Selasa, 28 Juni 2011

Percaya pada Janji Sang Kasih Sejati

Tidak suatu kebetulan, ini adalah sebuah catatan yang baru saja aku tuliskan di notes Facebook-ku. Tulisan ini mengenai kepercayaan terhadap bahwa hidup ini tetap ada pengharapan serta ada syukur dan penghiburan ketika dalam masalah. Tulisan ini didedikasikan untuk seorang terdekatku serta siapa pun yang membacanya. happy reading! :)

Aku terbangun dari tidurku di pagi hari ini. Aku merasakan sejuk dan dinginnya pagi ini. Namun, ketika menatap jendela kamarku, langit pun terang dengan pesona matahari dengan malu-malu tetap memancarkan sinar beserta kehangatannya. Matahari akan selalu terbit di timur. Matahari juga akan tetap selalu menghangatkan bumi meskipun dalam musim penghujan atau salju. Hanya butuh waktu untuk menunggu matahari itu terbit di kala musim tertentu. Intinya, sang surya akan selalu senantiasa memancarkan cahayanya. Begitu juga tentang sebuah janji Tuhan yang menyatakan bahwa setiap kesusahan atau penderitaan hidup sesungguhnya dapat terselesaikan. Mengapa? Disebabkan oleh tidak ada perkara yang mustahil bagi diri-Nya. Mungkin memang saja ada beberapa masalah yang terselesaikan dengan waktu yang singkat, tetapi ada pun masalah yang akan terselesaikan dengan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Ia tahu setiap masalah dan persoalan yang dialami setiap manusia. Ia tidak lupa terhadap setiap mereka apalagi tertidur karenanya. Ia tahu kapan saat yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena begitu besar kasih dan cinta-Nya terhadap manusia, Ia akan menyatakan kuasa-Nya atas masalah itu secara perlahan, tetapi pasti dan akan tepat pada waktunya. Ia menginginkan setiap manusia untuk tetap berpengang pada iman dan pengharapan kepada-Nya hingga janji-Nya akan dinyatakan. Dialawi dengan sikap hati yang dinamakan, percaya. Dari percaya ini, manusia dapat melihat, merasakan, dan mengalami kejadian-kejadian yang luar biasa dalam hidup. Akan tetapi, apakah benar ada manusia yang sedang menderita akan terus menderita? Dalam hal ini, diperlukan syukur. Syukur terhadap apa? Aku mendapat ilustrasi melalui buku renungan, siswa-siswi dalam suatu sekolah dasar ditugaskan oleh gurunya untuk mendaftarkan tujuh keajaiban dunia. Ada siswi yang bingung dengan apa yang harus dituliskannya. Ketika setiap tugas di kumpul, setiap siswa-siswi menuliskan Piramid, Tajmahal, Tembok Besar Cina, Menara Pisa, Kuil Angkor, Menara Eiffel, dan Kuil Parthenon. Hanya urutannya saja yang berbeda-beda dari tiap mereka. Siswi yang dikenal juga sebagai pendiam ini tak diduga menulis tujuh keajaiban dunia berupa:  bisa melihat, bisa mendengar, bisa menyentuh, bisa disayangi, bisa mengecap, bisa tertawa, dan bisa mencintai. Guru pun tertegun akan tujuh keajaiban dunia yang dituliskan siswi itu lalu ia menjadi sadar dan bersyukur karena diingatkan betapa pentingnya untuk mensyukuri hal tersebut. Begitu selesai membaca ini, aku pun tersadar bahwa benar dalam hidup ini, aku harus selalu bersyukur dan tidak mengeluh ketika dalam masalah. Dari renungan ini, diajarkan untuk tidak selalu fokus pada masalah atau persoalan hidup karena hal itu akan selalu membebani saja. Namun, ketika tetap bersyukur dan selalu mengingat-ingat setiap rahmat dan berkat yang diberikan-Nya yang selalu baru setiap pagi, kita akan menjadi kuat dan siap untuk mengalami kemenangan atas masalah hidup. Untuk percaya itu, bisa saja sulit, tetapi bisa ketika kita mau untuk memulainya.

Referensi:
  • Manna Sorgawi edisi Juni 2011
  • Holy Bible: Keluaran 23: 27-30 dan Ratapan 3: 15-26

Minggu, 26 Juni 2011

Sakit, bukan penentu mutlak untuk tidak produktif

                  Sebelumnya, apa yang dimaksudkan dengan “sakit”? Saya pernah membaca buku yang saya lupa apa judulnya. Kira-kira begini, sakit adalah suatu kondisi, baik fisik maupun mental, yang sedang tidak sehat atau keadaan yang tak normal. Jadi, bisa dikatakan kalau kondisi jiwa lagi tidak “fit,” mungkin stres dkk. dapat disebut sakit juga. Kemudian, apa yang diartikan dari “produktif”? Menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia), produktif adalah bersifat atau mampu menghasilkan. Selama ini, saya hanya tahu bahwa sakit terbatas pada badaniah saja. Saya membuat judul dari tulisan  ini dengan makna bahwa sakit itu tidak membatasi seseorang menghasilkan sesuatu, baik karya maupun sebagainya. Akan tetapi, bisa saja sakit tertentu membutuhkan seseorang untuk mengurangi aktivitas bahkan diharuskan istirahat total. Jadi, tergantung lagi dengan jenis sakit apa yang dialami oleh seseorang.

