GUYS!!! *berasa gue lagi mau
ngomong di depan beberapa orang*
Gue mau cerita nih, gue ini malem
tiba-tiba kaya kesambet. Gelombang otak gue lagi stabil dan alert-nya banget.
Di otak gue, bermunculan ide yang kaya stay gitu dan rasanya perlu bagi gue
agar gue tuangkan dalam tulisan. At least, gue punya dokumentasinya. Kalo
sewaktu-waktu gue butuh, gue bisa baca lagi.
Sambil diiringi lagu Shake It Off
nya Taylor Swift, ini lagu gue puter karena gue abis makan es krim Walls
Cornetto yang brand ambassador-nya adalah Si Mpok Taylor. Entah lah kalo di
istilah Marketing, dia itu bisa dibilang brand ambassador atau sekadar bintang
iklan. Haha. Ya sudah lah ya, fokus tulisan gue bukan pada Taylor atau es krim
kok, tapi ya ini lagu at least bisa bantu gue untuk alert selama menulis karena
gue udah merasa mengantuk sebenernya.
Hahaha cerita pembukaan gue aja
udah panjang gini ya. Yang sabar ya bacanya. Ya begini lah karena memang
tulisan gue selalu special jadinya begini. Males ga lo bacanya? Haha bodo amat.
Wkwkwk.
Well, siang tadi pas istirahat makan siang, gue ga sengaja makan bareng sama karyawan baru dari departemen Marketing gitu. Kebetulan, dia itu berpengalaman kerja di Big Data. Nah, gue bahas-bahas deh mengenai Big Data. Jatuhnya gue belajar dari sharing dia sih, sekaligus gue berpikir dan menemukan insight yang bagus buat diri gue.
Awalnya, gue mengetahui Big Data
itu kalau tidak salah ketika gue ambil mata kuliah Consumer Behavior ketika gue
kuliah S.1. Kemudian, salah satu sahabat gue pun mendalami dan bekerja di
bidang Big Data itu. Dan, gue pun pernah membaca artikel mengenai Big Data.
Well, BD itu merupakan sebuah data yang bisa di-gather, dianalisis, dan ditarik
insight yang bertujuan untuk membuat sebuah implementasi atau intervensi.
Awalnya, Big Data dikenal pada tahun 1990-an, namun memang masih popular di
luar negeri sana. Masuk ke Indonesia, kata si Mas orang kantor gue itu adalah
sekitar tahun 2000-an. Dari yang gue tangkap, BD awalnya lebih popular untuk di
Marketing. Namun, dia berpendapat dan gue setuju dengan pendapatnya adalah BD
dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang dalam bisnis, salah satunya HR.
Bahkan, menurut gue, ga sekadar dalam konteks bisnis atau sejenisnya, melainkan
pemerintahan bahkan sebenarnya dapat memanfaatkan BD. Ya, bayangkan saja, BD
dapat menampung data yang jumlahnya tak terbatas dan data tersebut dapat diolah
dan diinterpretasikan hingga membuat sebuah ide atau solusi tertentu sebagai
tindak lanjutnya.
Contoh BD misalnya adalah
perilaku pengguna internet dalam keseharian dapat dikumpulkan dan dilihat
polanya. Berangkat dari situ, baru lah kita dapat menggali insight tertentu
hingga mengimplementasikan sesuatu. Umm… menurut gue, setelah mendengar
penjelasan dari Mas ditambah masukan dia, memang bermain dengan data itu
membutuhkan fleksibilitas, kepekaan, dan pemahaman yang baik terhadap topik
tertentu. Misalnya saja, kita dapat memperoleh data mengenai perilaku pengguna
Facebook, berdasarkan apa yang di-post, frekuensi posting, hingga jam berapa
saja posting-an tersebut ditampilkan, data tersebut dapat saja membentuk
kesimpulan, misalnya pada jam segini, mayoritas Ibu-ibu aktif bermain Facebook
dan segala informasi yang ia sampaikan atau terima dapat di-generate
berdasarkan pola atau informasi tertentu lainnya. Selanjutnya, pebisnis,
khususnya Marketeer dapat menyiasati melakukan promosi misalnya atau branding
produknya di jam-jam ketika pengguna Facebook aktif dan menyesuaikan kontennya
dengan apa yang pengguna FB tersebut biasanya tampilkan. Kurang lebihnya
seperti itu.
Gue cukup amaze sih karena Big
Data memang keren. Bermain data juga seru. BD ternyata ok banget karena
meminimalisasikan subjektivitas karena data yang ditampilkan cenderung murni.
Selain itu, validitas juga lebih tinggi karena semua data dapat digunakan dan
dimanfaatkan. Beda dengan penelitian yang menggunakan sampel sehingga belum
tentu dapat digeneralisasikan ke keseluruhan.
Pembahasan kami memang membuat
gue semakin rindu untuk melakukan penelitian. Gue mau belajar untuk semakin
bersikap objektif dan terus bertanya “why” sebelum gue meyakini bahwa hipotesis
gue benar. Ya, beragumentasi memang boleh apalagi dengan dasar teori atau data
yang kuat, argumentasi kita pun semakin kuat. Namun, lebih penting lagi untuk
tidak segera menyimpulkan atau at least juga kita menguasai topic tertentu atau
variabel dalam penelitian tersebut. Huhah. Sekian dulu deh gue nulisnya
mengenai ini. Gue bakal sharing lagi mengenai insight yang gue dapetin di hari
ini. Hehe. See ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar