dalam kehidupan ini. Tanpa adanya kalian semua, saya tidak dapat mencapainya dengan lebih mudah. Saya percaya semua ini adalah rencana Tuhan atas saya. Semoga saya dapat terus memuliakan Tuhan melalui apa yang saya lakukan dan capai.