            Dengan kepala yang sedang cenat-cenut alias pusing, sambil diiringi indah dan merdunya suara Taeyeon, SNSD, dan lagu Korea lainnya, serta setelah menengguk satu sachet madu, gue mau cerita-cerita tentang apa yang gue lakukan dan pikirkan sepanjang hari ini. Baiklah, langsung saja. Begini ceritanya, gue, Peter Samuel Oloi, telah menderita penyakit sejak kemarin, yang gejalanya sudah muncul sehari sebelum kemarin, hahaha betewe agak lebay ye.
           
            Hari Jumat, gejala penyakit ini sudah timbul, gue mengalami radang tenggorokan yang menyebabkan gue jadi agak malas untuk makan padahal biasanya gue gila makan, hahahaha ga juga deng. :P Nah, besoknya, hari Sabtu, makin menjadi-jadi nih penyakitnya, kepala gue pusing-pusing dan hidung tersumbat, huhuhu. Yah, flu dan pusing merupakan penyakit yang biasa dan paling sering gue alami selain masuk angin dan kadang diare, hehehe, tapi jangan dikira flu itu penyakit biasa, gue baca judul sebuah artikel tentang kesehatan, ternyata flu berkepanjangan bisa berbahaya, tapi sayangnya gue belum baca keseluruhan, hehe. Well, pagi hari sampe siang Sabtu itu, badan gue udah lemes banget, mau mikir, capek banget, yah, jadi kurang bergairah gitu deh menajalani hari, pengennya tiduran aja, tapi, gue malah beraktivitas di luar, hehe. Sekitar jam enam ato tujuan, gue baru sampe di kost nih. Badan udah ga bisa diajak kompromi sebenarnya, tapi malam itu, gue udah ada janji untuk diskusi tugas mata kuliah secara online. Dengan tenaga yang tersisa sembari memaksakan diri untuk tetap bisa konsentrasi, gue berhasil untuk diskusi itu, hehe bahkan gue menikmati kelangsungan diskusi itu. :) Nah, setelah diskusi selesai, mata gue udah semakin berat nih alias ngantuk banget plus perut gue sakit maka gue langsung cepat tidur aja deh.

            Selamat hari Minggu, udah hari Minggu aja, gue bangun tadi pagi kira-kira sekitar jam setengah enam. Kepala gue pusing banget. Gue masih ogah-ogahan untuk bangun. Yang seharusnya gue saat teduh alias berdoa dan baca buku renungan dari Alkitab, nah, gue tunda dulu karena badan ga enak dan kayaknya malahan jadi ga menikmati saat teduh di pagi itu. Alhasil, gue denger khotbah dari radio di kamar dulu aja. Di pagi itu, gue pengen cepat-cepat sarapan biar ada tenaga, tapi gembok kostan belum dibuka. Untungnya, tak lama kemudian, gembok pun dibuka sama bapak kost. Gue udah berencana pengen sarapan bubur ayam jadi gue datang ke tempat makan yang jual bubur ayam, lokasinya di depan gerbang Kutek, kukusan teknik, daerah kostan gue. Semangkuk  bubur ayam yang hangat, cukup membuat gue merasa lebih segar dan bertenaga. Setelahnya, gue balik lagi nih ke kostan. Tanpa ngapa-ngapain lagi, gue merebahkan badan di atas tempat tidur lalu tak lama kemudian gue tertidur lagi. Gue mikirnya gini, kalo orang sakit, baiknya istirahat yang banyak jadi gue tidur lagi deh. Kemudian, hampir sekitar jam setengah sepuluh, gue kebangun dari tidur gue. Yah, badan gue terasa lebih enakkan dibandingkan tadi paginya, tapi ya gitu, kepala gue masih pusing dan pileknya bikin ga nahan. Hoalah, jam sepuluh itu, gue sebenarnya ada kegiatan di tempat gue akan mengajar, tapi, karena sakit, gue minta izin ga bisa hadir ke acara itu. Salahnya, gue ngabarin itu setengah jam sebelum acaranya dimulai, kelupaan pas tadi paginya, huhu.
           
            Nah, yang gue lakuin pas bangun lagi itu adalah cari makan lagi, haha. Gue berprinsip, kalo gue lagi sakit, ga perlu makan obat ini-itu, cukup makan banyak aja meskipun gue minum sirup obat batuk hitam juga sih, hehe. Dan, gue sengaja makan juga agar berat badan gue ga turun drastis karena pernah ketika gue sakit, badan gue langsung mengurus, huhu. Akhirnya, gue makan di sebuah warteg dan gue pun kenyang lalu balik ke kost. Gue pun tidur lagi sampe siangnya gue bangun lagi. Ketika bangun, gue makan lagi, haha buset amat yak, kerjaan gue selama sakit hari ini cuma makan dan tidur aja, haha. Oh ya, gue sempat online sih sepanjang pagi hingga siang hari, tapi males-malesan gitu jadi ga lama gue udahan online-nya, hehehe.

            Kalo ga salah ya, setelah makan siang itu, gue mulai mikir-mikir, gue sakit jadi ga ngapa-ngapain nih dan itu ga bagus banget, huhu. Gue sempat mikir pengen bikin sebuah cerita tentang kisah TKW yang disiksa, pengen baca buku, dan mulai baca bahan-bahan untuk menulis sebuah esai, tapi karena kepala gue pusing, gue merasa ga sanggup, hahahaha. Eh, malahan gue tidur lagi -__- capek deh.

