Rabu, 10 Februari 2016

Big Data Tetap Keren

GUYS!!! *berasa gue lagi mau ngomong di depan beberapa orang*

Gue mau cerita nih, gue ini malem tiba-tiba kaya kesambet. Gelombang otak gue lagi stabil dan alert-nya banget. Di otak gue, bermunculan ide yang kaya stay gitu dan rasanya perlu bagi gue agar gue tuangkan dalam tulisan. At least, gue punya dokumentasinya. Kalo sewaktu-waktu gue butuh, gue bisa baca lagi.

Sambil diiringi lagu Shake It Off nya Taylor Swift, ini lagu gue puter karena gue abis makan es krim Walls Cornetto yang brand ambassador-nya adalah Si Mpok Taylor. Entah lah kalo di istilah Marketing, dia itu bisa dibilang brand ambassador atau sekadar bintang iklan. Haha. Ya sudah lah ya, fokus tulisan gue bukan pada Taylor atau es krim kok, tapi ya ini lagu at least bisa bantu gue untuk alert selama menulis karena gue udah merasa mengantuk sebenernya.

Hahaha cerita pembukaan gue aja udah panjang gini ya. Yang sabar ya bacanya. Ya begini lah karena memang tulisan gue selalu special jadinya begini. Males ga lo bacanya? Haha bodo amat. Wkwkwk.

Well, siang tadi pas istirahat makan siang, gue ga sengaja makan bareng sama karyawan baru dari departemen Marketing gitu. Kebetulan, dia itu berpengalaman kerja di Big Data. Nah, gue bahas-bahas deh mengenai Big Data. Jatuhnya gue belajar dari sharing dia sih, sekaligus gue berpikir dan menemukan insight yang bagus buat diri gue.

Awalnya, gue mengetahui Big Data itu kalau tidak salah ketika gue ambil mata kuliah Consumer Behavior ketika gue kuliah S.1. Kemudian, salah satu sahabat gue pun mendalami dan bekerja di bidang Big Data itu. Dan, gue pun pernah membaca artikel mengenai Big Data. Well, BD itu merupakan sebuah data yang bisa di-gather, dianalisis, dan ditarik insight yang bertujuan untuk membuat sebuah implementasi atau intervensi. Awalnya, Big Data dikenal pada tahun 1990-an, namun memang masih popular di luar negeri sana. Masuk ke Indonesia, kata si Mas orang kantor gue itu adalah sekitar tahun 2000-an. Dari yang gue tangkap, BD awalnya lebih popular untuk di Marketing. Namun, dia berpendapat dan gue setuju dengan pendapatnya adalah BD dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang dalam bisnis, salah satunya HR. Bahkan, menurut gue, ga sekadar dalam konteks bisnis atau sejenisnya, melainkan pemerintahan bahkan sebenarnya dapat memanfaatkan BD. Ya, bayangkan saja, BD dapat menampung data yang jumlahnya tak terbatas dan data tersebut dapat diolah dan diinterpretasikan hingga membuat sebuah ide atau solusi tertentu sebagai tindak lanjutnya.

Contoh BD misalnya adalah perilaku pengguna internet dalam keseharian dapat dikumpulkan dan dilihat polanya. Berangkat dari situ, baru lah kita dapat menggali insight tertentu hingga mengimplementasikan sesuatu. Umm… menurut gue, setelah mendengar penjelasan dari Mas ditambah masukan dia, memang bermain dengan data itu membutuhkan fleksibilitas, kepekaan, dan pemahaman yang baik terhadap topik tertentu. Misalnya saja, kita dapat memperoleh data mengenai perilaku pengguna Facebook, berdasarkan apa yang di-post, frekuensi posting, hingga jam berapa saja posting-an tersebut ditampilkan, data tersebut dapat saja membentuk kesimpulan, misalnya pada jam segini, mayoritas Ibu-ibu aktif bermain Facebook dan segala informasi yang ia sampaikan atau terima dapat di-generate berdasarkan pola atau informasi tertentu lainnya. Selanjutnya, pebisnis, khususnya Marketeer dapat menyiasati melakukan promosi misalnya atau branding produknya di jam-jam ketika pengguna Facebook aktif dan menyesuaikan kontennya dengan apa yang pengguna FB tersebut biasanya tampilkan. Kurang lebihnya seperti itu.

Gue cukup amaze sih karena Big Data memang keren. Bermain data juga seru. BD ternyata ok banget karena meminimalisasikan subjektivitas karena data yang ditampilkan cenderung murni. Selain itu, validitas juga lebih tinggi karena semua data dapat digunakan dan dimanfaatkan. Beda dengan penelitian yang menggunakan sampel sehingga belum tentu dapat digeneralisasikan ke keseluruhan.

Pembahasan kami memang membuat gue semakin rindu untuk melakukan penelitian. Gue mau belajar untuk semakin bersikap objektif dan terus bertanya “why” sebelum gue meyakini bahwa hipotesis gue benar. Ya, beragumentasi memang boleh apalagi dengan dasar teori atau data yang kuat, argumentasi kita pun semakin kuat. Namun, lebih penting lagi untuk tidak segera menyimpulkan atau at least juga kita menguasai topic tertentu atau variabel dalam penelitian tersebut. Huhah. Sekian dulu deh gue nulisnya mengenai ini. Gue bakal sharing lagi mengenai insight yang gue dapetin di hari ini. Hehe. See ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar