Semacam penat melanda, rindu menulis, dan berbagi pikiran
(beban hidup). Hahahaha. Akhir-akhir ini, kesibukan memang lebih bertambah
porsinya. Sibuk yang sebenarnya tidak terlalu sibuk jikalau saya dapat
me-maintain diri dengan lebih baik terhadap segi mengatur waktu dan mengelola
emosi. Saat ini, saya memiliki dua peranan, yaitu menjadi seorang
pekerja dan mahasiswa. Sudah sekitar tiga minggu, peran ini saya jalani
bersamaan. Tidak terlalu bermasalah sebenarnya, hanya terkadang lelah karena
terbatasnya waktu untuk istirahat dan menikmati me-time yang berkualitas.
Ditambah dengan beban pikiran terhadap mata kuliah yang saat ini saya sedang
ambil. Ya, saya berusaha bahwa ketika saya menulis ini, saya sekaligus mengurangi
tensi pada diri saya dan mengarahkan diri untuk mengatasi masalah pengaturan waktu. Ketika manajemen waktu saya lebih baik, saya percaya bahwa saya akan lebih baik dalam mengelola emosi karena saya dapat memberikan waktu bagi saya untuk meregulasinya saat diperlukan pada waktu yang saya tetapkan. Di sini saya mendapatkan pemahaman bahwa masalah yang lebih penting dan perlu segera ditangani adalah mengenai manajemen waktu.
Bekuliah dan bekerja adalah sebuah
pengalaman baru yang saya hadapi. Saya dapat mewajarkan bahwa akan berat di
awal. Namun, saya merasa sudah cukup baik melewatinya. Saya tergolong orang
yang memandang dan meyakini “kesulitan hari ini ya adalah kesulitan hari ini
saja”. Saya tidak mau berlama memikirkan dan memusingkan sesuatu. Bisa jadi
dengan cara saya menulis saat ini adalah salah satu cara untuk segera
menghilangkan kepusingan. Hahahaha. Tapi tenang saja, saya tetap akan
membagikan buah pikiran saya akhir-akhir ini mengenai mimpi dan tujuan atau
target jangka pendek. Namun, izinkan saya bercerita keluh-kesah dulu ya.
Hahahaha.
Akuntansi,
salah satu mata kuliah matrikulasi yang saya sedang jalani di awal perkuliahan
sebagai mahasiswa S.2 manajemen. Lama sudah tidak bertemu dengan akuntansi
setelah tahun 2010 saya masih berkecimpung dengan akuntansi. Ya, dulu saya
seorang mahasiswa D.3 akuntansi. Saya dulu pernah bercerita di post saya dulu
mengenai kesulitan saya ketika berkuliah di jurusan tersebut. Bukan berarti
trauma, saya merasa kesulitan untuk memahami akuntansi di perkuliahan sekarang,
namun saya tetap bersyukur karena saya mau tetap fight. Setidaknya, saya
berhasil lulus dari mata kuliah ini. Meskipun terasa berat saya jalani, saya
tidak boleh mengulangi masa lalu saya dimana saya menghindar dari proses
belajar. Saya merasa tertekan ketika saya belum berhasil memahami akuntansi
dengan tepat. Saya seorang yang membutuhkan pemahaman yang tepat dan diperoleh
dari proses belajar yang runut. Saya masih mau belajar dan saya meyakini bahwa
ini akan menjadi bekal bagi saya ketika sudah lulus menjadi seorang magister
manajemen. Penting bagi saya untuk dapat mempertimbangkan keuangan dalam
pengambilan keputusan pada manajemen. Saya hampir bingung harus bagaimana
belajar akuntansi. Saya harus mengubah pendekatan belajar saya khusus untuk
mata kuliah ini. Seperti yang teman saya sampaikan, saya perlu berlatih soal.