            Sore-sore, gue bangun lagi sekitar jam empat. Kepala gue masih pusing dan badan pegel-pegel, tapi pilek gue udah agak mendingan. Nah, gue mulai bertekad nih pengen bisa ngelakuin sesuatu yang produktif. Gue teringat dengan perkataan seorang teman baik bahwa segala sesuatu itu diawali oleh sebuah mind-set. Kalo kita berpikir bahwa kita bisa melakukan sesuatu, ya, kita bisa melakukan itu. Kondisi sakit bukan menjadi penghalang untuk seseorang menghasilkan suatu karya. Gue jadi teringat dengan orang-orang yang sakit atau yang memilikiki keterbatasan fisik saja dapat menghasilkan suatu karya. Gue termotivasi untuk mulai melakukan sesuatu sejak sore hari itu selain makan dan tidur, hehe. Apa yang gue pikirkan? Gue kepengen nulis, itu yang terlintas dalam pikiran gue. Gue memikirkan apa yang akan gue tulis hingga akhirnya, gue menulis ini, terharu banget kan. :’) hahahaha. Gue juga pernah diberikan saran oleh seorang penulis, jika ingin menulis, langsung aja nulis, tinggal dirapihin aja tulisannya aja nanti. Benar juga, kalo kebanyakan mikir pengen nulis apa, yang ada malahan ga nulis-nulis, hehe.

            Ga kerasa udah jam tujuh aja. Kepala gue masih pusing, huhu, tapi setidaknya gue puas karena gue bisa nyelesain tulisan ini. Ke depannya, gue pengen melakukan segala sesuatu dengan optimal, maksimal, dan produktif plus memiliki pola hidup yang sehat, halah awas aja kalo omong doang (omdo)!, hahaha. Dalam keadaan sehat atau sakit, bersyukurlah. Ketika sehat, lakukanlah segala sesuatunya yang terbaik. Ketika sakit, bersyukurlah karena diingatkan bahwa sehat itu penting dan ditegur jika ketika sehat, tidak melakukan apa-apa. Ada maksud tertentu di balik sehat atau sakit. Sakit adalah bukan penentu mutlak untuk tidak produktif.

Selasa, 21 Juni 2011

Tidak Sulit Memahami Orang Lain


            Sebelum tulisan ini di-publish, judul tulisan ini adalah sulitnya memahami orang lain. Tulisan ini telah dibuat pada akhir bulan Mei yang lalu. Alasan saya menulis ini karena, berdasarkan apa yang saya alami bahwa ternyata susah sekali untuk dapat memahami orang lain. Pada waktu itu, saya menulis ini berdasarkan subjektivitas yang didasari emosi saya. Sebagai akademisi, sangat diperlukan untuk menghindari kesubjektivitasan. Oleh karena itu, saya mengubah tulisan ini menjadi sebuah tulisan yang diusahakan menjadi lebih objektif. Melalui pengalaman hari ini, saya mendapat suatu insight yang menyadari saya bahwa untuk memahami orang lain tidak sesulit yang saya bayangkan bahkan adalah suatu kegiatan yang menarik dan menyenangkan.

            Sebagai seorang mahasiswa dengan bidang psikologi, saya diajarkan untuk memahami orang lain, dimulai dari mengobservasi manusia yang terdiri dari gerak-gerik badan, pola berbicara, perilaku, ekspresi wajah, kepribadian, kognitif, emosi, pengalaman, latar belakang dan seterusnya yang berkaitan dengan manusia. Melalui ilmu psikologi, diajar bagaimana dapat mengenal dan memahami orang lain sehingga dari kedua poin tersebut, dapat diketahui bagaimana seharusnya pola pikir dan tindakan yang tepat terhadap orang lain. Put the right man in the right place, sebuah pernyataan yang menunjukkan bahwa itu lah tujuan dari mempelajari psikologi. Karena ilmu ini memang sangat relevan dengan manusia, diarahkan bagaimana dapat membantu orang lain. Membantu seperti apa? Pada umumnya, psikolog dijadikan tempat bagi orang untuk berkonsultasi mengenai masalah dalam kehidupannya. Maka dari itu, seorang psikolog harus menggunakan “kacamata” psikologi, yakni tidak berdasarkan subjektivitas dari sang psikolog, melainkan psikolog harus memahami kliennya tersebut terlebih dahulu.

            Memahami merupakan kata kerja yang berarti proses untuk menjadi paham. Jika ingin memahami orang lain, diperlukan usaha yang bertahap dan sistematis. Tahapan yang seperti apa? Dikenal metode observasi sebagai metode untuk membantu seseorang untuk mengetahui dan memahami orang lain. Selain itu, dengan berpikir kritis, dapat dijadikan cara bagi orang untuk memahami orang karena dengan berpikir kritis, akan menghasilkan kesimpulan yang dapat berupa deskripsi atau penjelasan tentang seseorang setelah mendapatkan berbagai informasi mengenai orang yang diamati atau diteliti. Di perkuliahan psikologi, kedua usaha tersebut dipelajari, meskipun, saat ini, saya belum mendapatkan mata kuliah metode observasi, hanya baru saja mendapatkan mata kuliah berpikir kritis. Jadi, psikologi menjadi “jembatan” bagi seseorang untuk dapat memahami orang lain sehingga, ketika sudah memahami orang lain, setiap kita dapat memaklumi dan menerima orang lain apa adanya, serta lebih lanjut, bagi seorang psikolog dapat mewujudkan pernyataan tadi, put the right man in the right place.
            

Minggu, 19 Juni 2011

Uniknya Remaja


      Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam tahap perkembangan, remaja mengalami banyak perubahan, baik secara fisik, kognitif, dan sosioemosional. Perkembangan anak remaja yang satu tidak lah sama dengan remaja yang lain. Pembentukan karakter bagi remaja menuju usia dewasa berbeda-beda tiap individu. Hal ini disebabkan terdapat beberapa variabel, yakni jenis kelamin, etnis, budaya, pola didik dan asuh orangtua, dan sebagainya. Banyak orang mengatakan bahwa usia remaja ini juga adalah usia ketika para remaja sedang asyik mencari jati dirinya. Jati diri dapat dikatakan sebagai eksistensi dirinya untuk diterima dan diakui oleh orang lain bahwa ia sudah besar, dewasa, dan memiliki kepribadian atau karakter tertentu.

      Sekarang-sekarang ini, dikenal istilah yang merepresentasikan remaja, contohnya anak labil atau ababil. Dikatakan labil karena remaja belum dapat konsisten terhadap sesuatu, misalnya pada hari ini, seorang remaja ingin membeli blackberry, namun keesokan harinya, ia ingin membeli i-phone. Mengapa dapat demikian? Menurut saya, ada faktor kognisi yang menyebabkan remaja tersebut mengubah pilihan barang yang ingin dibelinya. Selain itu, ada pengaruh emosi yang belum stabil juga tentunya yang mengakibatkan remaja tersebut hingga memutuskan pilihannya pada i-phone.

      Berbicara tentang ketidakstabilan, terutama pada emosi, ternyata normal bagi remaja mengalami hal tersebut karena pubertas yang dialami oleh remaja menyebabkan terjadinya ketidakstabilan emosi, lebih spesifik, disebabkan oleh adanya perubahan hormon. Disimpulkan bahwa jika Anda adalah seorang remaja atau pernah dan sering berinteraksi dengan para remaja, dapat diketahui bahwa wajar saja bagi remaja kalau mengalami hal seperti ini, yang dikatakan orang sebagai ababil sebab pengaruh hormon yang menyebabkan mereka demikian. Dari hal tersebut, dikatakan proses bagi mereka juga untuk menjadi seorang dewasa seiring perkembangan dari fisik serta kognisi. Jadi, maklumi saja bahwa itu lah yang dialami oleh remaja sehingga di masa-masa ini lah, keunikan-keunikan mereka seringkali tampak sehingga tidak ada manusia yang sama karena mereka masing-masing adalah unik. 

Referensi: 
King, L. A. (2011). The Science of Psychology: An appreciative view (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.  

Minggu, 12 Juni 2011

Pengalaman Dua Tahun untuk Menemukan Minat dan Passion

            Saya adalah seorang mahasiswa Psikologi UI angkatan 2010. Sebenarnya, saya telah lulus SMA pada tahun 2008. Sebelum menjadi mahasiswa psikologi, saya berkuliah di Program Vokasi UI dengan jurusan akuntansi sektor publik selama empat semester. Pada tahun 2010, saya diterima di jurusan psikologi melalui SIMAK UI lalu saya mengundurkan diri dari kuliah di akuntansi dan menjadi mahasiswa psikologi karena psikologi merupakan minat dan passion saya.

            Ketika masih sangat labil atau masa SMA, cita-cita kuliah saya adalah Sastra Jepang UI, tetapi orangtua saya tidak berkenan terhadap pilihan itu. Mereka berkenan untuk saya berkuliah akuntansi karena dalam pandangan mereka, akuntansi adalah jurusan yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga prospek masa depan lebih menjamin. Akan tetapi, saya masih tetap memilih jurusan sastra Jepang sehingga itu lah yang sebenarnya membuat saya bersemangat dalam belajar untuk mengikuti berbagai ujian masuk yang pada saat itu, yakni UMB dengan pilihan Akuntansi dan Sastra Jepang UI, tetapi saya tidak lolos. Kemudian, saya mengikuti ujian SNMPTN, kala itu, saya memilih Sastra Jepang UI dan Unpad. Sebagai antisipasi agar saya tetap berkuliah, orangtua menyarankan saya untuk mengikuti ujian masuk program D.3 (Vokasi) UI di tahun yang sama, mengikuti bayang-bayang masa depan yang mereka impikan terhadap jurusan akuntansi. Saya memilih jurusan akuntansi sektor publik. Ketika itu, saya sudah tidak berpikir panjang dalam memilih jurusan karena tidak ada option lain. Dalam pikiran saya adalah yang terpenting saya dapat berkuliah di UI, masalah kuliah, toh, saya dapat mempelajarinya nanti. Saya diterima di jurusan akuntansi sektor publik lalu mendaftarkan diri ulang di sana meskipun pada pengumuman SNMPTN, saya diterima. 