Saya lebih nyaman dan terbiasa untuk belajar mandiri dengan membaca buku teks
dan membuat catatan kecil. Namun, untuk ini, saya tampak perlu berlatih soal
dan tetap berdiskusi dengan teman ketika menemukan tidak pemahaman. Saya tidak
mau menghafal. Saya ingin memahami. Pemahaman adalah yang saya butuhkan dalam
hidup ini. Hahahaha. Well, dari paragraf ini, terdapat buah pikiran lainnya
yang saya ingin bagikan mengenai “adaptable” dimana saat ini kita tidak bisa
lagi mengatakan “saya cocoknya ini, bukan itu, saya engga mau belajar”,
melainkan “saya perlu belajar ini, saya mau menyesuaikan diri agar dapat
belajar dan menghasilkan yang baik”. Cocok-cocokan perlu, namun perlu mampu
beradaptasi.
Sekian
curhat saya. Saya akan mengelaborasi topik pertama ya, yang mengenai mimpi atau
saya maknai juga sebagai target jangka panjang. Saya dapat dikategorikan
sebagai pemimpi. Penting bagi saya untuk memiliki dan membayangkan mimpi yang
ingin saya wujudkan di masa depan. Setelah membayangkan, saya suka bertanya dan
perlu memahami mengapa saya memiliki mimpi itu, apa yang ingin saya dapatkan
ketika mimpi tersebut terwujud, dan apa yang perlu saya siapkan untuk
meraihnya. Tentunya, kita perlu menetapkan langkah-langkah konkret untuk
mencapai mimpi kita, termasuk kita mengenai target-target jangka pendek, yang
nantinya akan mengarahkan kita untuk mencapai mimpi atau target jangka panjang.
Perkara mencapai target jangka pendek menjadi sebuah hal yang penting sebagai
konsekuensinya. Mereka akan berdampak pada pencapaian target jangka panjang. Mereka
pun akan memberikan berbagai pengalaman bagi kitu untuk semakin belajar dan
berkompeten untuk mencapai target jangka panjang tersebut. Oleh sebab itu,
kesulitan yang saya alami atau kalian alami, selama itu adalah juga mendukung
pencapaian target jangka panjang, janganlah berhenti, tetap rendah hati dalam
belajar, seperti yang saya lakukan. Hahahaha.
Selanjutnya
adalah mengenai topik kedua, yaitu menjadi “adaptable”. Dulu saya meyakini
bahwa segala sesuatu butuh kecocokan, misalnya dalam karier. Penting sekali
untuk kita memperhatikan berbagai aspek internal pada diri kita terhadap
karier, seperti minat, kepribadian, dan kemampuan. Alangkah baiknya, ketika
seseorang memiliki pilihan karier yang memang sudah sesuai dengan persyaratan
yang dibutuhkan. Namun, saya mencoba berpikir kembali. Setiap manusia memiliki
hak dan kebebasan untuk menjadi apa dan bagaimana. Dalam karier, saya
menganggap setiap kita manusia dapat berkarier menjadi apa saja selagi mau dan
dan siap menerima dan menyesuaikan diri dari setiap konsekuensinya. Ditambah
dunia ini sangat dinamis. Banyak perubahan di sekitar kita, yang secara tidak
langsung, menuntut kita menjadi seorang yang toleran pada perubahan dan dinamis
terhadap diri sendiri. Jika tidak, kita akan tenggelam. Well, mirip dengan zona
nyaman, terlalu asyik dengan pola perilaku dan kegiatan, terkadang akan
berdampak buruk. Kita harus memandang perubahan sebagai kebutuhan. Kita akan
menikmati dampak perubahan ketika kita memenuhi kebutuhan untuk berubah. Mirip
dengan kasus saya dengan perkuliahan akuntansi, saya perlu memiliki pendekatan
baru dalam belajar, yaitu berlatih soal, namun
dengan tetap mempertahankan pola belajar saya biasanya yang saya anggap
penting karena saya akan mendapatkan pemahaman yang dasar dan tepat.
Jika melihat
dua topik yang saya telah sampaikan di atas, dapat kita simpulkan bahwa ketika
hendak mencapai mimpi atau target jangka panjang, kita perlu mencapai target
jangka pendek. Ketika kita hendak mencapai target jangka pendek, kita harus
beradaptasi agar dapat mencapainya. Apa pun kesulitan dan tantangan yang
dihadapi dalam prosesnya, beradaptasi dan berubah adalah kuncinya. Sekian.
Semoga ada manfaat yang bisa kamu peroleh dari tulisan ini. Terima kasih sudah
membaca. :)