            Perkuliahan di akuntansi dimulai. Sejak awal semester, saya sudah bingung dengan mata kuliah dasar akuntansi. Maklum, selama bersekolah, saya belum pernah belajar akuntansi itu sendiri. Karena kebingungan itu, saya mulai stres dengan perkuliahan tersebut hingga merasa tidak ada harapan lagi dalam hidup. Energi saya habis dan semangat saya terkuras, itu yang saya alami hari demi hari. Karena sulitnya akuntansi dan ketidakniatan saya pada jurusan tersebut, saya malas belajar jika pada mata kuliah akuntansi dan hitung-menghitung lainnya. Saya berpikir bahwa ini ternyata bukan minat dan passion saya yang sesungguhnya. Dari pikiran tersebut, saya memutuskan bahwa tahun berikutnya, 2009, saya akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri kembali. Kuliah demi kuliah di akuntansi tetap saya jalani karena tetap ada kemungkinan kalau saya tak lolos kembali pada ujian tahun berikutnya. Kemudian, saya menceritakan ketidaksesuaian saya berkuliah di akuntansi kepada ibu saya. Ia mengizinkan saya untuk mengikuti ujian masuk lagi. Jurusan yang saya incar pada ujian masuk di tahun 2009 adalah Manajemen dan Ilmu Administrasi Fiskal UI. Saya tidak memilih Sastra Jepang UI lagi karena tidak mendapatkan izin dari orangtua dan setelah dipikirkan kembali, kuliah sastra Jepang tidak sesuai dengan apa yang saya bayangkan karena mungkin akan susah juga dan ternyata kata teman-teman saya, memang susah. Jadi, saya mengurungkan niat saya untuk berkuliah di sastra Jepang. Melalui perenungan pribadi, pada saat SMA itu, saya hanya sekadar suka, tetapi belum ada bayangan sama sekali tentang apa yang akan saya lakukan setelah lulus dari sastra Jepang. Alasan saya memilih jurusan manajemen adalah karena selain jurusan yang disarankan dari hasil psikotes ketika di SMA, saya tertarik dengan ilmu manajemen itu sendiri. Pada pilihan ilmu administrasi fiskal, itu pun saran dari psikotes meskipun tidak minat sama sekali.

            Untuk mempersiapkan kemantapan ujian masuk pada tahun 2009, saya mengikuti bimbel (bimbingan belajar) di Depok. Kuliah dan bimbel, itu lah kegiatan reguler yang saya lakukan setiap minggu. Saya juga belajar dengan rutin sampai-sampai kuliah saya menjadi kurang terfokuskan bahkan hampir terbengkalai. Pengalaman ekstrem saya, saking stres karena kuliah yang semakin menyulitkan, saya nekat untuk tidak mengikuti ujian beberapa mata kuliah karena saya yakin tidak dapat mengerjakannya juga karena ketidakpahaman saya itu. Saya tahu bahwa tindakan saya salah maka saya memperjuangkan pemantapan materi untuk ujian masuk agar peluang saya untuk lolos semakin tinggi.

            Pada tahun 2009, senang sekali terdapat peluang yang besar untuk lolos, terdapat tiga jenis masuk perguruan tinggi negeri, yakni SIMAK UI, UMB dan SNMPTN. Saya mengikuti ketiga jenis ujian masuk tersebut, tetapi lagi-lagi saya gagal. Saya tidak diterima di jurusan yang saya pilih tersebut. Perasaan saya ketika itu, sempat merasa sedih karena gagal, sedikit kecewa karena usaha saya sudah maksimal, malu dengan teman-teman di kampus karena banyak yang tahu kondisi dan rencana saya, dan menyesal karena telah tidak fokus dengan kuliah yang akibatnya semakin banyak mata kuliah yang tidak lulus. Akan tetapi, perasaan itu tidak lama saya rasakan. Melalui dukungan orang-orang di sekitar saya dan dorongan dari dalam diri, saya kembali menata perkuliahan saya yang tertinggal itu dengan memulai fokus pada pelajaran dan rajin belajar di semester berikutnya. Saya tidak mengeluh karena seharusnya saya tetap bersyukur karena sudah kuliah dan di UI juga.  

            Perkuliahan terus berlanjut. Hal yang saya rasakan adalah bahwa setiap materi kuliah tentang akuntansi semakin sulit. Meskipun itu adalah wajar, saya merasakan itu sebagai beban karena saya harus memahami materi-materi dasar yang kebetulan saya tidak lulus, itu lah tantangan dan konsekuensi yang harus saya hadapi. Saat itu, semester tiga, saya berencana kembali untuk mengikuti ujian masuk pada tahun berikutntya, 2010. Sesuatu yang memotivasi saya untuk mengikuti ujian masuk tahun depan karena saya masih berkesempatan untuk mengikuti ujian masuk lagi. Setiap calon peserta ujian masuk diberikan dua tahun kesempatan setelah tahun lulus SMA-nya untuk mengikuti setiap jenis ujian masuk ke perguruan tinggi negeri. Tahun 2010 merupakan kesempatan kedua sekaligus terakhir bagi saya. Oleh karena itu, saya tidak mau menyia-nyiakan ujian masuk itu apalagi saya masih berkeinginan untuk pindah jurusan. 

            Dalam pemilihan jurusan, saya mulai terinspirasi untuk memilih jurusan psikologi dari mata kuliah agama pada semester tiga. Ada materi dalam kuliah itu mengenai pengenalan diri dan kesuksesan, saya berpikir bahwa bahasan itu mengandung unsur psikologis. Saya mulai tertarik dan penasaran tentang apa saja yang dipelajari dalam perkuliahan di psikologi. Dengan browsing internet, saya mencari tahu apa saja mata kuliah yang dipelajari selama berkuliah di psikologi. Setiap mata kuliah yang saya lihat ternyata, menurut saya, itu menyenangkan dan menarik. Saya semakin termotivasi. Seiring kuliah pada waktu itu, saya semakin menyadari bahwa saya ingin berkuliah dengan jurusan yang paling berhubungan dengan manusia atau sosial jadi psikologi adalah pilihan yang sesuai dan pilihan kedua saya adalah kesejahteraan sosial. Teman-teman kuliah di akuntansi mendukung keputusan saya karena mereka melihat bahwa motivasi saya adalah memiliki tujuan yang baik dan secara tidak langsung, seringkali saya dijadikan “tempat” curhat serta pemotivasi bagi mereka maka menurut teman-teman, psikologi sebagai pilihan yang tepat bagi saya. Saya tetap memilih UI. Dalam pikiran saya, UI adalah kampus yang keren karena, selain UI merupakan universitas terbaik di Indonesia, UI memiliki sejarah yang kental dengan perjuangan dalam mengembangkan dan memajukan masyarakat, bangsa, dan negara melalui kontribusi ilmu pengetahuan, itu sungguh membanggakan.

            Berhubungan dengan passion, motivasi, dan minat pada jurusan psikologi, saya memiliki kerinduan untuk dapat bermanfaat bagi orang lain maka dengan pendekatan psikologi, ilmu itu akan memudahkan saya untuk dapat menolong orang lain. Melalui kuliah di psikologi, cita-cita saya untuk memberikan pengabdian pada masyarakat, bangsa, dan negara dengan ilmu dan pengetahuan yang saya peroleh semakin besar kesempatannya karena psikologi sudah menjadi minat saya. Kemudian, apa yang dipelajari dalam kuliah di psikologi juga sangat menarik, dimulai dari ilmu yang sangat aplikatif bagi diri sendiri dan orang lain, ada mata kuliah yang bertopik penelitian, dan kaitan-kaitan psikologis terhadap berbagai bidang keilmuan lainnya.

            Persiapan saya dalam mengahadapi ujian masuk pada tahun 2010 sebenarnya tidak dapat dikatakan serajin dan setekun ketika persiapan ujian tahun 2009, malahan saya berfokus pada kuliah di akuntansi. Saya hanya me-review setiap materi yang telah saya pelajari ketika mengikuti bimbel. Dapat dikatakan persiapan saya terasa lebih santai jika dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2009, saya berambisi untuk segera pindah jurusan, sedangkan tahun 2010, saya hanya menyerahkan keinginan saya kepada Tuhan. Jika Ia menghendaki saya untuk lulus, saya akan lulus. Sebaliknya, jika tidak lulus, saya percaya bahwa berarti akuntansi adalah pilihan-Nya yang terbaik dan tepat. Saya merenungkan kira-kira apa yang menyebabkan saya tidak lulus pada tahun sebelumnya. Dugaan saya adalah benar jika kuliah di manajemen dan ilmu administrasi fiskal akan mempelajari akuntansi, perpajakan, dan mata kuliah hitung-hitungan lainnya yang jauh lebih rumit. Tak bisa dibayangkan jika saya berkuliah pada salah satu jurusan tersebut. Saya bersyukur karena pada tahun itu, saya diberikan berbagai kesempatan berharga, yakni pengenalan tentang psikologi yang menjadi minat saya, perubahan motivasi dan tujuan dalam pilihan jurusan, pengalaman iman yang luar biasa saya rasakan, dan pembelajaran tentang sikap, tujuan, dan pola berpikir terhadap makna kuliah itu sendiri terhadap masa depan saya.

            Tahun 2010 dimulai, ujian masuk terasa semakin dekat. Ujian yang pertama kali saya ikuti adalah SIMAK UI. Saya hadapi dengan tenang dan tidak takut terhadap kegagalan. Saya optimis bahwa saya dapat diterima karena perubahan yang telah saya alami, tetapi tidak berlebihan. Dengan berserah kepada Tuhan, saya tahu bahwa Ia akan memberikan yang terbaik bagi saya. Setiap usaha dan doa, saya percaya bahwa tidak akan ada yang sia-sia juga. Ujian SIMAK UI 2010 diselenggarakan pada tanggal 11 April. Kesan mengerjakan ujian tersebut adalah sulitnya beberapa soal-soal, seperti mata pelajaran matematika dasar, sejarah, dan IPS terpadu, serta mengesalkan karena waktu pengerjaan ujian sangat terbatas, terasa sangat singkat sekali. Akan tetapi, komitmen saya adalah ingin tetap tenang lalu serahkan saja hasilnya kepada Tuhan. Sebulan berlalu, tak terasa pengumuman peserta yang diterima melalui jalur SIMAK UI di-publish di internet, yakni pada tanggal 8 Mei. Ketika itu, saya dalam masa UAS di kuliah akuntansi maka saya belum berani untuk mengeceknya karena dapat mengganggu konsentrasi saya terhadap UAS. Karena penasaran, saya meng-SMS sahabat saya untuk melihat pengumuman di situs penerimaan. Tak beberapa lama kemudian, dia mengabarkan bahwa saya diterima di jurusan psikologi. Saya lantas menelpon dia untuk menyakinkan diri. Badan saya gemetar lalu berteriak dengan sukacita sekaligus haru atas anugerah kelulusan yang diberikan Tuhan kepada saya. Akhirnya, saya berhasil diterima di jurusan yang menjadi passion dan minat saya. Semua teman dan sahabat saya mengucapkan selamat kepada saya. Senang dan bersyukur sekali rasanya, keberhasilan ini juga berkat dari dukungan dan doa mereka.

            Namun, tidak begitu setelah diterima, saya dapat merasa tenang. Saya akan berhadapan dengan ayah saya. Beliau kaget terhadap kabar saya diterima SIMAK UI karena ia belum tahu bahwa pada tahun 2010, saya masih mengikuti ujian masuk lagi. Saya tidak memberitahukannya karena takut menjadi beban pikiran bagi beliau atau bahkan malah tidak diizinkan. Ia kecewa pada saya karena dianggap saya tidak memanfaatkan umur, waktu, dan uang yang telah ada selama itu. Kemudian, saya baru menceritakan semuanya dari apa yang saya rasakan dan alami dalam perkuliahan saya di akuntansi lalu minat dan passion saya terhadap psikologi dan cita-cita saya pribadi. Walaupun cukup lama bagi beliau dapat menerima keputusan terhadap apa yang menjadi pilihan saya, ayah pelan-pelan mulai ikhlas bahkan saat ini, ia mendukung saya. Lagi-lagi, saya sangat bersyukur.

             Singkatnya, saya sungguh bersyukur karena selama pengalaman dua tahun yang lalu, saya mendapatkan pelajaran berharga. Poin penting dalam pengalaman saya ini adalah tentang minat dan passion terhadap bidang ilmu yang menjadi pilihan. Tidak dipungkiri juga bahwa secara implisit, motivasi dan niat tulus memilih suatu jurusan dapat memengaruhi keberhasilan, serta tidak lupa juga dengan doa dan kesungguhan iman kepada-Nya yang memberikannya. Hidup ini hanya sekali, selama ada kesempatan, teruslah berjuang. Semua orang memiliki hak yang sama maka jangan pernah menyerah terhadap keadaan dan keterbatasan. Segala sesuatu itu ada, tepat, dan indah pada waktunya bagi yang mau berdoa, berharap, dan berusaha.

Hari Pentakosta yang Tak Ku Sadari


Puji Tuhan, malam hari ini, aku dapat kembali menuliskan sebuah pengalaman yang ku alami dan ku rasakan pada hari ini. Aku rindu menuliskan pengalamanku dan ingin berbagi mengenai peristiwa hari ini. Hari ini adalah hari Minggu dengan tanggal 12 Juni 2011. Yang ternyata adalah Hari Pentakosta, hari pencurahan Roh Kudus setelah Tuhan Yesus terangkat ke surga. Aku baru tahu bahwa hari ini adalah Hari Pentakosta ketika adikku mengirimkan SMS yang berisikan ucapan Hari Pentakosta. Secara tidak sadar, ada sesuatu yang menggerakkanku di sepanjang hari ini hingga ku sungguh menikmati ibadah di sebuah gereja yang menurutku, dikenal baik dengan visi dan misi tahunannya, serta mendapatkan sebuah kesimpulan, yakni ada gerakan dari Tuhan melalui Roh Kudus-Nya yang menuntunku di sepanjang hari ini.

Di pagi hari ini, aku bangun cukup kesiangan karena semalam aku tidur terlalu lelap sebab terlalu asyik dengan blog yang baru saja aku buat. Jadwalku di pagi hari ini adalah pada jam 10.00, aku mengikuti training mengajarkan bahasa Inggris untuk anak-anak di daerah Kelapa Dua, Cimanggis, Depok. Karena terbangun agak siang, aku bergegas untuk mempersiapakan diri untuk berangkat. Meskipun bangun terlambat, aku masih menyempatkan diri untuk mem-browsing internet untuk mengecek nilai di SIAK-NG, sistem informasi akademis di Kampus UI dan sebentar membuka account Facebook. Ya, aku melakukan kesalahan di pagi itu. Sudah bangun agak siang, aku bahkan sempat mem-browsing internet, aku menunda saat teduhku di pagi ini.

Aku berangkat dari Kukusan Teknik bersama B ke tempat yang segera kami dan beberapa teman lainnya akan mengajar. Sesampainya di sana, kami bertemu dengan S, salah satu calon pengajar, namun calon pengajar lainnya juga ada yang belum tiba jadi kami masih menunggu kehadiran mereka sebelum memulai training. Tidak lama kemudian, St dan N tiba. Meskipun A belum datang karena sedang ada pengajian, kami memulai training kami yang dipimpin oleh direktur pusat pendidikan dan pengembangan diri tersebut. Hari ini, kami diajarkan teknik mengajarkan bahasa Inggris untuk anak-anak. Kami dibimbing cara-cara mengajar anak-anak, diajarkan beberapa lagu anak-anak berbahasa Inggris, dan diberikan materi-materi apa saja yang akan kami ajarkan nanti. Setelah A tiba, kami memulai latihan praktik mengajar secara langsung yang sebelumnya sudah ditampilkan oleh direktur. Dan, bukan kebetulan, aku ditunjukknya untuk mencoba praktik mengajar. Aku mengikuti pola yang telah diajarkan oleh direktur. Akan tetapi, aku merasakan kesulitan karena nervous sehingga menjadi terasa kaku. Ya, ini adalah pengalaman pertamaku untuk mengajar jadi mungkin wajar saja, tetapi aku percaya seterusnya aku pasti bisa lancar. Setelah menyelesaikan uji coba tersebut, training kami hari ini selesai dan kami dijamu makan siang sebelum kami pulang ke tempat kami masing-masing ataupun melanjutkan aktivitas kami ke tempat lain.

Pada hari ini, aku beribadah di gereja jam 17.00, namun, karena dikatakan hari masih siang menjelang sore, aku dan St memanfaatkan waktu untuk berkunjung ke Depok Town Square. Kami sekadar jalan-jalan dan sempat bermain di Timezone, ya, untuk refreshing sekalian juga. Kemudian, kami mendadak curhat satu sama lain. Diawali oleh diriku. Aku diberikan komentar tentang uji cobaku mengajar tadi. Dia menganggap bahwa terdapat ada yang kurang dari diriku ketika praktik tadi, yaitu intonasi dan nada suaraku yang terdengarnya tinggi, mungkin seperti tak terkontrol akibat aku merasa cukup nervous. Oleh karena itu, tak tersadari aku mengingat sebuah kekecewaan yang pernah ku alami dengan orang lain. Ya, komentar dia masih memiliki hubungannya. Aku belum mampu menceritakannya di sini. Namun, saat itu juga, aku langsung merasa bahwa itu mungkin adalah kekuranganku yang hingga sempat menjadikan kepercayaan diriku menurun. Aku bertanya pada diriku apakah aku benar-benar akan mampu mengajar, aku mulai ragu dan takut pada diriku sendiri. Ketika itu, kondisiku memang sedang lelah dan mulai mengantuk sehingga menjadi agak lebih sensitive.

Beberapa menit sebelum jam 17.00, kami berpisah dan aku segera menaikki angkot 04 untuk beribadah ke gereja. Sesampainya di gereja, aku masih merasa lelah dan sedikit memikirkan hal yang tadi, namun aku berdoa kepada Tuhan sebelum ibadah dimulai agar aku dapat tetap fokus beribadah ketika itu. Ibadah pun dimulai. Dari menyanyikan lagu-lagu pujian dan penyembahan hingga mendengarkan khotbah, setelah khotbah selesai, diadakan altar call, aku sendiri belum tahu definisi dari istilah tersebut. Tanpa berpikir lama, aku merasa tergerakkan untuk maju ke depan mimbar untuk didoakan. Sebelumnya, pembicara mengundang para jemaat yang rindu didoakan karena memiliki masalah atau pergumulan akan hidup. Aku pun maju dan mengangkatkan kedua tangan ku, aku memejamkan mata dan mengarahkan pikiran dan hatiku kepada Tuhan. Tiba-tiba, sungguh ku merasakan ada jamahan dari Tuhan dan tubuhku bergetar. Aku menikmatinya seperti ada perjumpaan khusus dengan Tuhan, terasa ada pencurahan Roh Kudus atasku. Ya, itu yang aku percayai dan imani. Seperti bukan biasanya diriku, aku dengan lancar berkata-kata dalam tiap doa yang berisikan kerinduanku selama ini. Kemudian, seorang hamba Tuhan menghampiri dan mendoakanku. Beliau mengatakannya kepadaku agar aku mengakui kesalahan dan meminta pengampunan dari Tuhan. Lantas, dengan hal yang sama, aku mulai memperkatakannya dalam doa-doaku. Aku merasa sangat lega setelahnya. Aku melepasakan segala beban, kekecewaan, ketakutan, dan seterusnya selama ini. Aku menjadi sangat plong dan seperti ada kekuatan, harapan, dan semangat baru bahkan diri yang baru. Praise Lord, itu bukan suatu kebetulan, namun itu adalah kasih karunia, kebaikan, dan kesetiaan-Nya. Dia pimpin dan sertai diriku untuk boleh mengalami suatu jamahan yang luar biasa di malam hari ini.

Setelah ibadah usai, aku pun pulang ke Kukusan Teknik, tempat kost-ku. Dengan menggunakan angkot yang sama ketika berangkat ke gereja, aku berhenti di Gg. Damai, seberang Margonda Residence dan memasuki kawasan Barel. Aku menyempatkan makan malam di sana lalu berjalan kaki menuju kost. Di sepanjang jalan, aku bersukacita sambil bernyanyi lagu pujian dan penyembahan. Hingga, kemudian, ada dua kejadian yang tak biasa bagiku. Pertama, ada seorang lelaki muda menghampiriku dengan motornya, dia menawariku untuk pulang diantarnya. Namun, aku tolak karena sudah mau sampai dan agak merasa tak nyaman untuk diantarnya karena takut terjadi hal yang tidak diharapkan. Aku memang salah karena berpikir demikian. Akan tetapi, tawaran orang itu, aku anggap menjadi suatu berkat karena ada orang yang berniat membantuku untuk pulang meskipun aku menolaknya. Kejadian yang kedua, setelah melewati tikungan fakultas ekonomi, ada seekor anjing tiba-tiba menggonggong ketika ku melintasi sebuah pos depan keamanan di fakultas itu. Anjing itu cukup besar dan aku berpikir bahwa itu bukan sekadar anjing biasa, tetapi anjing yang terlatih. Anjing itu menghampiriku dengan cepat sambil menggonggong. Aku sempat takut, tetapi aku berusaha tenang dan tidak mau lari karena akan berisiko dikejar bahkan digigitnya. Ketika anjing itu berhenti di samping badan kiriku, aku dengan tenang mengangkat tangan tangan kiriku di atas kepala anjing tersebut dengan tujuan memerintahkan anjing itu untuk diam. Lalu, aku kembali berjalan meskipun ia masih menggonggongiku. Sambil berkata¸ “In the name of Jesus,” tiba-tiba anjing itu terdiam dan tidak mengejarku lagi. Bagiku, itu luar biasa, nama-Nya berkuasa dan aku imani itu.

Itu lah yang aku alami di Hari Pentakosta pada tahun ini, hari yang sungguh luar biasa. Aku mendapatkan ajaran, kekuatan, dan semangat baru. Isi khotbah yang ku catat dan simpulkan adalah perkataan, dengan iman dan percaya, “Bersama Yesus, kita adalah lebih pemenang, manusia memang memiliki kelemahan dan keterbatasan, tetapi bagi orang yang percaya, tidak ada yang mustahil karena masih ada mujizat.” Sedikit share, pembicara juga menyampaikan kabar baik ini, dengan menggunakan bahasakub sendiri bahwa “penderitaan” itu adalah sebuah bentukan atau proses untuk menjadi seseorang berhasil. Tuhan memiliki cara dalam segala hal. Pengalaman ini mengajarkanku untuk hidup seturut kehendak-Nya. Kasih setia-Nya kekal sampai selamanya.  How great You are!